Gedang di tangan Chou Kuang Tian ktrtoctebat dan pembunuh itu pun tewas, ipabrrapa orang pera juri t pengawal ber l«i i lari ke dalam taman.
"Lindungi Pangeran dan bawa ke da m gedung. Urus mayat-mayat ini!" katanya dan cepat Pangeran Sung Thai f ung lari ke istal lalu tak lama kemudian kudanya sudah membalap keluar dan kta raja melalui pintu gerbang selatan.
Setelah tiba di luar tembok kota raja, di jalan umum yang sudah sepi di tepi Larsawahan, dia melihat tiga orang ber iflri di tepi jalan. Dia segera menahan kudanya dan setelah kuda Itu berhenti tak jauh dan mereka, Chou Kuang Tian dapat melihat mereka dengan jelas. Saat Itu sudah menjelang senja, namun sinar matahari sore masih cukup terang. Dia mel Ihat seorang kakek berusia sekitar enam puluh tahun, bertubuh tinggi kurus berpakaian seperti tosu akan tetapi pakaiannya dari sutera halus dan mewah, berpedang di punggungnya, dan orang ke dua Juga seorang laki-laki berusia seki enam puluh tabun, tinggi besar berkuli kehitaman wajahnya brewok menyerar kan dan pinggangnya digantungi sebala golok besar dan di punggungnya tampa sebatang gendewa dan tempat anak pa nah. Orang in] dari pakaiannya dapa diketahui bahwa Orang ke tiga membuat Chou Kuang Tian merasa heran karena ia adalah seorang gadis muda, paling banyak dua puluh lima tahun usianya. Gadis itu cantik manis, senyum dan gerakan matanya mengandung daya tart)c yang amat kuat. Pakaiannya Indah dan di rambutnya terdapat tiga batang bunga merah. Di punggungnya tergantung sebatang pedang. Pinggangnya ramping -sekail dan biarpun la berdiri, tubuhnya bergoyang-goyang lembut seperti pohon yang-liu tertiup angin sepoi- sepoi. Chou Kian Tian merasa sangsi. Inikah p-orang yang mengirim dua orang mjahat untuk membunuh Pangeran Mah Ha tadi? Akan tetapi siapa mereka dan tigapa mereka menyuruh orang mem-üuh Pangeran Mahkota? Satu-satunya Ing mungkin melakukannya adalah orang mt pakaian Khitan itu. Tidak terlalu «gherankan kalau bangsa Khitan hen-K membunuh Pangcra Mahkota karena reka memang selalu merupakan pihak ng ingin menguasai Cina. Tiba-tiba -m Kuang Tian teringat. Kakek tinggi rus itul Dia cepat melompat turun dan (as punggung kudanya, lalu menghampiri *a orang yang memandangnya dengan map tak acuh. Chou Kuang Tian langsung saja mengidapi kakek tinggi kurus berpakaian l»rrt tosu itu. "Maaf, kalau tidak saiah »ng (Bapak pendeta) adalah pembantu ri Jenderal Chou Ban Heng, dan ber-k Hong-san Siansu, benarkah7*1 Kakek itu memang Hongsan Siansu wee Cln Lok adanya, dua orang témanla adalah Kailon tokoh Khitan dan Ang-»a Niocu Lai Cu Yin yang menjadi pembantu-pembantu atau sekutu-sek erxte a Chou Ban Heng. Jenderal C Ban Heng memang cerdik. Dia mu dengan rencananya,- yaitu antara membunuh Putera Mahkota Thian akan tetapi dia tidak begitu bodoh _ turun tangan sendiri menyurdh perrrtw melakukan pembunuhan itu. Maka mengutus tiga orang tokoh sakti itu tuk melaksanakan pembunuhan ti Putera Mahkota Thian Cu di tfopga-I Pangeran Chou K uang Tlan kompleks istana. Hong San Siaftso mengutus dua orang anggaota Hong pang yang sudah memiliki tingkat silat cukup tinggi untuk melakukan r bunuhan itu dengan menyamar seba pera juri t sehingga dengan mudah r masuki kompleks istana. Hong San S a memesan kepada mereka berdua bah kalau tugas mereka berhasil, mere akan memperoleh hadiah besar. Kal gagal agar mereka membunuh diri den pil yang diberikan kepada mereka. A tetapi kalau mereka terpaksa menga agar membuat pengakuan bahwa ya ruh adalah tiga orang yang me-»1 di luar kota raja. Hal ini dilakukan luk memancing Chou Kuan Tlan yang m jjga, keamanan keponakannya itu agar mmw dari kota raja* Kini, melihat Chou