Hek-swan-hong segan mengutarakan rasa curiganya terhadap Cin Liong-hwi, katanya, "Kau mau percaya tidak terserah. Aku harus segera menyusul ke Lou keh ceng, selamat tinggal."
"Tak boleh pergi !" tiba-tiba Jing-hou-khek menghardik.
"Memangnya kau mau apa?" jengek Hek-swan hong gusar.
"Justru karena tidak percaya kau masa kubiarkan kau pergi mencelakai muridku. Hm, muridku itupun tidak perlu kau yang melindungi."
Sebagai seorang yang berpengalaman luas dalam kalangan Kangouw, Hek swan hong menjadi sadar, pikirannya, "Keparat tua ini ajak adu mulut disini, mungkin sengaja hendak mengulur waktuku supaya orang-orang Lou-khek ceng meringkus putri Lu Tang wan itu." karena kekuatirannya ini ia menjadi berlaku hati hati. Memang rekaannya tidak jauh meleset. Kiranya Jing-hou-khek sengaja hendak membiarkan Cin Liong-hwi bekerja menurut rencananya semula, supaya Lu Giok yau terjebak kedalam tipu dayanya. Ya tapi tiada maksudnya supaya mereka diringkus oleh orang orang keluarga Lou.
Setelah membongkar tipu daya orang, Hek swan hong lantas tertawa dingin katanya, "Aku Hek swan hong bebas kemana aku suka pergi atau datang. Kalau kau mampu coba rintangi aku !"
Jing hou khek mengenakan kedok muka wajahnya membeku dingin tak berexpresi, jengeknya, "Hek swan hong, dihadapanku tak kubiarkan kau bergerak bebas sesuka hatimu. Tidak percaya cobalah!"
Belum lenyap suaranya tampak Jing hou khek berkelebat, tahu tahu sudah melejit tiba dihadapan Hek swan hong. Dengan jurus Ji liong jing cu kontan Hek swan hong balas dengan serangan ganas, kedua jarinya terangkap untuk mencukil kedua biji mata musuh. Tapi Jing hou khek melintangkan telapak tangannya yang setajam golok itu untuk memapas pergelangan tangannya. Lapat lapat terendus oleh Hek swan hong bau amis yang memualkan perutnya.
Tergetar perasaan Hek swan hong, pikirannya, "Pukulan jahatnya ini sudah tentu jauh lebih lihay dari Cin Liong hwi bocah itu," sebelum menjajaki tinggi rendah ilmu kepandaian lawan, betapapun Hek swan hong harus berlaku sangat hati-hati, segera segesit kera dengan gerak tubuh Hong biau loh hoa, ia menyurut mundur berkelit dari samberan pukulan musuh yang berbisa itu.
Jing hou khek bergelak tawa, serunya, "Kukatakan kau tak akan bisa lari, sekarang percaya tidak ?"
Sekonyong- konyong Hek swan hong merubah permainannya, sebuah pukulan berubah menjadi dua, dua pukulah berubah menjadi empat pukulan, seketika dari delapan penjuru angin kelihatan telapak tangannya menari dan meraba secepat kilat, sasarannya tepat dan mematikan.
Keruan Jing hou khek sangat kaget. Batinnya, "Hek swan hong ternyata tidak bernama kosong, ilmu pukulannya ini benar hebat. Tak heran dia berani mencuri masuk kegedung Wanyen Tiangci menggondol pergi konsep rahasia yang sangat berharga itu. Usianya sekarang baru likuran tahun, kepandaiannya sudah begini hebat, beberapa tahun kemudian pasti aku bukan tandingannya lagi. Bila hari ini tidak kumampuskan dia kelak tentu merupakan perintang yang sangat berat." seketika timbul napsunya membunuh. Jengeknya dingin, "Hek swan hong, meski kepandaianmu lihay, untuk lolos dari tanganku betapapun kau takkan mampu."
Hek swan hong tertawa tantang, ujarnya, ''Sekarang aku jadi percaya bahwa Cin Liong hwi itu memang muridmu. Ternyata kalian guru dan murid sama pandai membual dan suka mengagulkan diri."
Belum lenyap suara tawanya, mendadak terasa bau amis yang berbau busuk menyampok mukanya, meski Lwekang Hek swan hong cukup tinggi tak urung ia rasakan dadanya sesak dan muak. Begitu merupakan ilmu pukulannya kedua telapak tangan Jing hou khek bergerak membundar, bundar membundar bergantian membawa kekuatan pukulan yang dahsyat bagai gelombang samudra yang berderai tak kenal putus. Keruan bercekat hati Hek swan hong. "Kecuali pukulannya berbisa, keparat ini ternyata punya kepandaian sejati. Aku tak boleh pandang rendah lawan."
