Cin Liong hwi memang pintar membual tapi Lu Giok yau percaya akan obrolannya, katanya, "O, jadi begitu." dalam hati ia berpiker, "Putra lebih dekat dari murid, guru Ling-toako pilih2 kasih, kejadian yang jamak. Tapi dia mengatakan kepandaian Ling toako cuma kembangan dan tidak berisi, kenapa pula jurus permainannya kelihatannya jauh dibawah kepandaian Ling-toako ? Apakah kepandaian berisi dari pelajaran keluarganya memang lebih jelek dipandang?" Lu Giok-yau menjadi uring-uringan dan kurang senang karena orang merendahkan kepandaian silat Ling Tiat-wi.
O^~^~^O
Tapi kenyataan memang tenaga pukulan Liong hwi jauh lebih lihay dan jahat dari Ling Tiat wi, Lu Giok-yau tidak tahu seluk beluk intisari panca indra pelajaran Bi-lek ciang, maka iapun segan banyak tanya lagi.
Sebaliknya Hek swan-hong yang sembunyi dan mengintip gerak-gerik mereka menjadi bertanya-tanya dalam hati. Sebagai seorang ahli silat, pandangannya sudah tentu lebih tajam dari Lu Giok yau; apalagi dia sendiri pernah gebrak langsung dengan Ling Tiat wi. Sekali pandang saja lantas dia dapat melihat keganjilan pukulan Bi-lek-ciang yang dilancarkan Cin Liong-hwi. Setelah Lu Giok-yau pergi jauh, diam diam ia keluar dan memeriksa mayat kedua orang itu. Tampak panca indra kedua mayat itu sama mengeluarkan darah, jelas tidak mungkin mampus karena kekuatan pukulan Bi lek ciang yang bersifat keras dan kasar itu, yang benar adalah akibat pukulan jahat yang berbisa.
Hek-swan-hong berpikir, "Cin Hou-siau sebagai tokoh silat, apalagi Bi-lek-ciang merupakan ilmu lurus yang kenamaan, mana bisa melukai orang sampai begitu rupa ? Apakah bocah itu menyamar sebagai putra Cin Hou siau? Tapi keluarga Lu dan keluarga Ling merupakan sahabat kental sejak kakek moyang mereka, bila bocah ini benar samaran masa bisa mengelabui ibu dan anak keluarga Lu ?"
Lantas terpikir pula olehnya, "Seumpama bocah ini benar Sute Ling Tiat-wi, kelihatannya juga bukan orang baik-baik. Dari ucapannya tadi bukan saja berlaku kurang hormat terhadap sang suheng, jelas pula tiada niat hendak menolong Suhengnya. Sayang nona Lu itu terlalu cetek pengalaman sehingga tidak tahu bahwa dirinya diapusi."
Karena rasa kecurigaan inilah maka selanjutnya secara diam-diam Hek swan-hong menguntit dibelakang mereka, pikirnya, "Bila bocah ini benar punya nyali masuklah ke Lou keh ceng, secara diam diam aku harus bantu mereka."
Setelah melampaui hutan ini jalan selanjutnya menjadi lapang, supaya tidak konangan jejaknya, Hek swan hong memperlambat jalannya, entah berapa lama kemudian ia tiba disebuah pengkolan jalan, sekonyong konyong didengarnya suara desiran senjata rahasia, itulah sebutir batu kerikil yang menyambar kearah Hek-swan-hong. Sudah tentu Hek-swan-hong terkejut, batinnya : "Entah siapakah orangnya, belum lagi tampak orangnya senjata rahasianya sudah menyambar tiba kepandaiannya ini tidak lemah, tapi kenapa sasarannya bisa nyeleweng, apakah dia sengaja hendak memancing diriku ?" karena rasa ingin tahunya segera ia melesat kearah datangnya kerikil sana.
Tampak seorang laki laki berjubah hijau berdiri diatas gundukan tanah tinggi dipinggir jalan sana, katanya tertawa, "Hek-swan-hong, bila kau berani mari ikut aku !"
Kelihatannya orang tidak bermaksud jahat, maka Hek-swan hong berpikir. "Mengandal kemampuannya untuk melukai nona Lu dan bocah she Cin itu segampang membalikkan telapak tangan. Dia membiarkan mereka lewat, agaknya hendak membuat perkara padaku saja. Seumpama dia memang hendak mencari perkara masakah aku takut padanya ?"
Mereka sama memiliki Ginkang tingkat tinggi, sekejap saja Jing hou khek sudah membawa Hek-swan hong memasuki hutan lebat.
Kata Hek-swan-hong, "Disini tiada orang. Siapakah tuan ini, ada petunjuk apa, silahkan katakan saja ?"
Jing hou-khek terbahak bahak sambil memutar tubuh, ujarnya, "Hek-swan-hong, kau tidak kenal aku, sebaliknya aku tidak kenal kau. Baru saja kau terusir keluar dari Lou-keh ceng bukan ?"
"Apakah kau dari Lou-keh-ceng ?"
"Lou-keh-ceng tiada sangkut pautnya dengan aku. Tapi aku paling benci melihat orang turut campur urusan orang lain."
Hek-swan hong melengak, jengeknya dingin, "Jadi kau memang hendak membela kepentingan Lou Jin cin ?"
"Sudah kukatakan aku tidak suka turut campur urusan orang lain. Lou Jin-cin juga tidak perlu orang menalangi kepentingannya."
"Lalu apa maksudmu kau ajak aku kemari ?"
"Aku tidak turut campur urusan orang lain. Tapi urusan yang bersangkut paut dengan diriku tidak bisa harus kuurus. Hek-swan hong, katakan, kenapa kau menguntit muridku ?"
"Siapakah muridmu itu ?"
"Cin Liong-hwi yang berjalan sama putri Lu Tang-wan itulah."
Hek swan-hong terkejut, serunya, "Cin Liong-hwi bukankah dia putra Cin Hou-siau?"
"Benar, kau tahu asal usulnya, kenapa pula menguntit dia, jelas kau bermaksud jahat bukan?"
"Nanti dulu, coba kau jelaskan. Putra... Cin Hou-siau bagaimana bisa menjadi muridmu ?"
"Kenapa tidak bisa ? Dia sudah berlutut dan menyembah angkat aku jadi gurunya, sudah tentu dia menjadi muridku."
Hek-swan-hong menjadi sangsi hatinya. Sebagai seorang cikal bakal sebuah aliran silat tersendiri masa Cin Hou-siau rela membiarkan putranya angkat guru pada orang lain. Malah ilmu yang dipelajari adalah pukulan jahat yang berbisa lagi ? namun serta ia melihat ucapan Jing-hou-khek begitu yakin dan sungguh-sungguh, ia menjadi ragu-ragu dan setengah percaya. Maka ia menjengek dingin, "Seumpama Cin Liong-hwi itu benar menjadi muridmu, lantas kau mau apa?"
"Sebagai muridku, aku tidak mudah membiarkan orang lain mencelakai jiwanya."
Hek-swan-hong tertawa besar, serunya, "Kau sendiri belum jelas duduknya perkara, dari mana kau tahu bahwa aku hendak mencelakai jiwanya ?"
"Kau main sembunyi dan menguntit mereka jelas bermaksud jelek."
"Justru kaulah yang mengukur orang lain dengan pribadimu sendiri yang rendah. Bicara terus terang aku ingin melindungi mereka malah."
"Orok umur tiga tahun juga tidak bakal percaya obrolanmu. Masa kau berhati begitu baik. Kenapa tidak terus terang saja bicara dihadapan muridku ?"