Si Angin Puyuh Si Tangan Kilat Chapter 69

NIC

"Kenapa . . . ?" tanya Mo-samko, "bocah Khu Tay-seng itu orang macam apa sih . . .?"

"Rahasia ini baru beberapa lama berselang kuketahui," sahut laki laki itu. "Memang Khu Tay-seng bocah itu bukan tokoh kenamaan atau orang yang menakutkan, tapi yang jelas bahwa dia sealiran dan segolongan dalam sumber yang sama dengan kita."

Mo-samko menjadi ketarik, tanyanya, "Sejak kapan ia gabung menjadi orang kita sendiri ?"

"Bicara sesungguhnya belum boleh terhitung orang kita sendiri.'' tutur laki-laki itu, "dedengkot yang mengasuh bocah baru itu punya hubungan yang sangat intim dengan Lou Cengcu, maka bolehlah terhitung segolongan dalam satu sumber dengan kita."

Melihat orang bicara memutar kayun, tahu dia bawa ada sesuatu rahasia dibalik rahasia ini, maka Mo-samko tidak tanya lagi lebih lanjut. Katanya, "Kalau yang datang itu bukan Khu Tay seng, kita tidak usah pusing kepala, bocah she Cin ini sukar diketahui asal usulnya, jangan bunuh dia, cukup ditawan dan bawa pulang saja supaya Cengcu sendiri yang menjatuhi hukumannya, supaya kita tidak kesalahan tangan."

"Benar, begitu saja kita bertindak." kata laki-laki itu. "Mari kita cegat mereka di persimpangan jalan itu menanti bocah itu masuk perangkap."

Ginkang Hek-swan-hong sangat lihay, dengan diam-diam ia menguntit dibelakang mereka tanpa konangan, setelah mendengar percakapan mereka, lapat lapat ia sudah maklum kemana juntrungan sepak terjang mereka yang jahat itu. Dalam hati ia berpikir : "Kiranya kurcaci ini adalah utusan Lou Jin cin. Nona Lu itu meluruk datang karena Hong thian lui, tidak bisa tidak aku harus mencampuri urusan ini. Tapi Lu Tang-wan seorang tokoh silat yang kenamaan dan lihay, putrinya tentu berkepandaian cukup tinggi. Biar kutonton dulu dari samping, bila mereka benar kewalahan baru aku turun tangan membantu."

O^~^~^O

Selama dua hari Cin Liong-hwi menempuh perjalanan bersama Lu Giok-yau, tanpa terasa hari itu mereka sudah memasuki wilayah Yo ka-thong. Cin Liong-hwi berkata : "Nona Lu, adakah orang yang kenal kau di Yo ka-thong ?"

"Aku belum pernah kemari, tapi memang banyak orang-orang sini yang kenal ayahku, atau mungkin juga ada orang yang melihat aku."

"Kalau begitu, kita muncul didaerah ini pasti ada orang segera memberi lapor pada Lou Jin cin. Lebih baik kita jangan memasuki kota dan lewat jalan raya, mari kita sembunyi saja didalam hutan sana, setelah malam nanti baru kita menyelundup kesana untuk menyelidiki, bagaimana ? Bukan aku bernyali kecil, lebih baik berlaku hati hati."

Belum habis ia berkata tiba tiba terdengar orang membentak, "Hm. Kalian mau sembunyi kemana ?"

Cin Liong hwi terperanjat, hardiknya, "Siapa itu ?"

Mo samko bergelak tawa, serunya : "Kau bocah ini apakah jabang bayi yang baru lahir? Sudah lama kita beroperasi disini, emangnya kau kira kita mau menyambut kalian sebagai sanak kadang ?"

Lu Giok-yau sudah punya pengalaman kelana di Kangouw, mendengar obrolan orang ia menjadi sangsi, pikirnya : "Bila benar hanya kepergok bangsa perampok kecil macam mereka, tak perlu melukai jiwa mereka." karena pikirannya ini segera berkata, "Saudara perampok, harap maklum kita tidak membekal uang banyak lho!''

