"Jadi perbuatan siapa ?"
"Ciiiit!"
Tiba-tiba terdengar suara aneh, dari jarak lima tombak sana melayang datang sebuah bayangan kecil yang lincah, ditengah udara berbunyi cat-cit, sekejap saja sudah melampaui kedelapan pelaksana hukum seragam abu-abu itu tems hinggap didepan mereka.
Kini terlihat jelas kiranya manusia kecil cebol, bermulut lancip pipi tepos, kepalanya hampir gundul tinggal beberapa rambut kuning-kuning yang dapat dihitung, demikian juga jenggot kambingnya pendek dan jarang sekal.
Matanya bundar kupingnya kecil persis benar dengan mata dan kuping tikus, mengenakan pakaian ketat putih perak, tinggi badannya tidak lebih tiga kaki, badannya kurus, begitu kurus kering legam lagi laksana seeuggok kayu bakar aneh dan menggelikan.
Meskipun bentuk tubuh dan wajahnya yang tidak wajar seperti manusia umumnya tapi sepasang mata bundarnya itu berkilat memancarkan sinar tajam, terang Lwekangnya jauh lebih tinggi dari kedelapaa pelaksana hukum dari Liong-tong itu, naga-naganya kepandaian silatnya juga tidak bisa di pandang ringan.
Dasar sifat kekanak-kanakan Giok-liong belum hilang, melihat bentuk orang yang seperti tikus ini, hatinya menjadi geli, tanpa merasa ia tertawa tawar kegelian.
Orang aneh berbentuk seperti tikus itu segera menjura serta berkata dengan suara tinggi seperti bunyi tikus.
"Sudah sekian lama kami mendapat perintah untuk menantikan kedatangan Siau-hiap, Kejadian dalam biara tadi adalah Puntong yang mengatur, harap suka di maafkan."
"Tong-cu?"
Tak terasa tergetar perasaan Giok-liong.
Sebab tempo hari waktu ia mengejar Ang imo-li Li Hong memasuki Hutan kematian bertemu dengan Wi-hian ciang Liong Bun dari beliau dapat diketahui bahwa Hutan kematian banyak terdapat gerobong-gembong silat dan para iblis yang mengeram disana.
Betapa tinggi Lwekang Wi-hian-ciang Liong Bun itu, tak lebih hanya menduduki jabatan Huhoat (Pelindung) dari Liongtong saja, Setelah Tong-cu masih ada wakil Tong-cu, kedudukan kedua jabatan ini setingkat lebih tinggi dari Huhoat, maka dapatlah dibayangkan sampai dimana hebat Lwekang mereka.
Manusia tidak normal dengan bentuk lucu dihadapinya ini, mana bisa menduduki salah satu Tong-cu jabatan tinggi hanya setingkat diwajah majikan Hutan kematian?"
Begitulah berbagai pikiran berkecamuk dalam otaknya sehingga sekian lama Giok liong termenung tanpa bersuara. Manusia aneh seperti tikus itu berkata lagi dengan dingin.
"Karena seluruh anak buah Pun tong merasa gentar dan segan menghadapi ketenaran nama Siau hiap, maka tidak berani menghadapi secara sembrono. Terpaksa digunakan cara yang kurang hormat itu. Harap Siau-hiap tidak berkecil hati."
Giong-liong memicingkan mata, serunya lantang.
"Gentar atau segan apa segala, alasan belaka, Terang kalian ini bangsa panca longok yang sudah berdarah daging seperti tikus takut melihat kucing bersifat pengecut."
Seketika menyala pandangan srrot mata orang aneh seperti tikus, wajahnya mengunjuk rasa bimbang dan ragu, Tapi perasaan tak senang ini sebentar saja lantas hilang, dengan tertawa yang dipaksakan ia berusaha tetap berlaku hormat, ujarnya.
"Siau-hiap, harap suka memberi sedikit kelonggaran!"
"Hm, perbuatan bangsa kurcaci tidak lebih begitu saja!"
"Siau-hiap, kau..... ."
"Bagaimana?"
"Sukalah bersabar dan berpikir tenang, sedikit banyak berilah kelonggaran dan muka pada kita sekalian."
