Tikus sakti Yap Tbong-jwan yang tadi menyerbu dengan beringas dan ingin adu jiwa itu, begitu mendengar seruan ini segera mencit cit keras terus melompat keluar, sorot matanya masih mengandung kebencian dan nafsu membunuh, raut mukanya semakin kecut.
Giok-liong tidak tahu maksud dari orang ini, sambil berdiri bertolak pinggang mulutnya menjengek sambil manggutmanggut.
"Bangsa tikus kiranya juga punya kepandaian macam cakar kucing."
Lekas-lekas delapan pelaksana hukum itu merubung tua iu berbareng mereka menjura dan berkata .
"rio!enlai urusan disini dianggap beres, harap Siau-hiap menepati janji tiga hari ini dan tepat tiba di Liong-iong untuk menemui majikan."
Giok-liong tersenyum ewa, ujarnya.
"jadi kalian ini hendak mengiring aku"
Tanpa merasa delapan pelaksana hukum sama mundur selangkah sahutnya lirih.
"Hamba beramai mana berani. Tidak lain hanya menerima perintah saja!" "Oh..."- pagi hari itu hawa udara penuh diliputi kabut yang tebal, keadaan menjadi remang-remang dan serasa dingin. Setelah pernapasan kembali tenang seperti sedia kala, tiba tiba Siau thian sin-ju Yap Thong-jwan melompat tinggi tiga tombak ditengah udara, tubuhnya berputar dengan gaya liang ing wi-hian (burung elang berputar-putar), mulutnya mencicit keras menusuk telinga. Seketika berubah hebat air muka delapan pelaksana hukum dari Liong tong itu, air muka mereka menjadi serius dan tegang, kelihatan rasa takut terbayang dalam pandangan mereka. Giok-liong sendiri juga tidak tahu apa yang bakal terjadi, gerungnya gusar.
"Berteriak gila apa kau ini".
"Citcit...Citcit..."
Seketika dari empat penjuru terdengar suara bunyi tikus salingbersahutan.
Didalam keremangan kabut pagi tampak berpuluh bayangan perak abu abu bergerak merambat dengan gesit semua meluruk datang semakin dekat, suara citcit juga semakin ramai dan jelas serta banyak.
Delapan pelaksana hukum saling pandang, sekarang tahu Giok liong bahwa keadaan rada mengancam, cepat cepat ia kerahkan Ji lo hawa pelindung badan, bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan.
Sementara itu dengan tukikan bagai burung garuda Siauthian- sin-ju Yap Thong-jwan meluncur turun hinggap ditanah, katanya kepada delapan pelaksana hukum itu.
"Kalian lekas pulang bersama menunggu petunjuk selanjutnya. Tapi kalian sudah melerai setelah aku melancarkan enam puluh empat jurus Siau-thian chiu, kebaikan ini kuterima dengan ikhlas, serahkan saja orang ini kepada Hu tong (Sekte Tikus)!"
Baru sekarang Giok-liong sadar, kenapa tadi musuhnya mau mundur setelah melabrak dirinya habis habisan, kiranya ia sudah kehabisan tenaga dan kehilangan kontrol tipu-tipu silatnya.
Dengan wajah serius delapan pelaksana hukum menjura bersama seraya berkata sungguh.
"Lim-cu (Majikan) ingin benar menemui orang ini"
"Biar aku saja yang melayani ... ."
Sela Siau thian sin-ju Yap Thong jwan sambil merogoh keluar sebuah lencana emas berbentuk delapan persegi.
"Tang !"
Langsung ia lemparkan lencana itu kedepan kaki delapan pelaksana hukum suaranya terdengar melengking tajam laksana sebilah pisau, gerungnya.
"Nah, aku rela menyerahkan lencana mas pengampunan hukuman mati, Aku bersumpah harus mencuci bersih hinaan ini. Cepat kalian kembali laporkan keadaan sebenarnya kepada Lim cu !"
HarusIah maklum Bian-gi-kim pwe (lencana mas pengampunan hukuman mati) ini merupakan sebuah pusaka yang paling sukar didapat dalam hutan kematian.
Sebab orang yang membekal lencana macam ini boleh bebas dari suatu hukuman mati yang di jatuhkan oleh Lim-cu bagi mereka yang membekal lencana ini kedudukannya pasti sangat tinggi paling rendah juga para Tong cu saja, yang lain tak mungkin bisa dapat anugrah tertinggi ini.
Sebaliknya meskipun menjabat sebagai Tong cu kalau belum pernah menegakkan pahala besar bagi Hutan kematian juga tidak gampang bisa memperoleh Bian-si-kim pwe itu.
Menurut undang undang Hutan kematian meskipun kau melanggar dosa setinggi langitpun selain berintrik hendak menumbangkan kekuasaan atau hendak membunuh Lim-cu, asal mengeluarkan lencana mas ini maka segala dosa dapatlah dihindari dengan benda pusaka ini.
Sudah tentu delapan pelaksana hukum dari Liong-tong menjadi melenggong setelah saling pandang sebentar mereka berkata serempak .
"Tong cu kenapa harus marah begitu besar."
Siau thian-sin-ju Yap Thong-jwan membentak dengan bengis. Walaupun kalian adalah pelaksana hukum dari Liongtong, apakah kalian tidak menghargai lencana mas dan memandang ringan aku, he ?"
"Mana hamba beramai berani."
Tanpa banyak bicara lagi mereka segera berkelebat pergi, lencana mas diatas tanah itu entah kapan telah hilang, sebentar saja delapan pelaksana hukum Liong-tong itu sudah lenyap.
Sementara itu suara bunyi tikus tadi semakin riuh rendah, entah sudah berapa banyak yang telah meluruk datang.