Laki laki yang lain itu pelerak pelerok, katanya menyeringai, "Tak ada hasil yang diperas juga tidak menjadi soal nona kecil, cantik benar kau, kebetulan dapat kupersembahkan kepada Toako kami menjadi gundiknya yang ketiga. Bocah ini berpakaian serba parlente, bila kubelejeti dia, paling tidak pakaiannya itu berharga beberapa tail perak."

"Kentutmu busuk!'' maki Cin liong-hwi gusar, dia pernah dengar soal perampokan dijalan, pikirnya dua begal kecil saja masa punya kepandaian apa, sengaja dia ingin unjuk gagah-gagahan dihadapan Lu Giok-yau, "Wutt !" langsung ia lancarkan pukulan kemuka laki-laki itu.

Tak nyana gerak-gerik laki laki itu ternyata cukup gesit, sedikit miringkan tubuh ia menghindari pukulan Cin Liong-hwi. Belum lagi pukulan Cin Liong-hwi yang lain memberondong tiba, tahu-tahu dia sudah melolos keluar sepasang senjatanya, gamannya adalah sepasang potlot baja, ujung potlotnya berbalik sudah mengancam jalan darah mematikan di tubuh Cin Liong-hwi.

Timbul amarah Lu Giok-yau mendengar perkataan kotor laki-laki itu, bentaknya, "Kalian berani membuka mulut kotor, agaknya memang kalian mencari kematian sendiri.''

"sret!'' sekaligus ia tangkis sepasang potlot laki-laki itu.

Melihat permainan pedang Lu Giok-yau yang lihay, Mo Samko tidak berani berpeluk tangan lagi, seraya memuji tiba-tiba kedua tangannya menjulur maju seperti kera mengulur cakarnya, kelima jarinya seperti cakar besi mencengkeram kearah Lu Giok-yau.

Lu Giok-yau tahu, inilah serangan lihay dari salah satu tipu Hun-kin joh-kut-jiu hoat, kaget ia dibuatnya, hardiknya, "Kalian orang dari Lou-keh-ceng bukan?"

"Nona, kau salah raba." ujar Mo-samko. "tapi Lou-keh ceng tenar diempat penjuru, sedikit seluk beluk keluarga mereka ada sebagian kami ketahui. Dari pertanyaanmu ini nona jelas kau hendak ke Lou-keh-ceng bukan? Kunasehati lebih baik kau jangan ke-sana, dari pada kau diinjak-injak orang Mongol lebih baik ikut kami menjadi gundik Tocu bisa hidup senang.''

Di mulut bicara manis, tapi kaki tangannya bergerak sangat cepat, beruntun ia lancarkan pukulan berantai yang sengit sehingga Lu Giok-yau terdesak mundur berulang ulang, marahnya bukan kepalang.

Lu Giok-yau sendiri terdesak dibawah angin, untuk membela diri saja sangat kerepotan, sudah tentu tiada kesempatan hiraukan keadaan Cin Liong hwi. Sepasang Boan-koan pit laki-laki itu cukup lihay, kedua senjatanya itu bergerak begitu lincah seperti ular hidup selulup timbul disekitar badannya. Dilihat keadaannya kedudukan jauh lebih berbahaya dibanding Lu Giok yau.

Dari tempat sembunyinya diam-diam Hek swan-hong membathin. "Nona Lu itu dapat bertahan lagi beberapa lama, bocah she Cin itu mungkin tidak akan kuat bertahan sepuluh jurus. Aneh, permainan pukulannya itu persis benar dengan Bi-lek-ciang, kenapa begitu buruk permainannya?"

Baru saja ia hendak turun tangan, mendadak terdengar laki-laki itu menggerung keras, sekonyong-konyong tubuhnya roboh kaku seperti tonggak kayu yang keropos, perubahan mendadak yang terjadi ini benar benar di luar dugaan Hek-swan hong.

Ternyata mula2 Cin Liong hwi gunakan kepandaian warisan keluarganya menghadapi rangsekan sepasang senjata musuh, lambat-laun ia terdesak dan terancam bahaya, tanpa sadar tahu tahu ia gunakan ajaran Lwekang yang diajarkan oleh Jing-hou-khek itu, hawa murni dalam tubuhnya berpencar keempat kaki tangannya, laksana kapas tangannya menepuk ringan kearah dada musuh. Laki-laki itu menyangka sudah kehabisan tenaga, maka tidak ambil perhatian sehingga telapak tangan Cin Liong-hwi mengenai dadanya, kontan dadanya tergetar remuk dan roboh binasa.

