"Terhitung aku yang untung, luka lukaku tidak terlalu berat," Hek-swan-hong menjelaskan.
"Aku ada membawa beberapa butir Siau-hoan tan, pemberian dari Hong tiang Siau-lim kepada ayahku. Meski tidak usah kuatir terkena racun jahat itu lebih baik saudara menelan sebutir saja supaya tidak membahayakan kesehatan badan kelak."
Siau hoan tan buatan Siau lim memang obat mustajap nomor satu khusus untuk mengobati penyakit keracunan. Sebagai seorang polos dan jujur setelah mengetahui Geng Tian juga sahabat kental Hong-thian-lui Hek swan-hongpun tidak sungkan lagi menerima pemberian obatnya.
Kata Geng Tian selanjutnya, "Mengandal Siau hoan tan ini aku berobat diri dari pukulan berbisa itu, namun juga memakan dua hari lamanya baru bisa bergerak. Karena ketinggalan dua hari inilah waktu aku memburu kekampung saudara Ling kedatanganku sudah terlambat."
Hek-swan hong menjadi kuatir, tanyanya, "Jadi kau tidak ketemu ayah dan Suhu Ling toako?"
"Entah mengapa rumah keluarga Ling sudah terbakar habis tinggal puing-puingnya. Sedang seluruh kerabat keluarga Cin locianpwe juga sudah mengungsi entah pindah kemana. Menurut kata penduduk setempat, sehari sebelum kedatangan Siaute itu, rumah itu terbakar dan lapat lapat terdengar suara pertempuran, namun karena malam dan bernyali kecil mereka tiada yang berani keluar."
Hek-swan-hong semakin was-was, katanya, "Bila aturan dari kerajaan pasti tak perlu meluruk pada tengah malam dan melepas api. Bila musuh besar dari kaum persilatan, masa mengandal kepandaian silat Cin dan Ling berdua Locianpwe mandah membiarkan mereka mengganas sesuka hatinya."
"Akupun berpikir demikian, semoga mereka lolos dari bahaya dan selamat. Peristiwa ini kelak kita selidiki duduk perkara sebenarnya. Tugas yang terpenting sekarang adalah menolong Ling toako keluar. Saudara Hong apakah kau pernah ke keluarga Lou?"
Hek swan-hong tertawa getir, sahutnya, "Baru kemarin malam aku terusir keluar dari Lou khek Ceng. Sungguh menyesal, aku sudah berjumpa dengan Ling toako, tapi hampir saja jiwaku sendiri amblas direnggut musuh, tiada sempat pula aku menolong keluar.''
Geng Tian terkejut, tanyanya, "Ada tokoh lihay macam apakah dalam Lou keh Ceng?"
"Orang lain sih tidak kukuatirkan. Koksu dari Mongol itu benar-benar lihay luar biasa."
"Bukankah julukan pendeta asing itu adalah Liong siang Hoatong? Bagaimana kepandaiannya jika dibanding Jing bau khek?"
"Hakikatnya tidak bisa disejajarkan." ujar Hek swan hong. "Jing bau khek melulu mengandal pukulan yang berbisa, Lwekangnya memang sedikit lebih unggul dari Siaute."
"Lalu Liong siang Hoatong?''
"Belum lagi aku gebrak dengan dia lantas kena dikalahkan. Menurut hematku mungkin Lwekangnya setingkat masih lebih unggul dibanding Liong pangcu dari Kaypang. Mana bisa Jing-bau khek dibanding dia?" Ialu ia ceritakan pengalaman, dimana dengan sekali pukulan jarak jauh ia berhasil ikut mencelos dan bergeduk jantungnya.
Kata Geng Thian, "Betapapun lihay kepandaian musuh, tetapi harus menerjang ke Lok-keh-ceng."
"Sudah tentu. Seumpama tak berhasil menolong Ling-toako, kami juga harus melindungi nona Lu itu."
Geng Tian jadi terkejut pula, katanya, "Maksudmu putri Lu Tang wan?"
