Seruling Samber Nyawa Chapter 71

"Diam-diam ia membatin.

"Siapakah gadis baju kuning ini, kenapa membopong dan menolongnya, apa mungkin."

Tak berani ia melanjutkan dugaannya.

Ternyata setelah terkena pukulan Hiat-ing-ciang dari gabungan serangan Hiat-ing-su-ai, Giok liong terluka parah, sampai duduk-pun tak kuat lagi seluruh badannya rebah dalam pelukan si gadis baju kuning, dengan mata meram dalam keadaan sadar tak sadar.

Sekuatnya ia bertahan mengempos semangat menahan sakit yang mengiris-ngiris seluruh badan.

Air mata membanjir keluar dari kedua mata si gadis baju kuning, katanya disamping telinganya dengan lemah lembut.

"Siau-hiap! Kenapa kau? Akulah yang harus mampus terlalu banyak cerewet sampai kau terpencar perhatianmu sehingga terluka parah, akulah yang mencelakakan kau!"

Mata memandang dengan beringas, dalam hati Ling Soatyan mendelu seperti ditusuk-tusuk, ia berdiri termangu sambil menggigit bibirnya. Terdengar Hiat-ing-su-ai menyembah bersama.

"Lapor kepada Kong-cu, hamba sekalian menerima perintah Cong-cu kemari untuk. ."

Tanpa menanti mereka habis berkata Hiat-ing Kong cu sudah tidak sabar lagi, sentaknya.

"Aku sudah tahu untuk merebut benda pusaka seruling samber nyawa itu bukan?"

"Ya, betul! "empat cebol mengiakan bersama.

"Congcu segera juga akan tiba."

"Apa ayah juga segera datang?" - terang Ling Soat-yan tercengang diluar dugaan. Sesaat ia hanya melirik saja, tapi akhirnya toh melangkah maju pelan-pelan sampai dipinggir Giok-Iiong, tanyanya lirih.

"Bagaimana lukamu? Apakah berat?"

"Hm,"

Jengek sigadis baju kuning.

""Kucing menangisi tikus, main pura-pura segala!"

Selebar muka Ling Soat-yan merah padam penuh rasa kebencian dan jelus, desisnya mengancam.

"Apa katamu?"

Gadis baju kuning juga tidak kalah galak dengan tangan sebelah masih memeluk Giok liong, tanpa melirik sedikit kearah Ling-Soat-yau ia menjengek.

"Terang kaum kerabatmu yang memukulnya sampai luka parah, kini kau pura-pura menaruh kasihan apa segala, tidak tahu malu!"

Jikalau ia tidak memeluk Giok-liong mungkin Ling Soat yan sudah menampar pipinya, sedapat mungkin ia menahan rasa gusarnya, semprotnya.

"Kau omong kosong belaka, Tahukah kau apa hubunganku dengan dia?"

Gadis baju kuning tertawa cekikikan dengusnya menghina.

"Paling tidak adalah laki-laki harammu !"

"Cis"

Terbakar panas selebar muka Ling Soat yau, perasaannya sangat tersinggung, setelah meludah ia memaki dengan marahnya .

"Kau ini genduk yang tidak tahu malu, lepaskan dia, kalau nonamu ini tidak mampu membunuhmu aku bersumpah tidak menjadi orang !"

Serentak Su ai melayang maju serta serunya bersama.

"Lapor Kong-cu, kini Ma Giok-liong sudah kehilangan kemampuannya, tidakkah lebih baik kita mengambil Jan-huntinya itu, kalau tidak ..."

"Pendapat siapa itu!"

Selat Ling Soat-yau sambil menggoyangkan kepala.

"Hamba berempat mendapat perintah Cong-cu, kalau tugas ini tidak dapat terlaksana sekembali kita pasti mendapat hukuman berat ..."

"Semua aku yang bertanggung jawab !"