Sekali pukul membawa hasil yang tidak terduga, keruan bukan kepalang girang hati Cin Liong-hwi, teriaknya: "Nona Lu, jangan takut, biar kuhajar keparat ini!"

Sudah tentu Mo-samko sangat kaget, pikirnya, "Bocah ini jelas bukan tandingan saudara Keh, bagaimana bisa saudara Keh mendadak terpukul mampus olehnya?" dikata lambat kenyataan sangat cepat, sementara itu Cin Liong hwi sudah memburu tiba dengan cepat. Mo samko lantas membentak, "Bocah keparat kau harus menebus nyawanya juga!" seraya berkata ia mengegos kekiri menghindari pukulan Cin Liong hwi, berbareng Ma Samko gunakan dengan cara Hung kin joh-kut, cakarnya berhasil mencengkeram tulang pundak Cin Liong-hwi.

Saking kejutnya Lu Giok-yau cepat tusukan pedangnya, Mo Samko kebutkan lengan bajunya menggubat batang pedang seraya membentak, "Lepaskan!" kontan Lu Giok yau rasakan telapak tangannya tergetar sakit dan panas, segulung tenaga menerjang datang kepergelangan tangannya, jelas Ceng-kong-kiam hampir tak bisa dipegangnya lagi. Mendadak terdengar Mo-Samko menjerit ngeri, gelombang tenaga yang menerjang tiba itu mendadak sirna tanpa bekas, sehingga Lu Giok-yau lebih leluasa membabatkan pedangnya kebawah persis dapat membabat putus kelima jari orang. Dengan bermandikan darah Ma Samko roboh tersungkur.

Kiranya tepat pada saat ia mencengkeram tulang pundak Cin Liong-hwi, pukulan tangan Cin Liong-hwi kebetulan juga mendarat dilambungnya baru saja ia hendak kerahkan tenaga, tahu tahu Lwekangnya sudah hancur berantakan oleh pukulan beracun Cin Liong-hwi.

Untung tulang pundak Cin Liong-hwi tidak sampai teremas hancur tapi rasa sakitnya membuatnya menderita, dengan gusar ia menyeringai, "Nah, baru sekarang kau tahu kelihayan Cin sauyamu bukan?" baru saja ia hendak tambahi sebuah pukulan tiba-tiba Lu Giok-yau berseru mencegah, "Cin toako, jangan bunuh dia, kita kompas keterangannya dulu."

Anggapan Lu Giok yau orang hanya terluka oleh pukulan Cin Liong hwi serta tabasan pedangnya berhasil mengutungi kelima jarinya, hatinya menjadi tidak tega, segera ia keluarkan obat untuk membalut luka luka orang, sembari membubuhi obat ia berkata, "Bila kau mau bicara terus terang kuampuni jiwamu. Kau begundal dari Lou-keh ceng bukan. Ada seorang bernama Ling Tiat wi apakah benar menetap disana?"

Mo Sam coba kerahkan tenaga seketika kepala pusing tujuh keliling, matapun berkunang kunang, yang lebih hebat seluruh badan kesakitan seperti ditusuk ribuan jarum, sebagai seorang ahli silat tahu dia bahwa nyawanya sulit dipertahankan lagi, keruan ia menjadi gegetun dan makinya murka, "Budak busuk, tuan besarmu tidak perlu kebaikanmu yang palsu ini? Ling Tiat-wi sudah berbulan madu dengan In-tiong-yan masa dia sudi gubris perempuan busuk macam kau ini." habis berkata mendadak ia merangkak bangun terus menerjang kesamping sana menumpukkan kepalanya diatas sebuah batu besar kontan kepalanya pecah dan putus nyawanya.

Untuk menghindari yang lebih berat, maka dia nekad bunuh diri, namun sebelum ajal sengaja ia ucapkan kata-katanya yang fitnah itu untuk menjengkelkan Lu Giok-yau.

Saking kaget dan jeri Lu Giok-yau menutup muka dengan kedua tangannya, tak berani melihat keadaan yang mengerikan itu.

