Si Rajawali Sakti Chapter 72

NIC

Setelah tiba di dekat gedung "yang dike-i gi pagar tembok itu, dia mendekam di

«iipat gelap dan mengamati sekelilinginya. nl.im itu sudah agak larut dan suasananya ,myi sekali. Seperti dugaannya, penjagaan iiJung itu tidaklah terlalu ketat. Hanya ada lx rapa orang pera n irit tampak duduk di i «s bangku panjang di luar gardu dekat itu gerbang, ada pula beberapa orang ig agaknya bermain kartu di dalam iiilu. Ada pula yang meronda mengeli-r»gi gedung membawa lentera.

Dia menanti sampai bagian di belaka gedung itu dilewati petugas ronda, kemm an sekali melompat dia telah berada atas pagar tembok. Melihat kc dalam, t nyata di bagian belakang gedung itu t dapat sebuah taman bunga yang tidak t lalu besar. Dia cepat melompat turun P sejenak bersembunyi di balik segerombo Kui-hwa (Bunga mawar). Dari jauh dat dua orang peronda. Mereka meronda deng santai saja.

Agaknya memang mereka sari sekali tidak mencurigai sesuatu dan n rasa aman. Setelah dua orang pero" itu lewat jauh, mulailah Bu Eng H bergerak mendekati gedung.

Setelah yakin«keadaannya aman melompat ke atas wuwungan gedun» merangkak dengan hati-hati, mulai men intai ke bawah mencari di mana adany Menteri Liong1 Setelah agak lama men-l cari dan hanya menemukan kamar-kamar di mana penghuninya telah tidur, dan dia tidak dapat membedakan mana yang menjadi kamar Pembesar Liong, akhirnya dia melihat cahaya lampu menyinari lubang jendela sebuah kamar. Cepat dia

ffigintai dan dia melihat bahwa kamar ndalah sebuah ruangan baca, semacam aan karena di sana terdapat vak buku di almari, ruangan yang luas ' di tengah ruangan itu terdapat se y meja yang lebar. Seorang laki-laki ngah tua berusia sekitar lima puluh m, bertubuh tinggi kurus dengan jeng-1 »n kumis terpelihara rapi, pakaian- santai sebagaimana biasa pakaian ink tidur, wajahnya membayangkan mbutan^ akan tetapi biarpun wajah-belum keriput, rambutnya sudah 11 ir putih semua. Laki- laki itu sedang 't baca kitab di bawah penerangan >tpu meja yang cukup besar. Bu Eng » 11 mendengar laki-laki itu membaca ngan suara yang cukup kuat sehingga >at terdengar jelas olehnya. Kun-cu souw ki wi ji neng, Put goan houw ki gwe!" Eng Hoat mengenal bacaan itu se-gai pelajaran dalam kitab Tiong Yong r i Guru Besar Khong Cu yang berarti: "Seorang Budiman bertindak sesuai dengan kedudukannya, dia tidak menginginkan apa-apa bukan menjadi bagiannya.

Kemudian laki-laki setengah tua melanjutkan bacaannya.

"Dalam keadaan kaya atau misk senang atau susah, dia selalu dapat u nyesuaikan diri dengan lingkunganny Karena itu seorang Budiman selalu hid tenteram bahagia dan dapat menerii apa adanya."

Laki-laki itu berhenti sejenak, ag nya dia ingin mendalami maksud pelajaran itu, kemudian melanjutkan.

"Berkedudukan tinggi dia tidak mer hina bawahannya. Berkedudukan re dia tidak menjilat-jilat atasannya, memperbaiki diri sendiri dan tidak me harapkan mendapat apa-apa dari orai lain. Karena itu, dia tidak pernah me/ benci siapa pun. Ke atas dia tidak nuntut Tuhan, ke bawah dia tidak nyalahkan orang lain."

Kembali dia merenungkan pelajar itu lalu melanjutkan. "Maka dari i seorang Budiman senantiasa berada dala keadaan tegak dan tenteram menari

m Beng (Karunia Tuhan). Sebaliknya wig Siauw-jin (Manusia berbudi ren-senantiasa melakukan perbuatan jahat membahayakan orang lain mendapatkan apa-apa yang bukan |.*Ji haknya!"

