Melihat adanya kesempatan ini sebat sekali Lou Jin cin segera menubruk maju, berbareng ia kembangkan ilmu Tay kim-na-jiu-hoat, cakar tangannya mencengkeram Biba-kut atau tulang pundak Geng Tian. Secara kebetulan Lu Tang-wang pun sudah melesat tiba tepat pada waktunya, terdengar ia menjengek dingin, "Orang she Lou mari kita tentukan siapa jantan atau betina!"
Lou Jin cin maklum bahwa ilmu bian ciang lawan sangat liehay dan sudah mencapai tingkat yang dapat menepuk batu keras menjadi tepung, mana ia berani berniat melukai Ceng Tian pula, menyelamatkan diri sendiri ada lebih penting? Gerak-geriknya memang cukup gesit juga, tahu-tahu cengkeraman tangannya sudah menyelonong balik balas menyerang maka gebrak lain mereka sudah saling tubruk dan berloncatan mencari posisi yang lebih menguntungkan, untuk melanjutkan perkelahian yang seru.
Dalam pada itu Thio Jay giok sedang membalikkan pergelangan tangan, cambuk panjang mengikuti gerakan tangannya, mendadak menjentik keatas dan lepas dari lilitan kipas lawan, dengan jurus Giok-tay wi yau (cambuk melibat pinggang) tahu-tahu menukik ke bawah dan menyerang dengan lebih gesit pula. Justru Giok tay wi-yau ini berlainan dari letak dipertengahan sengaja melejit naik menyerang, bagian atas yang diarah adalah melilit leher untuk menyesakkan tenggorokan musuh. Cara permainan ilmu cambuknya yang lincah dan tangkas ini sungguh menakjubkan.
Tapi gerak-gerik Geng Tian betapapun lebih gesit dan cekatan dari lawan. Secara mendadak dua belah pihak mengganti tipu untuk menyerang, keruan cambuk panjang Jay Giok mengenai tempat kosong, sedang kipas Geng Tian mendadak menindih kebawah terus melesat maju memapas kearah jari lawan yang memegang gagang cambuk. Pinggiran kipas Geng Tian ini terbuat dari baja murni dan tipis, bila dikembangkan dapat digunakan sebagai senjata tajam sebangsa pedang pendek.
Keruan Thio Jay-giok tersentak kaget seperti disengat kala, lekas-lekas ia menggeser kaki sambil memutar tubuh berkelit jumpalitan satu setengah tombak jauhnya. Mengandal keuntungan dari panjang cambuknya, ia ayun dan memutar-mutar senjatanya menyerang dari jarak jauh, begitu kencang putaran cambuknya sehingga penjagaannya cukup rapat, umpama hujan airpun tak tertembuskan.
Dilain pihak keempat dayang Thio Jay giokpun sedang mengerubutinya Sip It-sian, empat cambuk panjang mereka ditarikan begitu lincah dan bergulungan naik turun laksana ombak samudra mengalun tinggi rendah, seolah olah Sip It-sian sudah terkurung dalam jala dari taburan empat cambuk panjang musuh. Untung Sip It-sian dapat mengandal kelincahan Ginkangnya main selulup dan terobos kian kemari menyelamatkan diri. Dalam waktu dekat terang ia tidak akan mampu menjebol kepungan musuh untuk meloloskan diri.
Keadaan pertempuran sudah menjadi kalang kabut dan saling berkutat menjadi satu. Para pemanah itu menjadi kerepotan dan was was untuk membidikkan anak panahnya, beramai ramai mereka segera mengundurkan diri, supaya tidak menjadi korban secara konyol terkena senjata nyasar.
Tapi ada beberapa puluh centing Lou Jin cin yang biasanya terdidik ilmu silat segera merubung maju mengepung diluar gelanggang pertempuran. Lu Tang-wan menghardik keras. "Wut" sekaligus ia memberondong tujuh kali pukulan berantai, setombak membundar sekitar gelanggang merasa dada sakit dan sesak napas. Keruan Lou Jin cin dan isterinya termasuk keempat dayangnya merasa pernapasannya menjadi berat, tanpa merasa mereka sama terhuyung mundur.