"Kurcaci! Kurcaci !"
Giok-Liong semakin berang semprotnya.
"Seorang laki laki harus berani berlaku jantan, seumpama ingin baiok kepalaku ini juga rela kuserahkan Tapi dengan perbuatan kalian yang rendah takut melihat matahari ini, sungguh menyebalkan."
Orang aneh seperti tikus itu menjadi beringas wajahnya berkerut kaku, seluruh badan bergemetaran saking menahan gusar, giginya berkeriuk mulutnya berbunyi cit-cit seperti bunyi tikus yang kelaparan.
Melihat gelagat yang gawat ini, para pelaksana hukum Liong-tong itu lekas-lekas maju melerai, mereka menjura dalam serta berkata .
"Lapor pada Tong-cu, agaknya Ma Siayhiap belum tahu undang-undang terlarang dari Hutan kematian. Harap Tong-cu menahan sabar, jangan nanti menggagalkan urusan besar !"
Mendengar itu, Giok-liong semakin uring-uringan, tanyanya menjengek .
"Undang-undang terlarang apa ?"
Salah satu pelaksana hukum Liong-tong menyahut lirih .
"Dua sekte "Bu"
Dan "Hu"
Dari Hutan kematian kita banyak larangan yang harus dipatuhi. Kelak pasti Siau-hiap juga pasti akan tahu."
Agaknya Giok liong seperti paham sesuatu, katanya menghina.
"O, mungkin karena tadi aku menyinggung tentang kucing serta tikus sehingga melanggar undang undang terlarang dari tuan Tong cu ini ? "Harap Siau-hiap maklum adanya.!"
Serentak kedelapan pelaksana hukum menjelaskan. Rasa gusar yang tersorot dari pandangan mata si orang aneh seperti tikus itu mulai berkurang, dengan tawa yang dipaksakan ia berkata .
"Siau-hiap tidak tahu, maka tidak dapat disalahkan !"
"Hahaha !"
Giok-liong bergelak tawa sekian lama suaranya bergema mengandung perbawa kekuatan lwekangnya sampai menembus awan menggetarkan bumi, mengaung panjang ditengah udara.
Delapan pelaksana hukum Liong-tong menjadi kesima saling pandang.
Orang aneh seperti tikus itu juga melenggong tak tahu dia harus ikut tertawa atau harus marah.
Lenyap gelak tawa Giok-liong, ia berkata lagi dengan nada berat.
"Diri sendiri bukan seorang lurus, berani berbuat tentu berani terlihat matahari, kohk memakai pantangan apa segala, Kalau memang betul sebagai kurcaci koh takut dan melarang orang memanggil kunyuk. Tikus memang biasanya takut kucing, kenapa membenci orang menyebut nama kucing, Bedebah benar, menggelikan saja !"
"Keparat, kau terlalu menghina orang!"
Tiba-tiba terdengar bentakan melengking dimana bayangan putih perak melesat angin keras lantas menerpa dengan kencang.
Glok-liong menjejak kakinya melejit setinggi tiga tombak, sedetik saja terlambat ia pasti tubuhnya hancur lebur keterjang serangan musuh.
Begitulah dengan tubuh masih terapung ditengah udara ia meluncur turun sambil balas menyerang, hardiknya gusar.
"Tikus kurcaci, berani kau membokong !"
Serentak delapan pelaksana hukum Liong tong segera melejit maju menghadang di tengah mereka, katanya lembut menjura kepada orang aneh seperti tikus itu.
"lapor Tongcu, Ma Siau-biap adalah tamu agung majikan, harap Tong cu suka memberi kelonggaran menghabisi pertikaian ini supaya majikan tidak menimpakan dosa, sungguh kita beramai tidak berani menanggung resikonya."
Mata bundar orang seperti tikus itu berjelalatan, tangannya mengelus elus moncong serta muka yang tepos, serta kurus kering tinggal kulit pembungkus tulang itu, teriaknya.