Kuang Tian beril di depan mereka seorang diri, Hong a Soansu tertawa dan seperti sudah Mur sebelumnya, yang menjawab perayaan Chou Kuang Ttan adalah Kailon, mh Khitan yang t nggl besar dan bre-»i itu. "Huh, engkau Chou Kuang Tian, pang u Kerajaan Chou yang berkhianat, m berontak dan kini menjadi adik Kai- Supg, bukan? Kebetulan, kita adalah nuti lama. Ingat aku. Kation panglima gsa Khitan? Terimalah kematianmu!!" ilon segera menerjang maju dan merang dengan goloknya. Chou Kuang m cepat mengelak ke kiri dan balas y erang dengan tombaknya, menusuk arah lambung kanan lawan. "Singgg..... tranggg, l|w Tombak Pa-rran Chou Kuang Tlan bertemu perisai *g berada di tangan kiri Kailon. Mereka *^«5£™ trangK W Tombak ch~ku*ns Tian bertemu perisai berada di tangan kiri Kailon. k segera berkelahi mati-matian. Setela pwat belasan jurus. Hong San Siansu nun tangan membantu Ka ton yang j»* terdesak walaupun belum tentu piKiu Kuang Tian akan dapat menga a nnya karena tingkat kepandaian mereka mbang. Begitu Hong San Siansu yang t lihai itu ma mengeroyok, tentu a Pangeran Chou Kuang Tian menjadi rpot dan terdesak hebat. Melawan Hong *Wi Siansu saja dia tidak mungkin dapat iacnang» apalagi dikeroyok dua! Sementara itu, Ang-bwa Niocu Lai Cu Yin yang juga berada di situ, hanya berdiri dan menonton saja. Ia tidak membantu dua orang rekannya dan yang menjadi penyebabnya mudah diduga* Gadis ini sudah tertarik sekali dan timbul gairahnya melihat Pangeran Chou Kuang Tian yang gagah perkasa itu* Belum pernah ia bercinta dengan seorang pangeran tulen, maka kini pandang matanya terhadap Chou 'Kuang Tian seperti mata seekor kucing melihat ikan! Akan tetapi, baga anapun juga tentu saja ia tidak be a untuk membela pangeran itu dan menentang dua orang rekannya yang lihai. Keadaan Pangeran Chou K uang T benar-benar gawat dan dia sudah rrr ke r ingat karena kini tombaknya yang masih dapat dia pergunakan untuk m hyerang Ka ion» kini hanya dapat putar menjadi perisai melindung diri dari hujan serangan pedang dan go kedua orang pengeroyoknya. Dia sekail tidak dapat balas menyerang agaknya dia tidak akan mampu ber lebih lama lagi. Tiba-tiba terdengar bentakan nyar "Hanya pengecut yang suka main kero an!M Dan tampak barangan hitam kelebat. Ternyata y«qg datang ada/ Song Ku* Lini. Mendengar bentakan ini. Hong Siansu sebagai seorang "Hei, engkau anak kecil jangan men-§*mpurl urusan orang tua. Siapa engkau, bacang sekali mulutmu. Hayo pergi kaku tidak ingin kuhajar!" bentak Ang Hwa * ocu galak karena seperti biasa ia me-§a Iri kalau melihat seorang gadis yang rb h muda dan tampak begitu cantik rllta, membuat ia merasa kalah menarik Kui Lan memandang Ang Hwa Niocu M Cu Yin dari kaki yang bersepa t u tam sampai ke rambut kepala yang d -iloi tiga bunga merah Itu, lalu tertawa kal. "Hl-hik, aku memang anak kecili A tetapi engkau ini nenek-nenek tua ke masih begini genit, pakai tiga tang bunga merah di rambut segala7 A: sungguh tampak semakin jelek mengge kan dan engkau tidak malu, nenek tua!1' Mendengar ucapan Itu, Cu Yin men isi kepalanya seperti dibakar. Sepasa matanya mendelik seperti mengeluark api dan tangan kanannya bergerak. "Singgg 1" la telah mencabut dangnya dan menudingkan telunjuk kir nya ke arah muka Kui Lin. "Bocah keparat bosan hidupi Kata dulu siapa namamu agar engkau ti mati tanpa nama1** bentaknya. "Hari nonamu Ang Hwa Niocu akan membunu mu!" "Mau tahu aku siapa? Jangan geme ketakutan kalau engkau tahu julukan Aku adalah Hek L- Lihiap yang su terkenal di seluruh dunia sebagai tuk membunuh nenek-nenek jelek dan jahat" "Jahanam busuuuuuukkk!" Ang H Nlocu yang biasanya pandai bicara i sekail ini mati kutu karena ia s