Laki-laki itu kini bersandar di kursi- dan menghela napas panjang, ter-m>-«g seolah mengenang kembali apa j telah dibacanya, yaitu sebagian dari Kl Tiong Yong f asal U. Biarpun guru-m seorang Pendeta Lama Tibet, ber-hia Buddha dan dia mendapat pelajar-[ u-ntang agama itu, namun gurunya L< memberinya kitab-kitab lain untuk I» ya, di antaranya, kitab Tiong Yong Wk mengandung pelajaran dari Guru Br Khong Cu, sehingga Bu Eng Hoat Bm mengenal apa yang dibaca oleh laki setengah tua itu. i t- laki itu menghela napas pan-

. "Hayaaa " Dia mengeluh. "Siapa

vang tidak tahu akan semua pelajaran pekerti dalam segala agama? Siapa-orangnya yang tidak tahu bahwa KKanggu, menyakiti, merugikan orang

lain adalah perbuatan jahat dan menol menyenangkan, dan menguntungkan ora lain adalah perbuatan baik? Siapa y tidak tahu bahwa dalam hidupnya setiap orang manusia harus menghara kan perbuatan jahat dan memperbany perbuatan baik? Akan tetapi sunggu celaka, di mana-mana orang melakuka perbuatan jahat! Di mana sih terdaj? manusia yang pantas disebut Kuncu (B diman) sekarang ini? Aku melihat 1 empat penjuru dipenuhi orang-crang ya menjadi hamb nafsunya sendiri dan s gala tindakannya hanya menyebar jahatan!" Kembali dia menghela napas.'

Eng Hoat merasa heran dan dia diam dia bertanya-tanya siapa gerang orang setengah tua ini. Mendengar sem ucapannya, tidak mungkin orang seper ini berwatak jahat! Dia mulai tering akan niatnya mengunjungi tempat i, Dia harus menemukan Menteri Lt yang kabarnya lalim dan jahat itu.

Tiba-tiba dia mendengar daun pin ruangan itu diketuk dari luar. Laki-' setengah tua itu menoleh ke arah pin

mi bertanya dengan suara bernada kesal arena keasyikannya terganggu. "Siapa itu?" "Saya, Loya (Tuan) " jawab suara

hrnnita. "Masuk!"

Daun pintu dibuka dan seorang wanita I- layan memasuki ruangan dengan sikap i'fmat lalu berjongkok memberi hormat.

"Ada apa?" tanya laki-laki itu, suaranya lembut dan sabar.

"Loya, saya diutus Hujin (Nyonya) mtuk mengingatkan Paduka bahwa ma-nm telah larut, agar Loya beristirahat

ena kata Hujin besok pagi Loya harus menghadiri persidangan para menteri di htana Sribaginda Kaisar."

' Hemmm, tidak perlu diingatkan aku tidak akan melupakan kewajiban itu. Sudah, keluarlah dan katakan kepada Hujin bahwa aku sed-j"* membaca kitab."

"Baik dan ampunkan kalau saya roeng-Kanggu, Loya." "Sudahlah, engkau tidak bersalah, hanya diutus Hujin. Pergilah."

Pelayan itu memberi hormat lalu keluar dari ruangan dan menutupkan daun pintu. Diam-diam Bu Eng Hoat terke' Kiranya laki-laki inilah Menteri Lio Tidak salah lagi.

Siapa lagi kalau bu Menteri Liong yang besok pagi har menghadiri persidangan para menteri istana? Inikah Menteri Liong yang ka nya lalim dan jahat itu? Akan tet rasanya tidak mungkin! Ucapannya t penuh kebijaksanaan, dan sikapnya te hadap pelayan wanita tadi juga Jemb dan penuh kesabaran. Orang yang begi rasanya lebih banyak baiknya daripa buruk budinya.

Tiba-tiba daun pintu ruangan itu ter buka lagi, kini terbuka dengan sentaka dan sesosok bayangan hitam berkeieba masuk. Eng Hoat melihat seorang yan berpakaian hitam, mukanya ditutupi kain. hitam pula, memegang sebatang tongkat baja dan dengan kecepatan luar biasa dia menyerang Menteri Liong!

"Menteri jahanam, mampus kau!" bentak suara laki-laki di balik kain hitam itu dan tongkat bajanya sudah menyam-

dahsyat. Menteri itu mencoba untuk lak, namun kalah cepat.

Wuuuttttt bukkk!!" Dia terpukul

tubuhnya roboh terbanting dengan sekali. Eng Hoat cepat melompat k*

Agaknya suara gaduh itu menarik rhatian para perajurit yang berjaga talam itu. Terdengar langkah banyak ki berlarian menuju ke ruangan itu dan rdengar suara mereka. Daun pintu ru-ngan itu didorong terbuka dari luar dan lasan orang perajurit menyerbu masuk, elihat ini, pembunuh bertopeng kain liitam itu melompat keluar dari ruangan enyusul temannnya yang sudah pergi Irbih dulu.