Tiba-tiba Siau-thian-sin ju Yap Thong-jwan merogoh keluar pula sebuah panji kecil segitiga, lalu diangkatnya tinggi-tinggi dan dikibar-kibarkan, seketika terbit angin ribut serta sinar putih perak kemilau berkelebat menyilaukan mata terpancar keempat penjuru.
Lwekang yang tinggi serta bekal ilmu sakti yang mandraguna membuat hati Giok-liong semakin tabah dan berani, terdengar ia bergelak tertawa lantang.
"Tadi enam puluh empat jurus Siau thian chiu aku sudai berkenalan. Masih ada ilmu apa lagi yang kau anggap jempolan sllakan boyong keluar semua, sekarang tiada orang yang mau memisah ditengah jalan."
"Baik, akan kupertunjukkan untukmu !" "Citt"
Seketika dari empat penjuru lantas jadi ribut saling bersahutan, Dari semak belukar diatas dahan dahan pohon serta dari bawah tanah, mendadak saling bermunculan beratus bayangan orang kecil-kecil kurus semua berbentuk lucu persis benar seperti tikus, seluruh tubuhnya dibungkus pakaian putih perak, ditangan mereka masing-masing menyekal sebuah panji kecil tiga persegi juga, setiap bergerak pasti menimbulkan kesiur angin dan sinar perak kemilau dingin.
Setelah ratusan manusia macam tikus itu muncul semua merubung ke belakang-Siau-thian-sin-ju Yap Thong-jwan sambil terus menggerak-gerakan panji kecil itu tanpa bersuara.
Kelihatan bibir Yap Thong-jwan menjebir, terdengarlah desis seram yang mengerikan, sambil menggoyangkan panji kecil di tangannya ia melangkah cepat bagai terbang berputar ratusan manusia kecil aneh seperti tikus itu semua membelalakkan mata bundarnya sambil menarikkan panji di tangannya di atas kepala terus membuntuti di belakang Siauthian- sin-ju Yap Thong jwan, langkah mereka teratur rapi dan cepat laksana angin.
Begitulah semakin lama gerak badan mereka semakin cepat, langkahnya seperti pengejar angin, membentuk sebuah lingkaran besar.
Lama kelamaan saking cepat mereka bergerak bayangan merasa susah dibedakan lagi, yang terlihat nyata hanyalah sebuah bundaran sinar perak besar seperti gelang perak yang mengepung Giok-liong dengan rapat dan berputar cepat seperti roda.
Giok-liong tahu bahwa inilah salah satu karya yang paling diandalkan dari sekte tikus hutan kematian ini, yaitu bergabung membentuk barisan jahat untuk melumpuhkan musuh.
Tahu dirinya terkepung dalam bahaya, sedikitpun Giokliong tidak berani lalai, seluruh tubuh dijalari oleh hawa pelindung tubuh, kedua tangannya bergerak-gerak siap bertempur.
Sekonyong-konyong sebuah teriakan bunyi tikus yang melengking menusuk telinga mengiring luncuran sebuah bayangan orang yang mendadak melejit keluar dari kepungan sinar perak berputar itu, bergerak dengan kecepatan kilat, menyergap dengan ganas secara dlluar dugaan, begitu cepat gerak serangan ini mendatang sampai susah diikuti dengan pandangan biasa.
Serentak dalam waktu yang bersamaan bayangan putih ditengah gelanggang juga sudah bersiaga, tanpa berkelit atau menyingkir malah memapak maju menyambut serangan lawan.
Tapi belum lagi ia berhasil menangkis serangan dari depan ini, mendadak terdengarlah pekik yang lebih nyaring dari belakang bayangan putih mengejar datang sejalur panah perak melesat menusuk punggung.
Menghadapi dua sasaran yang berbahaya ini sedikitpun Giok-liong tidak menjadi gugup, sedikit miringkan tubuh, tangan kiri tetap didorong kedepan, sedang tangan kanan mengebut kebelakang, serentak ia bergerak menangkis dan memunahkan dua serangan dari depan dan belakang.
Kalau dikata lambat kenyataan cepat sekali.
Setiap kali terdengar pekik bunyi tikus maka lantas terlihatlah menyambarnya sebuah jalur panah perak, demikian juga beruntun dua kali dari kiri kanan bersamaan melesat pula dua jalur panah perak yang mengarah dirinya.
Bercekat hati Giok-liong, meskipun Lwekangnya tinggi dan tidak perlu merasa takut, tapi betapapun kedua tangannya ini sulit menghadipi serangan serentak dari berbagai penjuru, menghadapi yang satu dilarikan yang lain.
Dalam kejap lain jalur panah itu melesat semakin banyak dari berbagai penjuru.
Cara luncuran dan serangan jalur perak panah ini berbagai ragam, ada yang sampai di tengah jalan lantas mundur lagi, ada pula yang menggunakan sepenuh tenaga, ada pula yang membelok kesasaran lain di tengah jalan, dan ada pula yang hanya meluncur lewat ditengah udara, semua serba aneh dan sukar diraba kemana sasaran utama, karena juga sulit dijaga sebelumnya.
Saking banyak luncuran panah perak bergerak kelihaian seperti kupu kupu yang menari diatas kuncup bunga, sedang segulung bayangan putih yang berputar ditengah gelanggang laksana bintang kejora seperti bulan dikelilingi bintangbintang.
Kesiur angin semakin ribut dan tajam laksana ujung golok ditabaskan sehingga kulit badan Giok-hong terasa perih seperti di iris pisau.
Begitulah setiap kali terlihat panji bergerak dan bergetar kesiur angin tajam lantas menyambar simpang siur menerjang ke arah gulungan mega putih yang bergulung berkelompok.