"Konyol, konyol ! Aku Siau thiao-sin-ju ( tikus sakti ) Yap Tong-jwan sudah puluhan tahun mendampingi majikan, Siapa yang berani menghina dan memandang rendah aku. Tak duga hari ini aku di desak oleh seorang bocah ingusan ! "
Mendengar kata kata orang Giok-liong semakin mengumbar tawanya, serunya.
"O, jadi kau ini bernama Tikus sakti Thongjwan (tukang gangsir ) lantas kenapa kau salahkan orang lain, Kecuali kau ganti she dan merubah nama."
Tikus sakti Yap Thong- jwan semakin gusar sambil berjingkrak marah seperti kebakaran jenggot mulutnya mengeluarkan suara cit cit seperti bunyi tikus, ia dorong ke delapan pelaksana hukum Liong- tong, terus menerjang maju sambil melengking tajam .
"Kalau majikan menimpakan dosa, biar aku Yap Thong-jwan yang bertanggung jawab, seumpama harus dihukum cacah jiwa hancur lebur juga rela. Betapapun penasaranku ini harus terlampias dulu. Keparat, lihat serangan ?"
Tampangnya aneh Lwekangnya tinggi lagi, dimana sinar perak berkelebat, gesit sekali ia menyelinap diantara delapan pelaksana hukum itu, entah dengan gerakan tahu-tahu ia sudah menggeser tiba disamping Giok liong, terlihat bayangan pukulan tangan berkembang dengan kencang, sekaligus ia lancarkan delapan belas pukulan dahsyat dan ganas.
"Api kunang-kunang, silat kampungan belaka !"
Terdengar Giok-liong menjengek.
Di mulut ia bicara takabur namun sebenarnya siang-siang ia sudah bersiap siaga, menyalurkan hawa pelindung badan, begitu musuh menerjang datang, mega putih bergulung lantas menapak kedepan.
Tatkala bulan purnama sudah mulai doyong kearah barat Di belakang pelataran biara bobrok yang tidak begitu besar ini terjadilah suatu pertempuran sengit, dua belah pihak sama sama dongkol dan ingin menang sendiri, maka jurus serangan yang dilancarkan menjadi semakin hebat tak mengenal kasihan lagi.
Adalah kedelapan pelaksana hukum itu yang menjadi gelisah dan serba sulit, satu pihak tak mungkin ia berani membantu Tong cu yang tinggi hati dan berkedudukan tinggi, itu sebaliknya juga merasa rikuh untuk membantu tamu yang diundang majikan Hutan kematian.
Tokoh-tokoh kosen kalau berkelahi tentu bergerak sangat cepat, sekejap saja tahu-tahu sudah lima puluh jurus berlalu.
Sungguh Giok liong tidak mengira manusia-aneh dengan tampang yang menakutkan macam Siau-thian sia ju Yap Thong-jwan ini mampu menangkis salah satu jurus sakti dari Sam ji cui hun chiu.
Terpaksa Cin chiu, Hwatbwe dan Tian-ceng satu persatu dilancarkan.
Dengan bekal ilmu yang sakti dan tunggal tiada keduanya didunia persilatan ini, Giok-liong sudah malang melintang mengalahkan berapa banyak tokoh-tokoh silat kelas satu, seumpama belum kalah juga pasti terdesak dibawah angin menjadi kerepotan memosia diri.
Diluar tahunya Siau thian sin-ju Yap Thong-jwan yang bertubuh kecil kurus ini, dengan sepasang tangan yang kecil dan runcing seperti cakar tikus itu, bergerak lincah seperti mencakar menggarut-garut, jurus demi jurus bergerak lincah kekiri kanan, bukan saja tergerak teratur, malah cara memunahkan serangan balas menyerang, tenaga yang digunakan juga sangat sembabat untuk mengambil kedudukan yang menguntungkan.
Yang lebih mengejutkan cakar kecilnya itu saban-saban menyelonong tiba dengan bera-i)uyi, sungguh banyak perubahan gerak gerik tipu-tipu silatnya sulit di jajagi lagi.
Enam puluh jurus sudah lewat, Delapan pelaksana hukum Liong tong segera berseru berbareng .
"Sudahlah dihentikan saja !"