"Ya, dia kesana bersama bocah she Cin. Bocah itu mengaku sebagai Suheng Ling toako, namun menjadi murid Jing-bau khek pula, agaknya bukan seorang baik-baik. Kuharap sebelum mereka memasuki Lou-keh-ceng kita berhasil menyusul mereka dan membongkar kedok pemalsuan bocah keparat itu, supaya nona itu tidak tertipu olehnya."
"Lu Tang wan adalah tuan penolong Siaute," Geng Tian menjelaskan, "Menurut apa yang kutahu, nona Lu ini menaruh simpatik dan mungkin jatuh cinta pada Ling toako, entah bagaimana dia bisa berjalan sama bocah she Cin ? Mari lekas kita susul mereka."
Dalam perjalanan Hek-swan-hong tuturkan apa yang dia cari dengan percakapan Cin Liong-hwi dengan Lu Giok-yau kepada Geng Tian. Baru sekarang Geng Tian jelas duduknya perkara, katanya tertawa, "Jadi bocah itu membual dan mengagulkan diri, sebaliknya menjejakkan Ling-toako, Saudara Hong, waktu dengar bocah keparat itu membual seharusnya kau keluar menghajar adat padanya dan memberi tahu kepada Nona Lu akan kemunafikannya. Seharusnya kau menjelaskan bahwa kaulah justru yang menjadi kekasih tulen In tiong yan. Bukankah bisa meringankan beban pikirannya?"
Merah jengah muka Hek swan hong, katanya, "Saudara Geng, dari mana kau dengar kabar tak genah itu?"
"Kukira ini bukan kabar angin belaka? kupingku sendiri yang dengar dari penuturan In tiong yan."
Kejut dan girang pula perasaan Hek Swan Hong, tanyanya, "Kau pernah bertemu dengan In tiong Yan?" dalam hati ia berpikir, "Tapi masa ln tiong Yan bisa memberi tahu perihal itu kepada kau?"
Kata Geng Tian, "Tepat pada waktu Ling toako kena perkara itulah aku jumpa dengan dia." lalu ia ceritakan pertemuannya dengan ln tiong Yan, "didalam hutan itu akhirnya dia tidak katakan bahwa kau adalah pujaan hatinya, namun dari nada perkataannya aku orang luar inipun merasakan, jelas dia sangat rindu dan perhatian dirimu. Bila tidak buat apa dia mencari tahu keadaan dan jejakmu. Menurut katanya dia hendak menyerahkan sejilid Pinghoat kepada kau."
Melihat orang benar mengatakan rahasia ini, Hek swan hong baru mau percaya, sungguh syur dan hangat hatinya, pikirannya, "Sejak mula sudah kuduga, dia bukan orang jahat. kiranya betul !"
Kata Geng Tian pula, "Untung ada In tiong Yan di Lou keh ceng mungkin Ling toako dapat memperoleh keuntungan dalam kemalangannya."
"Ya, secara langsung dia sudah berkata padaku, begitu ada kesempatan ia hendak berdaya upaya untuk menolong membebaskan Hong thian lui, tapi aku menjadi kuatir setelah adanya peristiwa semalam paling tidak bakal menimbulkan rasa curiga Liong siang Hoatong terhadap dirinya."
Hek swan hong mengharap sebelum Lou Giok yau sampai memasuki rumah Keluarga Lou dapat menyusul mereka, bila dalam keadaan biasa, mengandal Ginkangnya bersama Geng Tian dapat saja ia mengejar waktu. Sayang baru saja ia terluka oleh pukulan berbisa Jing bau khek, meskipun sudah menelan Siau hoa tan paling tidak Ginkangnya rada berkurang, akhirnya ia menjadi kecewa karena tidak terlaksana keinginannya.
O^~^~^O
Dalam pada itu, dengan perasaan kurang tentram dan was was, malam itu kira kira pada kentongan kedua, akhirnya Cin Liong-hwi dan Lu Giok yau sampai juga di Lou-keh-ceng.
Sama sebagai kaum keroco yang belum punya pengalaman kangouw, dengan diam diam mereka menyelundup masuk ke kebon bunga belakang keluarga Lou. Tampak demikian besar dan luas bangunan gedung dan taman keluarga Lou ini, sedikitnya ada puluhan bangunan petak banyaknya, entah cara bagaimana mereka harus menyelinap kesana menyelidiki.