Kadang-kadang saking keras timpahan air terjun itu sehingga bayangan kuning itu terdorong dan terayun keras menumbuk dinding batu dipinggirnya.
Setelah diawasi dengan seksama barulah jelas ternyata bayangan kuning itu bukan lain terikat kencang oleh tali menjalin sebesar ibu jari, kaki tangan ditelikung ke belakang dan diikat bersama, terus digantung diatas sebuah dahan pohon yang menjulur keluar tepat diantara air terjun yang tercurah deras itu.
Air terjun setinggi puluhan tombak maka dapatlah dibayangkan betapa keras daya timpakan air yang tercurah turun itu, manusia apakah dapat bertahan terus? Setelah berseru kejut, Giok-liong lantas bertanya dengan tak habis mengerti.
"Harap tanya Kau cu, nona ini..."
"Dia sudah berani melanggar undang-undang keras dari agama kita!"
Acuh tak acuh Ui hoa-kiancu memberi keterangan, maka begitulah cara hukuman yang harus dia jalani. Bagaimana ? Apakah karena dia tadi membopong kau lantas merasa kasihan padanya ?"
"Tidak ! Aku mencarinya karena ada persoalan lain !"
"Persoalan lain? Apakah boleh kau katakan kepadaku ?"
Agaknya Ui hoa-kiaucu merasa diluar dugaan dan terkejut. Tanpa tedeng aling-aling lagi segera Giok-liong berkata .
"Karena urusan sebuah "Seruling."
"Seruling ? Apakah seruling sarnber nyawa ?"
"Tidak salah ! Mungkia secara tidak sengaja telah dibawa pergi oleh nona itu, maka . ."
Belum habis dia berkata, terlihat berubah hebat air muka Ui hoa kiaucu, hawa membunuh seketika menyelubungi wajahnya, matanya mendelik tajam.
Tiba-tiba ia ayun kedua tangan mengebaskan lengan bajunya, Sepuluh jalur angin kencang laksana anak panah melesat cepat sekali kearah bayangan kuning yang tergantung ditengah air terjun itu, meski dari kejauhan namun serangan ini kiranya cukup hebat dan ganas, Terdengar mulut Ui-hoakiaucu berteriak memaki.
"Murid murtad! Ternyata besar sekali nyalimu !"
Seketika terdengar jeritan panjang yang mengerikan dan mendirikan bulu roma, sedemikian keras jeritan menyayatkan hati ini sampai kumandang meninggi menembus alam sekelilingnya.
Bayangan kuning yang bergoyang gontai itu kelihatan bergerak semakin kencang, lambat laun berubah dari warna kuning menjadi seluruhnya berwarna merah darah, Terang bahwa serangan telunjuk jari itu telah melukai tubuhnya sehingga seluruh badan berlepotan darah.
Giok-liong menjadi kesima, serunya tergagap .
"Cianpwe ... ini ..."
Agaknya kemarahan Ui-i oa-cu masih belum reda tangan yang terayun tadi lagi lagi bergerak mirirjg seperti membacok, mulutnya seraya berseru .
"Baiklah, sia sia aku membesarkan kau selama puluhan tahun!"
Segulung angin menerjang keluar lantas terdengar suara "Byak".
"Krak"
Air tersampuk muncrat, tali menjalin sebesar jari di atas air terjun itu juga mendadak putus mengikuti aliran air terjun yang tercurah jatuh kebawah, bayangan kuning bersemu merah itu kontan tergulung jatuh kedalam telaga dibawah jurang sana, lalu tergulung oleh ombak besar sehingga menumbuk sebuah batu cadas yang runcing, seketika badannya hancur lebur, sungguh mengerikan ! Wajah Ui-hoa-kiaucu Kim lng tetap wajar seperti tidak pernah terjadi apa-apa, ujarnya sambil mendengus.
"Menguntungkan murid murtad saja !"