Segera Hek swan hong kembangkan kehebatan Ginkangnya, ia berputar berlari dan berloncatan mengitari lawan, bertempur secara gerilya, ia berlaku sangat cermat dan hati-hati, selalu ia menghindari bertahan secara kekerasan melawan pukulan berbisa musuh. Sekejap saja lima puluh jurus telah berlalu. Sekonyong konyong Jing hou khek membalikkan tangan memukul dadanya sendiri, kontan darah segar menyembur dari mulutnya, tubuhnya pun sempoyongan hampir roboh.
Permainan aneh yang lucu dan mendadak ini benar-benar sangat mengejutkan Hek swan hong, selama hidup ini belum pernah ia saksikan atau dengar permainan silat macam ini, sesaat ia menjadi melongo dan berpikir, "Mana ada aturan pukul sendiri melukai badan."
Belum lenyap pikirannya, mendadak Jing hou khek membentak. "Kena !" tiba-tiba pukulannya menyelonong tiba dari jurusan yang terduga oleh Hek swan hong.
Sebat sekali Hek swan hong berkelit dan melejit menyingkir dari samping musuh, tiba tiba ia merasakan telapak tangannya kesemutan, seketika ia rasakan darah bergolak di-rongga dadanya. Ternyata meskipun ia berkelit secara cepat, betapapun ia harus melawan secara kekerasan untuk menangkis pukulan musuh yang tidak mungkin dihindari lagi.
Kiranya permainan jurus aneh dari Jing-hou khek ini merupakan ilmu jahat berbisa dari aliran sesat yang dinamakan Tukhiat-cian (panah darah berbisa), dimana setiap kali mulutnya menyemburkan darah, maka telapak tangannya akan mengandung bisa yang berlipat ganda, jurus aneh itu gunanya memang untuk membingungkan pihak lawan.
Untung Hek swan hong cukup berpengalaman, bila ganti orang lain, melihat orang pukul diri melukai sendiri, tentu segera menyerbu dan merangsak lebih hebat, perbuatan ini justru terjebak oleh musuh dan termakan oleh pukulan berbisa musuh malah, seumpama tidak mati pasti terluka berat. Memang tadi Hek swan-hong merasa heran, namun ia cukup cerdik, ia duga tentu lawan mengandung maksud tertentu dalam cara permainan melukai diri sendiri ini maka segera ia siap waspada, sedikitpun ia tidak temukan kemenangan. Begitu pukulan kedua belah pihak saling bentur cepat ia gunakan tenaga 'kisar' untuk memunahkan beberapa bagian kekuatan pukulan lawan, sehingga luka-lukanya berbisa tidak terlalu berat.
Tapi meski tidak terluka berat, gebrak selanjutnya Hek-swan-hong merasa kepalanya semakin pening dan pusing, pertahanannya semakin lemah dan tenagapun terkuras habis.
"Hek-swan-hong," Jing hou khek terkial-kial, "sudah rasakan kelihayanku belum ? Seharusnya kau tahu diri dan tak mungkin dapat lolos dari sepasang tanganku ini. Demi keselamatan jiwamu, lekas kau berlutut angkat aku sebagai guru saja. Setelah kau menjadi muridku, bukan saja jiwamu dapat kuselamatkan, seluruh kepandaianku inipun akan kuturunkan kepada kau."
"Kentutnya busuk," Maki Hek-swan hong gusar, sambil menggertak gigi ia melawan dengan sengit dan nekad, bila perlu biar gugur bersama.
Jing-hou khek menjadi gentar pikirnya, "Untuk membunuhnya tidak sukar, tapi bila aku berhasil membunuh dia, betapapun aku terluka berat pula."
Jing-hou-khek beranggapan bahwa dirinya jelas dapat menang, maka ia bekerja mengulur waktu, pikirnya, "Setelah ia kehabisan tenaga baru aku turun tangan mencabut jiwanya. Buat apa aku harus menghadapinya secara kekerasan sekarang ?"
Karena cara tempur mengulur waktu yang dianggap sempurna oleh Jing-hou-khek ini sehingga Hek-swan-hong dapat melanjutkan perkelahiannya sampai tiga puluhan jurus lagi, namun keadaannya sudah cukup payah. Lambat laun matanya semakin berkunang-kunang kepalanya juga semakin berat, penglihatannya menjadi samar-samar. Dalam keadaan yang gawat ini tiba-tiba didengarnya seseorang membentak, "Ee, kiranya kau bangsat tua jubah hijau ini mengganas lagi di sini."
Waktu Hek-swan-hong pentang matanya dan melihat tegas, tampak dihadapannya tahu-tahu tambah seorang pemuda berpakaian sastrawan bermuka cakap.
Terdengar Jing-hou-khek juga menjengek dingin, "Kau sudah pernah keok ditanganku, untung kau lari menyelamatkan diri, sekarang kau berani datang lagi mencari kematian ?"