Dergan kekuatan pukulan Bian ciang yang sudah terlatih sempurna itu Lu Tang wan meIabrak musuhnya dengan sengit, kepungan musuh yang tadi semakin ketat dan mengecil seketika kena disapu mundur oleh kekuatan pukulannya, Sip It-sian menjadi berkesempatan lolos dari kepungan jala taburan cambuk lawan, dan sekarang bergabung menjadi satu bersama Lu Tang-wan dan Geng Tian.
Baru sekarang Lu Tang-wan berkesempatan perhatikan pemuda penolongnya terasa seolah-olah sudah dikenalnya, segera ia bertanya, "Terima kasih Siauhiap, bukankah kau Geng-kongcu adanya?"
Kata Geng Tian, "Wanpwee memang Geng Tian. Terima kasih atas budi pertolongan paman yang melindungi aku tempo dulu, sekarang berkesempatan untuk aku membalas budi kebaikan Cianpwe. Masih ada seorang kawan yang berjuluk Hek-swan hong segerapun akan menyusul tiba."
Kejut dan girang pula hati Lu Tang wan, batinnya, "Siapa akan nyana seorang pelajar yang lemah waktu kecilnya dulu sekarang sudah punya kepandaian silat yang begini lihay. Hek-swan hong itu punya nama tenar dan menggetarkan Kangouw, tentu kepandaian silatnyapun tidaklah lemah." Bahwa girangnya semangat tempurnya semakin berkobar.
Begitu Lu Tang-wan kembangkan kekuatan Bian ciangnya, hawa menjadi bergolak semakin hebat laksana gelombang samudra mendebur tak kenal putus, seputar setombak di sekitar gelanggang yang berkepandaian rendah seketika terdesak mundur pontang panting. Mengandal kegesitan gerak badannya Geng Tian berlincahan kian kemari, begitu ada kesempatan segera ia loncat menyergap musuh dan melukainya. Meskipun Lou Jin-cin serta isterinya tak dapat dilukai, tapi beberapa anak buahnya yang bernyali besar berani merangsak maju banyak yang telah roboh ditangannya.
Lambat laun Lou Jin cin sendiri menjadi gentar dan ciut nyalinya. Nada perkataannya menjadi lembek. "Lu Tang-wan, putrimu kan sudah pergi, buat apa kau main adu jiwa disini? Bicara terus terang, meski kau seorang laki laki gagah betapapun takkan kuat melawan kerubutan sekian banyak anak buahku. Demi keselamatan dan keuntungan dua belah pihak, lebih baik kau menjura mohon maaf saja kepadaku, mengingat kita sebagai tetangga sekian tahun lamanya, setelah kau minta maaf akupun tidak akan mengulur panjang urusan ini. Kalau tidak Hehehe, bila Liong siang Hoatong sempat menyusul kemari beliau takkan begitu murah hati mau melepas kau pergi."
"Kentutmu busuk! Jangan kau mimpi!" demikian maki Lu Tang-wan. "Kiranya kau sangat mengandalkan Koksu dari bangsa Tartar itu. Baik marilah kita tunggu dan lihat ! Hm. Jangan kata baru Hoatong apa segala, dewa malaikatpun tidak akan mampu melindungi jiwamu lagi. Justru kaulah yang harus berlutut dan minta ampun padaku, tapi entahlah apa aku sudi memberi ampun pada kau tua bangka itu !"
Dari perkataan orang Lou Jin-cin berkesimpulan, bahwa seolah-olah Liong-siang Hoatong sendiripun dalam marabahaya, keruan bercekat hatinya, pikirnya : "Pembantu paling lihay Lu Tang-wan sudah kuketahui melulu hanya Cin Hou-siau seorang kepandaian silat Liong-siang Hoatong begitu sakti dan lihay, mana mungkin menghadapi marabahaya ? Mungkinkah ia memanggil pula bantuan tokoh kosen lain yang belum mengunjukkan dirinya?" hatinya setengah percaya, akhirnya ia berkata : "Eh, kau tidak terima suguhan arakku sebaliknya minta digebuk. Jangan kau menyesal bila aku berlaku tidak sungkan lagi terhadap kalian ! Hayo serbu berbareng !" kata-katanya terakhir adalah memberi aba-aba kepada seluruh anak buahnya.