Sekonyong-konyong sebuah bayangan biru meluncur datang cari tengah lamping air terjun sana terus menubruk datang, belum lagi orangnya tiba suaranya sudah berteriak memaki.
"Kim Ing ! sungguh kejam dan ganas benar hatimu !"
"Tuiiiit ...."
Lima irama seruling mengalun tinggi, disertai sinar terang memancar berkembang.
"seruling samber nyawa !"
Giok liong berteriak girang, terus menyongsong maju. Ui-hoa-kiaucu mendengus hidung, jengeknya.
"Aku tahu budak busuk itu tentu sudah memberikan seruling samber nyawa ini kepadamu !"
Tatkala mana bayangan biru itu sudah hinggap di atas sebuah batu besar.
Kiranya tak lain seorang pemuda yang mengenakan pakaian ketat warna biru, bermuka pucat, berusia kurang lebih dua puluh tiga tahun, badannya yang agak kurut tinggi itu kelihatan kencang berotot keras.
Senjata yang di bekal ditangan kanannya itu bukan lain memang seruling samber nyawa.
Memandang ke arah jenazah yang hancur lebur tergulunggulung di dalam air bah dibawah jurang sana, ia berteriak dengan penuh kepedihan .
"Adik Yau ! Legakan dan tenframkan kau berada di alam baka, Aku bersumpah akan menuntut balas bagi sakit hatimu ini."
Lalu dengan beringas ia mengayun seruling samber nyawa seiring dengan irama seruling yang menyedot semangat ini ia menubruk kearah Ui-hoa-kiaucu Kim Ing, meskipun gerak geriknya cukup gesit namun kelihatan bahwa Lwekangnya masih belum sempurna.
Bayangan putih melesat tiba, tahu-tahu Giok-liong sudah mencegat ditengah jalan, masih ditengah udara ia sudah berseru.
"Tuan ini harap sabar sebentar !"
Sudah tentu pemuda baju biru merasa gusar karena aksinya dirintangi, tanpa banyak buka mulut ia ayun seruling di tangannya dengan jurus To pian-toan-tui (mengayun pecut memutus air) langsung mengepruk ke jalan darah di pundak Giok-liong.
Gerak serangan ini adalah jurus umum dari ilmu silat yang paling rendah, mana bisa membawa hasil.
Gampang Giok-liong mendakan puncaknya sambil tertawa dingin, sebat sekali sebuah tangannya meraih hendak mencengkram seruling samber nyawa.
Pemuda baju biru berseru kejut, lekas-lekas ia melompat mundur sejauh tiga tombak, gerak geriknya cukup lincah.
"Apa kau juga dari golongan Ui-hoa-kiau?"
Aku yang rendah bukan orang Ui-hoa-kiau!"
"Kenapa kau merintangi aku!"
"Aku hanya minta kembali benda pusaka peninggalan perguruanku, yaitu seruling samber nyawa di tanganmu itu!"
"Kau? Kau adalah Kim-pit jan-hun Ma Giok liong? "
"Tidak berani! Memang itulah aku yang rendah,"
"Karena seruling samber nyawa ini sehingga adik Yau meninggal sedemikian mengenaskan, biarlah Hoa Sip-i adu jiwa dengan kau!"
Dengan kalap ia menerjang maju sambil mengayun seruling mengalunkan irama panjang jurus yang dilancarkan adalah Cui-hun-toh-hun membawa deru angin kencang terus menyerang kelima jalan darah penting di tubuh Giok-liong.
"Bocah yang tidak tahu mampus. Berani kau turun tangan terhadap Kim-pit-jan-hun, bukankah minta gebuk belaka mencari sengsara! Begitupun baik mengurangi tenagaku untuk mengajar bocah kurang ajar ini. Hehehe!"
Mendengar ujar Kim Ing ini lekas-lekas Giok-liong tarik kembali kedua tangannya yang sudah melancarkan serangan tiba-tiba ia mencelat mundur setombak lebih serunya.