Bu Eng Hoat menjadi bingung. Para ajurit kini menyerbu kepadanya. Dia |Hin maklum bahwa memberi penjelasan. kepada mereka adalah tidak mungkin dia tidak dapat menghindarkan lagi ngeroyokan atas dirinya. Maka dia cepat melompat keluar dari jendela u berlari cepat menghilang dalam kegeU an malam memasuki taman.

Beber* orang perajurit masih mengejarnya, al tetapi setelah dia melompat pagar te» bok di belakang taman, para pengejar ii terpaksa berhenti karena mereka tidi mengetahui ke arah Bu Eng Hoat melar kan diri. Dengan jantung berdebv tegari Bu Eng Hoat kembali ke dalam kam* nomor lima di loteng hotel Lok Koai duduk di atas pembaringan dan terme nung. Dia merasa bingung dan juga penasaran bercampur penyesalan. Tentu dia disangka sebagai pembunuh Menteri LiJ ong itu karena dia terlihat berada di kamar itu. Adapun pembunuhnya malah lari lebih dulu, apalagi dia mengenakan! topeng kain hitam. Dia merasa menyesaf karena kini dia merasa sangsi apakah sudah sepatutnya Menteri Liong dibunuh?! Benarkah dia seorang pembesar lalim1 yang jahat? Tidak ada buktinya untuk. |

, bahkan melihat sikapnya ketika mem i kitab, rasanya sukar membayangkan menjadi seorang pembesar yang se-nang-wenang dan jahat! Karena malam itu telah larut, hampir i, dan dia merasa lelah, pangkal le-|/tn kanannya yang tadi terkena harian toya terasa nyeri, maka Eng Hoat merebahkan diri dan jatuh pulas.

Pada keesokan harinya, pagi-pagi " kali sepasang orang muda memasuki halaman hotel Lok Koan. Mereka adalah I lu Cin dan Ong Hui Lan. Ketika kembali ke kota raja, Hui Lan teringat akan nasib buruk yang menimpa dirinya ketika ia tinggal di istana Jenderal Chou Ban Heng, di mana ia diperkosa oleh Chou Kian Ki setelah terbius.

Kalau menuruti gejolak perasaan dendam kebenciannya, ingin ia segera mendatangi gedung itu lan membunuh Chou Kian K i untuk membalas dendamnya. Akan tetapi Hui bukan seorang gadis yang bodoh, la t bahwa Chou Kian K i merupakan seor lawan yang sakti dan sukar dikalahk Ia sendiri sekarang mendapatkan i baru, akan tetapi ilmu Thian-te Im-y Sin-kun itu baru akan mencapai punc kehebatannya kalau dimainkan bersa pasangannya ketika berlatih, yaitu Cin. Untuk dapat mengalahkan C Kian Ki, ia harus melawan bersama L Cin. Selain itu, juga ia mengetahui wa di gedung Jenderal Chou Ban H itu terdapat orang-orang yang tin( ilmunya. Ia tidak boleh gegabah kal tidak ingin gagal. Pula, kalau ia terbu nafsu, tentu akan menimbulkan kecurig an hati Liu Cin. Pemuda itu belum ta' bahwa kebenciannya kepada Chou K i K i bukan hanya karena ia tidak s, menjadi stennya, melainkan karena ( muda itu telah memperkosanya. Ti mungkin ia menceritakan malapeta yang menimpa dirinya itu kepada or lain, apalagi kepada Liu Cin yang tahu dan merasa bahwa pemuda itu ja

)mta kepadanya dan sebaliknya ia pun I" tarik, kagum dan suka sekali kepada iu Cin. la bahkan hampir berani menguji bahwa ia juga jatuh cinta kepada muda yang telah berulang kali me ong dan membelanya itu. Karena ia tidak ingin dikenal orang, mi t lagi dikenal anak buah Jenderal Chou Vii Heng, maka pagi itu Hui Lan meng-jnk Liu Cin untuk mencari kamar di lotel Lok Koan. Seorang pelayan se-pngah tua cepat menyambut mereka, fviayan itu kagum melihat pasangan ini. '"mudanya berusia sekitar dua puluh dua Ahun, berpakaian serba kuning sederhana i imun bersih dan rapi, tubuhnya tinggi p dan wajahnya gagah. Dari dua bajang tongkat pendek yang tergantung di ggungnya, pelayan itu dapat menduga wa pemuda ini tentu seorang pendekar kangouw. Gadisnya juga mengagum-* m sekali. Wajahnya bui?*, ratanya lembut namun tajam, tubuhnya ramping terbungkus pakaian yang sederhana pula,

Posting Komentar