Pemuda pelajar itu berkata, "Saudara ini silahkan mundur, biar kulawan keparat tua ini untuk menentukan siapa jantan dan siapa betina." dimana kipas ditangannya berkembang dan dilempit lagi, sembari bicara secepat kilat sekaligus ia sudah lancarkan tujuh serangan kilat, setiap jurus tipunya mengarah tempat berbahaya ditubuh Jing-hou khek.
Begitu tekanan menjadi kendor baru Hek-swan-hong berkesempatan menghirup napas segar, pikirannya, "Pemuda ini sangat cekatan, terang kepandaiannya tidak lemah. Tapi bila seorang diri melawan bangsat tua ini mungkin tak dapat memperoleh kemenangan." Maka segera ia buka suara, "Menghadapi bangsat tua macam iblis ini buat apa menggunakan aturan Kangouw apa segaIa?"
Melihat Hek-swan-hong masih kuat melabrak musuh dengan mati matian pemuda itu terkejut dan heran. Dia menyuruh Hek swan hong mundur bukan karena hendak menurut aturan Kangouw menempur sendiri sibangsat tua ini, soalnya karena ia melihat Hek swan hong sudah terluka.
Latihan Lweekang Hek-swan-hong dari aliran Hian-bun yang halus, ilmu ini sangat aneh dan mustajab sedikit berkesempatan mengatur napas dan memulihkan tenaga meski belum dapat memulihkan Lweekang semula, tapi sudah kuat dan mampu melabrak sibangsat tua keparat ini lagi.
Tipu permainan sipemuda itu ternyata juga aneh dan menakjubkan, bila kipasnya itu dikembangkan dapat dibuat senjata pedang melancarkan Ngo heng-kiam, bila dikatupkan kipasnya dapat digunakan menutuk jalan darah, tunjuk timur menghantam barat, serang selatan menggempur utara, serangannya beraneka ragam dan banyak perubahannya. Jing hou-khek menjadi kerepotan dan terdesak untuk melancarkan serangan yang mematikan merobohkan Hek-swan hong sudah tidak mungkin lagi.
Dalam pertempuran yang sengit itu tiba tiba terdengar suara "brek !" jubah didepan dada Jing-hou-khek berlobang sobek kena tutukan ujung kipas sipemuda, jalan darahnya juga terasa sedikit kesemutan dan sakit. Mau tak mau Jing hou-khek harus berpikir, "Bila melanjutkan pertempuran, mungkin tiada untungnya bagi aku. Lebih baik tinggal lari saja, untung Hek swan-hong sudah terluka masa dia mampu mengejarku. Dalam tempo satu jam takkan mampu dia menyusul ke Lou-keh-ceng." Setelah tetap ambil keputusan tiba-tiba ia memutar tubuh terus menyelinap masuk ke hutan yang gelap dan menghilang.
Hek-swan-hong menenangkan hati, katanya, "Terima kasih akan bantuan saudara ini?"
"Hah," Hek-swan-hong berjingkrak kaget serunya girang, "jadi saudara Geng adalah San-tian jiu dari Kanglam itu, Siaute she Hong bernama Thian-yang. Belum lama ini aku baru dengar nama besar saudara dari Liok-pangcu dari Kaypang."
Geng Tian juga terkejut, serunya. "Ternyata saudara adalah Hek-swan-hong yang kenamaan menggetarkan kangouw itu, sudah lama aku kepingin bertemu."
Hek swan-hong tersenyum kecut, tanyanya, "Entah untuk apakah saudara Geng sampai ditempat ini, secara kebetulan lewat atau sengaja menyusul kemari."
Kata Geng Tian, ''Ada seorang kawan she Ling berjulukan Hong Thian-lui, apakah saudara Hong kenal dia?"
"Maksudmu Ling Tiat-wi bukan justru dia kawan karibku."
Geng Tian terbahak bahak ujarnya, "Justru karena Hong thian-lui itulah aku kemari."
Lalu Geng Tian bercerita cara bagaimana ia berkenalan dengan Hong thian-lui, selanjutnya ia menambahkan, "Sejak aku berpisah dengan Sip it sian sebetulnya hendak memburu kekampung halaman Ling-toako untuk memberi tahu ditengah jalan aku bentrok dengan Jing-bau-lokoay tadi, entah dari golongan mana dia, dia tahu bahwa aku hendak pergi ke rumah keluarga Ling untuk memberi kabar, turun tangan melukai aku, kalau dibicarakan sungguh harus disesalkan, aku kena pukulannya berbisa, untung masih dapat berlari sipat kuping, sehingga jiwa ini tidak berkorban sia-sia."
"Pukulan berbisa Lokoay itu memang hebat dan ganas," demikian ujar Hek-swan-hong. "saudara Geng, kau dapat sembuh demikian cepat, dalam jangka setengah bulan lantas kau mampu menyusul kemari dan melabraknya pula, sungguh Siaute sangat kagum."
"Saudara Hong," kata Geng Tian, "Setelah terluka kau masih mampu bergebrak sekian lama melawannya, Siaute lebih kagum lagi."