Lu Tang-wan mengempos semangat, dia beradu punggung sama Geng Tian membendung segala serangan dari luar. Betapapun banyak anak buah Lou Jin-cin dalam waktu dekat mereka takkan mampu berbuat apa-apa terhadap Lu Tang-wan bertiga. Sebaliknya untuk menjebol kepungan dan melarikan diri pun bukanlah soal gampang bagi Geng Tian bertiga.
Geng Tian merasa was-was, hatinya kurang tentram, diam-diam ia berpikir, "Liong siang Hoatong adalah jagoan nomor satu diseluruh mongol. Hek-swan-hong sendiri pernah kecundang ditangannya, kenapa paman Lu tadi bicara begitu takabur ? Sayang dalam waktu dekat aku tidak mampu menerjang keluar kurungan untuk membantu mereka. Entahlah bagaimana kepandaian mereka sekarang ?"
O^~^~^O
Sekarang mari ikuti jejak Hek-swan-hong yang memburu kepekarangan belakang, kedatangannya sungguh tepat pada waktunya. Cin Hou-siau dan Hong-thian-lui sudah terdesak hebat kepayahan, kontan Hek-swan-hong menghardik terus menubruk maju melibatkan diri dalam pertempuran yang sengit.
Liong-siang Hoatong tertawa ejek, "Kau adalah bekas kecundangku. Berani benar kau mengantar kematianmu !"
Bagi Hong-thian-lui kedatangan Hek-swan-hong justru sangat mengejutkan dan menggembirakan hatinya, seketika berkobar semangatnya "wut" kontan ia memukul dengan setaker tenaga, begitu gabungan pukulan antar guru dan murid ini memberondong keluar ditambah permainan pukulan Hek-swan-hong yang penuh variasi antara lemah dan kekerasan itu, pukulannya menjadi sulit diraba juntrungannya. Meskipun Liong-siang Hoatong sudah kerahkan Liong-siangkang sampai tingkat kesembilan tak urung badannya tersurut mundur.
Sebetulnya Liong-siang Hoatong mengurut ukuran sudah dapat mengalahkan keroyokan mereka guru dan murid tapi paling paling kepandaiannya cuma setingkat lebih unggul, kini setelah pihak musuh bertambah tenaga baru macam Hek-swan-hong justru Liong siang Hoatong kini dipihak yang terdesak berat.
Daerah pekarangan belakang sebelah timur oleh Lou Jin cin khusus disediakan untuk tempat peristirahatan kawanan tamu dari Mongol ini, seluruh anak buahnya sudah memburu keluar dan menonton dipinggir gelanggang. Soalnya sebagai Koksu yang berkedudukan agung di Mongol merupakan jagoan nomor satu lagi, kecuali mendapat perintahnya langsung seluruh anak buahnya tiada seorang pun yang berani maju membantu. Apalagi sebelum Hek-swan-hong datang tadi keadaan Liong-siang Hoatong berada diatas angin, sudah tentu para pembantunya itu tiada seorang pun yang menunjukkan diri, supaya tidak menyalahi aturannya. (sebagai jagoan nomor satu sudah tentu malu dibantu oleh anak buahnya bukan)
Dengan satu melawan tiga keadaan Liong-siang Hoatong semakin terdesak, beberapa pembantunya yang punya pandangan luas dan cukup berpengalaman segera merasakan firasat jelek, ada dua Kim tiang Busu segera tampil kedepan dan berseru, "Koksu, kedua bangsat cilik ini mana ada harganya bergebrak dengan kau orang tua, berikan pada kami biar kami labrak habis-habisan!"
Liong-siang Hoatong pura-pura gemede, dengusnya, "Bunuh ayam masa perlu gunakan golok kerbau, ya memang benar ucapan kalian. Nah labrak mereka!" dimana lengan bahunya yang gombrong itu dikebutkan laksana golok besar yang memapas turun kontan memisahkan Hong-thian-lui dan Cin Hou-siau, kejadian adalah begitu cepat, dilain kejap para Kim tiang Busu itu sudah saling gebrak dengan Hong thian-lui. Tatkala Cin Hou-siau dengan Bi lek ciangnya berhasil menjebol jurus Thi siu hud bun dari Liong-siang kang yang hebat dari tingkat kesembilan, Hek swan-hong sendiri pun keburu sudah dicegat dan dihalang-halangi oleh beberapa Busu. Kini mereka bisa saling memberi bantuan yang diperlukan.