Nada ucapan Ling Soat-yan sangat ketus, Su-ai menjadi saling berpandangan mengunjuk serba salah, Tapi mereka tahu bahwa putri bayangan darah ini adalah putri tunggal Hiat-ing-cu yang paling disayang, mana mereka berani menentang kehendaknya, keruan mereka menjadi gugup seperti semut didalam kuali.

Sementara itu gadis baju kuning sudah membimbing Giokliong bangun duduk, katanya lirib .

"Siau hiap, kau istirahatIah. Biar kuukur sampai berapa tinggi kepandaian budak baju merah yang tidak tahu malu ini."

Melihat sikap yang memprihatin terhadap Giok liong, Ling-Soat yau semakin mendelu serasa hatinya dirusuk sembilu.

"Maknya genduk yang tidak tahu malu!"

Seiring dengan makiannya ini bayangan merah lantas berkelebat merangkak maju sambil mengirim gelombang pukulan dahsyat sekali.

"Silat kampungan, masa dapat merobohkan nonamu !""

Gadis baju kuning juga tidak mau unjuk kelemahan, serempak iapun kirim berbagai tipu pukulan balas menyerang dengan hebat.

Masing-masing pihak membawa adatnya sendirisendiri, maka dapatlah dibayangkan betapa seru dan sengit pertempuran ini, dalam jangka pendek sulit menentukan siapa lebih unggul atau asor.

Giok liong mendengar semua kejadian ini dengan jelas, apa boleh buat luka-lukanya perlu perhatian serius, kaki tangan lemas lunglai lagi, terpaksa ia tinggal diam menghimpun semangat mengerahkan tenaga, pelan-pelan hawa murni mulai lancar untuk mengobatiya luka lukanya.

Sekonyong-konyong dari kejauhan sana terdengar teriakanteriakan nyaring merdu lalu baju terhembus angin berseliweran terdengar kencang lantas terlihat bayangan kuning berloncatan mendatang, terdengar sebuah suara nyaring.

"Nah itu disini bertempur dengan orang!"

Belum lenyap suara seruan seorang gadis serentak dari tengah udara beruntun melayang turun delapan gadis remaja yang mengenakan seragam kuning, di masing masing dadanya tersulam sekuntum kombang.

Dari cara berpakaian kedelapan gadis yang baru datang ini terang bahwa mereka adalah sekomplotan dengan gadis baju kuning yang tengah bertempur itu.

Betul juga gadis baju kuning yang bertempur itu lantas berteriak kearah mereka .

"sekalian cici waspadalah, gadis baju merah ini adalah siluman dari golongan Hiat-ing-bun."

Delapan gadis baju kuning itu berbareng berseru kejut, serentak mereka melejit maju terus mengepung Hiat-ing Kong-cu.

SebetuInya kepandaian Ling Soat-yau setingkat lebih tinggi dari lawannya, maka sedikitpun ia tidak ambil takut, tapi setelah dikeroyok akhirnya ia menjadi kerepotan juga, lambat laun keadaannya menjadi terdesak.

Hiat-ing-su ai melihat keadaan tuan putrinya yang tidak menguntungkan ini, saling memberi syarat, lantas berseru bersama.

"Tuan putri tak usah gugup hamba berempat disini !"

Demikian juga Chiu Ki tidak mau ketinggalan, dilolosnya sehelai sapu tangan merah jingga terus menerjunkan diri dalam gelanggang pertempuran.

Keadaan gelanggang menjadi kacau balau, bayangan kuning bergerak lincah laksana asap mengembang, sebaliknya sinar merah menyala laksana bianglala, puluhan orang berkutet begitu seru sehingga angin menderu deru mengepul tinggi.

Entah sudah berselang berapa lama kedua belah pihak masih bertahan sama kuat, Mendadak terdengar sebuah hardikan keras yang kumandang memekakkan telinga.

"semua berhenti !""