Kata Cin Liong-hwi membujuk, "Keparat ini berani bicara kotor, memang setimpal kematiannya. Tadi dia mengatakan Ling Tiat-wi sudah pergi bersama In-tiong-yan, apakah ucapannya dapat dipercaya?"

"Ucapan orang macam begini mana dapat dipercaya?"

"Tapi juga belum tentu, seseorang yang dekat ajal kata-katanya cukup bijaksana dan dapat dipercaya. Buat apa dia harus ngapusi kau?"

"Cin toako, bukankah kau tidak percaya bahwa Tiat wi benar menyerah kepada Tartar Mongol ? Kenapa pula kau begitu gampang percaya obrolan orang ini. Pendek kata bagaimana juga, aku harus berhadapan langsung kepada dia, akan kutanyakan langsung kepadanya duduk perkara sebenarnya. Seumpama benar dia sudah pergi, aku juga harus ke Lou keh ceng. Cin-toako, ilmu silatmu begitu lihay, apakah perlu kau begitu ketakutan ?"

Terbayang oleh Cin Liong-hwi akan adegan yang berbahaya tadi, hampir saja tulang pundaknya hancur dan cacat seumur hidup, untuk beberapa lama ia menjadi sangsi, sulit mengambil keputusan.

Sebetulnya memang Cin Liong-hwi sangat takut. Tapi dihadapan Lu Giok-yau terpaksa dia harus mengeraskan kepalanya, pura-pura sebagai orang gagah, katanya, "Sudah tentu tidak perlu takut kepada mereka. Tapi pukulan Bi lek-ciangku ini begitu kena lantas mampus. Bila Ling Tiat-wi benar sudah berangkat bersama In tiong yan, rasanya tiada harganya kita membuat keributan di Lou-keh ceng, supaya tidak membawa banyak korban, bila sampai terjadi pertikaian bukankah membawa buntut permusuhan keluarga Lu kalian dengan Lou Jing cin ?"

Lu Giok-yau berkata, "Ucapanmu memang benar, tapi bila aku tidak menyelidiki sampai jelas duduknya perkara, aku tidak akan lepas tangan. Begini saja, kita menyelundup masuk ke Lou keh ceng melihat dengan mata kepala sendiri, bila tidak sampai turun tangan itulah baik, seumpama harus berkelahi kuharap kau sedikit mengurangi tenaga pukulanmu supaya tidak membikin jiwa orang melayang, cara demikian akan mengurangi kesukaran nanti."

Cin Liong-hwi tertawa getir, ujarnya, "Bicara memang gampang, sayangnya latihan Bi-lek-ciangku ini belum sempurna, sulit aku dapat mengendalikan tenagaku dalam perkelahian yang cukup sengit."

Lu Giok yau menjadi heran, tanyanya, "Aku pernah saksikan pertempuran Tiat wi melawan Hek Eng Lian tin san, perkelahian itu sungguh sangat mendebarkan dan gesit sekali. Pukulan Bi-lek-ciang yang dia mainkan kelihatannya jauh berbeda dengan permainanmu tadi, meskipun sangat liehay, tapi tidak berisi, melukai orang sampai mati. Apakah sebabnya?"

Cin Liong-hwi pura-pura tertawa sinis, dengan bangga ia berkata, "Nona Lu, banyak hal yang belum kau ketahui. Meskipun Ling Thiat wi terhitung Suhengku, tapi keampuhan latihan Bi-lek-ciangnya masih belum setanding dibanding kemampuanku. Kepandaiannya itu bagus dipandang tapi tidak berisi, maka dengan mudah ia kena dilukai oleh Lian Tin-san. Bila aku sendiri yang menghadapi musuh tanggung Lian Tin-san sudah mampus ditanganku. Ketahuilah latihan Bi-lek-ciang terbagi dalam tiga tingkat, ayahku sendiri sudah tentu sudah mencapai tingkat tertinggi, Lwekangnya dapat dilepas dan ditarik sesuka hatinya. Aku sendiri masih terlalu jauh dibanding kemampuan ayah, sekali turun tangan pasti bikin mampus nyawa. Sebaliknya Ling suheng baru mencapai taraf permulaan dibanding latihanku masih terpaut beberapa jauh lagi."

Posting Komentar