Lwekang Hong-thian-lui tidak lebih baru pulih enam tujuh bagian, setelah mengalami pertempuran sengit ini lambat laun tenaganya terkuras pula tidak sedikit, dua Kim tiang Busu lawannya ini kepandaiannya tidak terlalu jauh dibanding Umong atau Cohaptoh, dengan menggertak gigi Hong-thian lui terus bertempur mati-matian, sekian lama mereka hanya setanding alias sama kuat.
Justru yang mengerubut Hek-swan hong melulu Busu tingkat rendahan belaka, mereka bukan tingkat Kim tiang Busu (Kim-tiang Busu terdiri dari jagoan yang terpilih diantara para Busu busu yang terpilih jadi Kimtiang Busu oleh Khan agung Mongol cuma delapan belas orang, boleh dikata kepandaian mereka merupakan aliran tingkat tinggi). Dengan ilmu pukulan Hek swan-hong yang menakjubkan dan aneh serba variasi itu ia tempur para pengoroyoknya, keadaannya lebih mending dan berada diatas angin, sekejap saja ia berhasil menutuk dua busu.
Baru saja Hek-swan hong berhasil membobol keluar dan hendak menerjang bergabung dengan Hong-thian-lui, mendadak dilihatnya dua Busu berlari bagai terbang mendatangi, teriak mereka bersama, "Bocah keparat. Mari kita tentukan lagi siapa jantan atau betina !" kedua Busu ini bukan lain adalah Umong dan Cohaptoh yang tadi berhasil telah dirobohkan oleh Geng Tian.
Ternyata tadi Cohaptoh kecundang oleh Geng Tian dan tertutuk jalan darah Hoan-tian-hiat didengkulnya. Umong memanggulnya sembunyi disemak-semak kembang disana membebaskan jalan darahnya lalu melongok pekarangan depan sebelah barat. Melihat Lu Tang-wan, Geng Tian dan Sip It sian sudah terkepung dan kelihatannya tak mampu berkutik lagi, kiranya seluruh kekuatan Lou-keh-ceng sudah berkelebihan untuk menghadapi mereka, dan tak perlu dibantu lagi oleh karena itu segera mereka berlari balik mencari Hek swan-hong menuntut balas. Sekarang dengan mengandal pihak yang banyak, nyali mereka menjadi besar sudah tentu ia menjadi berani menantang untuk bertanding lagi.
"Betina atau jantan yang jelas kalian tadi sudah roboh, tidak malu kau masih berani buka mulut," Demikian jengek Hek-swan-hong, "Hm, kalian hanya mengandal orang banyak, marilah maju sekalian, emangnya aku takut?" seiring dengan tawa dinginnya, telapak tangannya sudah menampar dan jaripun menutuk bergantian menyerang dengan gencar, kontan ia merobohkan dua Busu lagi, kini ia berhasil bergabung pula dengan Hong thian-lui.
"Kalian mundur!" teriak Umong kepada teman temannya yang rendahan, dua Kim tiang Busu yang lain sudah tentu masih jaga gengsi dan melabrak terus bergabung empat mengeroyok dua.
Dengan bahu membahu Hong thian-lui menjadi semakin berkobar daya tempurnya, demikian juga Hek-swan hong semakin gagah, empat Busu lawan mereka sama pernah kecundang, terutama Umong dan Cohaptoh bukan sekali dua mereka pernah dirugikan, oleh karena itu meski pihak mereka berjumlah banyak dan mendesak diatas angin, betapapun mereka rada keder dan was-was, tak berani bergerak terlalu dekat dengan ceroboh.
Pertempuran berkelompok yang terjadi didepan dan dibelakang pekarangan terus berlangsung gegap gempita, bahaya dan kritis justru pihak Cin Hou siau yang melawan mati-matian Liong siang Hoatong.