Bagai geledek menggelegar sekuntum mega merah melayang ringan sekali, kelihatan lambat tapi kenyataan cepat sekali meluncur datang susah dibedakan bentuk bayangan manusia.

Pertama-tama Hiat-ing su ai meloncat keluar dari pertempuran terus menjura dalam serta berseru lantang.

"Menyambut kedatangan Cong cu !"

Tak ketinggalan Hiat-ing Koug-cu juga meloncat keluar kalangan, teriaknya .

"Ayah !"

Meski Giok liong tengah istirahat mengerahkan hawa murni, tapi iapun dapat mendengar dengan jelas, lekas lekas ia membuka mata memandang.

Kelihatan olehnya segulung bayangan merah darah yang sukar dibedakan bentuk badannya hanya samar-samar saja seakan tiada tapi ada kelihatan seperti sosok manusia warna merah darah.

Tujuh delapan gadis baju kuning itu juga menjadi terlongong ditempatnya, terdengar diantaranya ada yang berseru lirih.

"Hiat-ing cu !"

"Setelah tahu kebesaran nama Lohu masih tidak segera menggelinding pergi jauh, apa kalian sedang menunggu kematian!"

Nadanya rendah berat dingin lagi membuat pendengarnya merinding. Gadis baju kuning yang terdahulu tadi terpaksa membantah.

"Apa mau menindas yarg kecil dan lemah ?"

"Budak besar nyalimu !"

Belum bentuk badan Hiat-ing cu kelihatan nyata gulungan bayangan merah itu ringan dan cepat sekali melayang kearah kelompok gadis gadis baju kuning itu.

seketika terdengar angin badai menderu keras menghempas kearah mereka.

kontan terdengar jerit pekik yang riuh rendah dari mulut mereka, badan mereka terpental berpencaran sungsang sumbel, sampai Giok-liong yang duduk setombak lebih di-sebelah sana juga merasakan darah bergolak dirongga dadanya, haoipir saja ia tak kuat duduk bersila.

Hanya kelihatan bayangan darah itu sedikit bergerak saja cukup menggetarkan tujuh delapan gadis-gadis baju kuning anak buah Ui-hoa-kiau sehingga mereka lari pontang-panting.

Perbawa semacam ini benar-benar belum pernah dengar dan melihatnya.

"Apakah dia ini Kim pit-jan-hun Ma Giok-liong ?"

"duk ... duk ... duk ..."

Setiap langkah kaki Hiat ing cu terdengar berbunyi berat dan nyaring sehingga menggetarkan bumi terus langsung maju kearah Giok-liong.

"Benar, dialah adanya !"

Seru Su-ai mengiakan bersama.

"Mana seruling samber nyawa itu ?"

"Hamba berempat didepan gunung tadi bersua dengan Biklian- hoa, sehingga belum dapat hasil terus mengejarnya sampai disini, lantas ..lantas ..."

"Telur busuk yang tak berguna!"

"Hamba berempat tengah merebut seruling itu, kebetulan bersua dengan Kong-cu!"

"O, biarlah Lohu turun tangan sendiri !"

Lwekang Giok-liong belum pulih, semadinya sudah mencapai saat-saat yang paling genting, sepasang matanya rada meram, dari sela-sela kelopak matanya itu ia melihat sebentuk bayangan merah darah sedang menghampiri kearah dirinya.

Tanpa berasa dalam hati ia mengeluh .

"Celaka! Tamatlah segala-galanya !"

Tiba tiba bayangan merah jingga berkelebat menghadang didepan Giok liong disusul terdengar suaranya merdu berteriak.

"Ayah !"

"Yau- in, kau minggir !" "Ayah! Dia .., dia , . .!"

"Dia bagaimana ?"

"Sekarang dia tengah terluka parah, sedang semadi menyembuhkan luka-luka itu ?"

"Demi seruling samber nyawa ayahmu tak peduli segala tetek bengek!"

Posting Komentar