"Aku belum pernah ketemu dengan tuan, Mengapa kau turun tangan mendesak orang."
"Sebelum melihat peti mati bocah ini tidak mengenal takut, buat apa kau main sungkan terhadap kurcaci ini."
Demikian sela Ui-hoa-kiaucu. Seruling ditangan pemuda baju biru memancarkan sinar berkeredep beratus beribu jalur, teriaknya penuh kebencian.
"Betul! Kecuali kau bunuh aku, sambutlah seranganku!"
"Baik, aku mengalah sejurus lagi! " "Ma Giok liong, jangan kau takabur dan ceroboh Lan-i - long-kun Hoa Sip-i juga bukan seorang yang bijaksana, Dengan seruling sakti di tangannya kau lebih lebih harus hatihati."
"Kim lng, sundel kau, jangan putar bacot mengadu bibir, Betapapun sakit hati adik Yau aku harus membalaskan juga!"
Meski kepandaian pemuda baju biru tidak begitu tinggi, namun dengan seruling sakti di tangannya perbawanya cukup hebat juga.
Begitulah dengan hati yang terbakar dan penuh duka ia terus menerjang maju sambil menyerang dengan senjata di tangannya.
Hati Giok-liong penuh ditandai kecurigaan entah bagaimana paling baik ia bertindak, jelas bahwa pemuda baju biru ini dengan gadis baju kuning yang telah mati itu tentu adalah sepasang kekasih.
Mungkin King Ing memerintahkan gadis baju kuning memancing dirinya, dengan tujuan seruling samber nyawa itu sebaliknya sang gadis menyerahkan seruling yang berhasil dicurinya kepada kekasihnya ini, sebab itu...
Bagaimana juga kejadian ini dirinya harus merebut kembali seruling itu dulu.
Karena pikirannya ini Giok liong tertawa lantang, serunya.
"Maaf aku berlaku kasar."
Mega putih berkelompok hawa ji-lo terkerahkan menyelubungi badan terus menerjang ke arah bayangan sinar seruling yang berputar kencang.
Dikata lambat sebenarnya cepat sekali, Terdengar keluhan tertahan, gerak bayangan biru seketika berhenti, demikian juga mega putih lantas menjadi hancur.
"Serahkan seruling samber nyawa, nanti kita berkompromi lagi!"
Kiranya dalam satu jurus saja kedua jari tangan Giok
liong telah berhasil menutuk jalan darah Ciang-hiat dibawah ketiak Hoa Sip-i, sehingga pemuda baju biru ini mati kutu.
"HoaSip i, bagaimana kata-kataku tadi?"
Karena jalan darah besar sudah tertutuk Hoa Sip i tidak berani sembarangan bergerak jidatnya basah oleh keringat dingin, kedua matanya mengalirkan air mata, tiba tiba ia ayun seruling ditangan kanannya seraya berteriak dengan kalap.
"Kalau ingin seruling ini kembali, lekas kau bunuh Ui-hoa-kiau cu. Kalau tidak aku Hoa Sip i rela gugur dan hancur bersama seruling ini."
Benar juga tanpa memberdulikan jalan darahnya yang tertutuk itu ia laksanakan ancamannya hendak membanting seruling itu diatas batu gunung. Giok-liong berjingkrak kaget, cepat-cepat ia mencegah dengan gugup.
"Tahan-tahan!"
"Lekaslah bunuhlah Kim Ing sundel laknat itu. Kalau tidak meski harus adu jiwa. maka jangan harap kau dapat memperoleh kembali seruling mu ini dengan masih utuh!"
Seruling samber nyawa terbuat dari ukiran batu giok yang paling baik mutunya, mana boleh main banting diatas batu cadas yang keras.
Sesaat Giok-liong menjadi kehilangan kontrol.
Tiba tiba sejalur bayangan kuning meluncur pesat sekali Serempak pemuda baju biru lantas mengayun tangan melemparkan seruling ditangannya itu kearah batu cadas.