Tapi daya tempur Cin Hou siau yang ulet dan perwira itu benar benar diluar dugaan Liong-siang Hoatong, tadi waktu bergabung dengan Hong-thian lui, mereka guru dan murid sudah terdesak dibawah angin, kini setelah bertanding satu lawan satu, bicara sejujurnya betapapun ia tidak akan kuat melawan Liong-siang-kang tingkat kesembilan yang dikerahkan. Liong-siang Hoatong beranggapan tanpa banyak mengeluarkan tenaga lagi paling banyak tiga puluh jurus pasti ia berhasil mengalahkan lawannya.
Tak duga sekejap saja empat puluh jurus telah berlalu. Meski pukulan Liong-siang Hoatong laksana gelombang samudra yang bergulung gulung tinggi, tapi Cin Hou siau tak ubahnya laksana selonjor batu padas yang kokoh kuat berdiri ditengah damparan badai, sedikitpun ia tidak bergeming karena gelombang pasang yang hebat itu. Ternyata kekuatan pukulan dari aliran Lwekeh yang dilatihnya itu sudah mencapai puncak tertinggi dan sempurna walau dia tak sebanding Liong-siang kang yang ganas dan hebat itu, tapi bagi perlindungan dan pertahanan, cukup menjaga diri saja tanpa balas menyerang, maka daya tempurnya akan selibat lebih kuat.
Adalah Hong-thian lui yang menguatirkan keadaan gurunya, sedikit perhatian tercurah, Cohaptoh yang cerdik dan awas itu segera mendesak maju, tahu-tahu cakar tangannya sudah berhasil meraih kepundaknya, begitu kerahkan tenaga ia hendak mencengkeram remuk tulang pundak orang. Untung Hong Thian lui bisa berlaku sebat, segera pundak diturunkan berbareng sikutnya bekerja menyodok kedepan. Bersamaan waktunya Hek swan-hong juga memapaskan telapak tangannya ke leher Cohaptoh dari samping. Jurus ini adalah serangan yang membuat lawan harus menyelamatkan diri lebih dulu, betul juga Cohaptoh segera melompat menyingkir sehingga tidak terlaksana usahanya. Bersamaan waktunya Umong dan seorang Busu yang lainpun telah mendorongkan telapak tangan menggempur maju memunahkan serangan-serangan Hek swan-hong itu.
Tapi Cohaptoh adalah jagoan gulat yang kenamaan dari Monggol, mesti cengkeramannya itu tidak berhasil meremas remuk tulang pundak Hong-thian-lui, tak urung bajunya sudah remuk berhamburan.
Disebelah sana Cin Hou-siau berteriak, "Anak Wi jangan gugup, bertahan lagi sebentar, kita akan dapat lolos dari mata bahaya. Kaupun tak perlu kuatir akan keselamatanku . . . !"
Liong-siang Hoatong terbahak bahak, serunya, "Kalian ingin lari ? Cin Hou-siau, meski Bilek ciangmu tidak lemah, tak lebih kau bertempur seperti binatang dalam kerangkeng, sebentar lagi bakal terkurung dalam sangkar. Dengan cara tempurmu yang mati-matian ini, tak lebih seratus jurus pula, tidak mati ya mesti luka parah ! Hm, jiwamu sendiri belum tentu selamat masih ingin melindungi putramu apa segala?"
Hek-swan hong juga bersangsi, ia anggap ucapan Cin Hou-siau melulu untuk menghibur putranya saja, dalam hati ia membatin, "Sudah sekian lama Geng Tian belum lagi datang, mungkin disebelah sana iapun terkurung musuh, bala bantuan dari mana pula yang bakal tiba ?"
Memang dugaan Hek-swan hong tidak salah, Geng Tian dan Lu Tang-wan memang terkepung oleh musuh. Tapi dia tidak tahu kecuali Lu Tang wan masih ada seorang yang justru merupakan lawan terampuh bagi Lou-keh-ceng yang masih belum mengunjukkan diri.
Belum lagi ucapan Liong-siang Hoatong selesai mendadak terdengar seseorang berseru lantang, "Lou Jin cin ! Kau dengar. . . !" orang ini berdiri diatas sebuah gunung-gunungan palsu yang terletak ditengah antara barat dan timur dari kedua pekarangan depan dan belakang itu, semua orang dari kedua belah pihak bisa dengar dan melihat dengan jelas.