Si Angin Puyuh Si Tangan Kilat Chapter 76

NIC

Beruntun Liong-siang Hoatong mencengkeram tiga kali Hong thian-lui pun tersurut mundur tiga tindak. Saking kaget In-tiong-yan menjadi gugup setengah mati, tak tertahan lagi ia menjerit kejut. Tatkala itu . . . Umong dan Cohaptoh pun sudah memburu keluar.

Baru sekarang Liong siang Hoatong pura-pura melihat kehadiran In-tiong-yan, serunya, "Eh, Pile kongcu, kenapa kaupun berada disini ...? Cohaptoh lekas antar tuan putri kembali." untuk menjaga nama baik In-tiong-yan. Tapi perintahnya itu hakikatnya adalah menyuruh Cohaptoh mengawasi gerak-gerik selanjutnya.

Segera Cohaptoh menjura katanya hormat, "Tuan putri tak usah khawatir, ada Koksu disini, betapapun bocah keparat itu takkan dapat Iolos. Harap Tuan putri kembali kekamar istirahat."

Setelah tersurut mundur tiga tindak lekas-lekas Hong thian-lui kerahkan tenaga berat Jian-kin-tui, yang ia kerahkan memang hebat, seakan-akan kedua kakinya seperti terpaku dan tumbuh akar diatas tanah. Tenaga cengkeraman keempat yang dikerahkan Liong Siang Hoa-tong menjadi tak kuasa menggeser kedudukan kakinya lagi, semula Hong-thian-lui tercengkeram mundur tiga tindak dari kejauhan karena obat pemunah dalam tubuhnya belum menunjukan khasiatnya, paling-paling tenaganya baru pulih enam tujuh bagian saja.

O^~^~^O

Melihat cengkeraman keempat kalinya tidak menggemingkan tubuh orang, Liong-siang Hoa-tong sendiripun merasa diluar dugaan, batinnya : "Tak heran Umong pernah kecundang olehnya, bila Lwekangnya sudah pulih seluruhnya, Liong-jiau-jiu yang kulancarkan ini betapapun tidak dapat mengapa-apakan dia, kecuali melabraknya tiada jalan lain untuk membekuknya." Segera ia kerahkan beberapa lipat tenaganya, jari-jarinya mencengkram ditengah udara dari jarak jauh. Tubuh Hong-thian-lui hanya bergoyang gontai, sedikitpun kakinya tidak bergeming.

Meski tidak bergeser, namun ia sudah merasa sangat payah, kepalanya basah kuyup oleh keringat.

Terdengar Liong-siang Hoatong tertawa dingin, ejeknya : "Bocah kau ini bila main kekerasan, aku tidak akan segan lagi membuatmu terluka."

Tepat pada saat itu juga sekonyong-konyong seseorang menghardik keras laksana guntur menggelegar : "Siapa berani melukai muridku." terdengar suaranya orangnyapun sudah meneriang tiba, segulung angin pukulan yang keras dan kuat sekali, laksana gugur gunung menerpa kearah Liong-siang Hoatong.

Liong-siang Hoatong merubah cengkeraman tangan menjadi pukulan telapak tangan, kontan ia dorong telapak tangannya menyongsong serangan musuh, kekuatan pukulannya menderu keras, lapat-lapat terdengar gemuruh geluduk. Begitu dua tenaga pukulan saling bentrok, jubah kedodoran Liong-siang Hoatong berkembang seperti layar yang dihembus angin badai, orang yang menjadi lawannya itupun bergoyang gontai, kalau dibanding secara kenyataan, kekuatan pukulan Liong-siang-Hoatong masih setingkat lebih menang.

Liong siang-Hoatong bergelak tawa, serunya : "Bi-lek ciang memang tidak bernama kosong, yang datang ini tentu Cin tayhiap adanya. Lolap sudah lama kagum, sungguh kebetulan kedatangan Cin-tayhiap untuk memberi petunjuk." seiring dengan gelak tawanya ia kerahkan seluruh kekuatan Liong-siang kang sampai tingkat kesembilan.

Liong-siang-kang memang terbagi sembilan tingkat, tingkat demi tingkat lebih lihay berlipat ganda, bila kekuatan dikerahkan sampai tingkat kesembilan boleh dikatakan sudah mengembangkan Liong-siang-kang pada tingkat tertinggi dan hebat sekali perbawanya, seolah-olah gelombang bergelombang, gelombang yang belakang lebih tinggi dan lebih hebat dari gelombang yang duluan, tak kenal putus lagi.

Liong-siang Hoatong percaya bahwa dirinya mampu untuk merobohkan Cin Hou-siau, tak duga tengah ia girang dan bangga akan pertunjukkan kekuatannya, sekonyong-konyong segulung tenaga menerpa pula dari arah lain, rangsangan tenaga kali ini jauh berbeda dengan Bi-lek-ciang Cin Hou-siau yang mengandung tenaga keras dan kasar itu, sebaliknya tenaga ini adalah sedemikian lunak dan empuk, datang secara mendadak dan tanpa suara lagi. Meskipun lunak namun kekuatannya ternyata sangat ganas, sambung menyambung menjadi satu, begitu liat dan tak terputuskan. Begitulah antara keras dan lunak ini masing-masing mempunyai keunggulan dan kehebatannya sendiri-sendiri, sama-sama Lwekang tingkat tinggi yang cukup berkelebihan untuk menghadapi dan melawan Liong-siang-kang yang hebat.

Sungguh kejut dan girang pula Hong-thian-lui dibuatnya, hampir ia tidak mau percaya akan pandangan matanya sendiri. Kiranya dua orang yang beruntun datang dan menghadapi Liong-siang Hoatong ini bukan lain adalah gurunya Cin Hou siau, sedang yang lain adalah ayah Lu Giok-yau yaitu Lu Tang-wan adanya.

"Wi-tit, awas !" tiba-tiba Cin Hou-siau berteriak dalam kesibukan tempurnya.

Bicara lambat kenyataan sangat cepat, tahu-tahu Umong sudah menubruk tiba dari samping merangsak Hong-thian-lui.

Beberapa lama ini Hong-thian-lui sudah kenyang dihina dan dianiaya oleh Umong, kinilah saatnya untuk membalas dendam, dengan gusar dia membentak : "Anjing Tartar...! Berani kau menghina aku...!" begitu membalik tangan ia labrak Umong habis-habisan.

Pukulan tangan Hong-thian-lui ini cukup membuat pergelangan tangan Umong sakit, keruan kagetnya bukan main, tapi terasa olehnya kekuatan pukulan lawan jauh berkurang dibanding dulu, setelah rasa kejutnya hilang nyalinya semakin besar. Dalam hati ia berpikir: "Kiranya tuan putri memang benar telah mencuri obat pemunahnya. Untung Lwekangnya belum pulih seluruhnya, seumpama tidak bisa menang dalam waktu dekatpun takkan bisa terkalahkan olehnya. Nanti setelah Suhu membereskan kedua lawannya yang tua-tua itu, pasti dapat membekut keparat ini pula. . . ." segera ia pusatkan perhatian dan melimpahkan semangatnya untuk menempur Hong-thian-lui dengan sengit, benar juga sekian lama ia bertahan dan bertempur dengan seru sulit dibedakan siapa bakal unggul atau asor.

Menurut anggapan Umong Suhunya pasti bisa, diluar tahunya justru Liong-siang Hoatong sedang mengeluh. Dengan kekuatan gabungan Cin Hou-siau dan Lu Tang-wan, masing-masing mainkan kekerasan dan kelunakan, kekuatannya menjadi berlipat ganda. Meski Liong-siang Hoatong sudah kerahkan Liong-siang-kang sampai tingkat kesembilan toh masih terdesak dibawah angin.

Pengetahuan silat In-tiong-yan sudah cukup tinggi, sekali pandang saja ia tahu, bahwa betapapun Liong-siang Hoatong tidak gampang bisa menang maka dengan lega hati ia memutar tubuh, pikirannya Hong-thian lui malam ini pasti berhasil meloloskan dengan tertawa dingin ia menjengek, "Aku sendiri bisa jalan tak perlu kau jaga aku." ia tinggalkan Cohaptoh dan masuk kedalam seorang diri.

Cohaptoh menjadi melongo ditempatnya, tak tahu ikut masuk kedalam atau harus membantu Umong. Meskipun tadi ia mendapat perintah dari koksu, namun kata-kata Tuan putri masa dia berani membangkang. Tengah ia sangsi dan kebingungan mendadak didengarnya orang berteriak, "Lu toako, putrimu juga ada disini, lekas datang, lekas datang!" disusul seorang lainpun berteriak, "Hayo kemari lekas ada musuh!"

Orang yang berteriak ''Lu-toako" adalah Sip It sian. Seorang yang lain adalah Lou Jin cin. Mendengar suara panggilan Lou Jin-cin ini Cohaptoh jadi punya alasan untuk segera memburu kearah sana.

O^~^~^O

Dalam pada itu Cin Liong hwi seorang diri berada didalam kamar Lou Jin-cin memandangi Lu Giok yau yang terpulas diatas ranjang, tengah hatinya dak dik-duk dan gelisah, disaat batin kemudian ia berperang nafsu kebinatangannya, sekonyong konyong jendela kamar itu terbuka sendiri tanpa ada angin menghembus, segulung pasir ditimpukan masuk kekamar,

Cin Liong hwi terperanjat, "Siapa?" bentaknya.

Orang itu tidak bersuara, sebaliknya Luo Jin-cin membentak keras, "Maling bernyali besar, kemana lari!"

Kiranya Cin Hou siau, Lu Tang-wan, Ling Tin dan Sip It-sian bersama tiba di Lou kehceng, empat orang ini berpencar membuat penyelidikan sendiri-sendiri. Secara kebetulan Sip It-sian menyelundup masuk keruang belakang bagian kamar-kamar tidur secara kebetulan pula ia pergoki perbuatan Cin Liong hwi. Melihat Cin Liong hwi menjublek berdiri didepan ranjang, seakan-akan tidak berani turun tangan berbuat pelanggaran susila, maka iapun tidak membuatnya terlalu runyam, cukup ia taburkan segenggam pasir untuk memberi peringatan saja.

Begitu ia taburkan segenggam pasirnya itu, dua orang didalam dan diluar kamar terkejut. Orang yang didalam kamar adalah Cin Liong hwi sedang yang diluar adalah Lou Jin cin yang berjaga diluar.

Posting Komentar