Seruling Samber Nyawa Chapter 70

"Meskipun didalam Ui-hoa-kiau kedudukan hanya setingkat dibawah Kaucu, Tapi penderitaan batinku serta tempaan lahiriah yang penuh kegetiran ini siapapun takkan tahu !"

"Nona punya ganjalan hati apa, silakan jelaskan ..."

"Apa gunanya? Semula, harapan satu-satunya kulekatkan pada dirimu. sekarang ai ..."

Dasar GioK-"iong seorang lugu tak tahu ia harus bicara dari mana, katanya tertawa getir sembari mengelus-elus leher.

"Siapa tahu Tuhan maha pengasih, akhirnya aku bisa jumpa dengan kau. Wah, haha hahahaha..."

Gadis baju kuning tertawa menggila, belum selesai ia tertawa mulutnya sudah berteriak keras.

"Melihat lebih kenyataan dari pada mendengar Tak lebih hanyalah harimau kertas melulu, sia-sialah aku berdaya upaya menempuh bahaya melanggar peraturan agama. sekarang selain kematian, adakah harapan untuk hidup bahagia?"

Berkata sampai ucapan sedih yang mengetuk sanubari tak tertahan lagi, ia menggerung gerung. Mendadak ia angkat tangan kanan serta membalikkan telapak tangan terus mengepruk kebatok kepala sendiri seraya berteriak memilukan.

"Ayah! Ibu, harap maafkan anakmu yang tidak berbakti ini. Dendam sakit hari kalian sela ma hidup ini sulit lagi untuk menuntut balas."

Kalau hantaman tangan sendiri itu benar-benar sampai telak mengenai sasarannya pasti jiwanya itu bakat melayang dan tamat diatas gunung yang semak belukar ini.

"Nanti dulu! "bayangan putih memburu maju coba mencegah.

"Hahahaha, bocah bagus, tepat sekali dalam dugaan, hahahaha!"

Seiring dengan gelak tawa yang menggelegar ini, empat bayangan merah kecil saling susul mendarat tiba, kiranya bukan lain adalah enpat manusia cebol dari Hiat-ing-bun.

Begitu Hiat-ing-su-ai muncul seketika merah jengah selebar muka Giok-liong, mulutnya terkancing sementara tangannya masih menyekal lengan gadis baju kuning.

Salah seorang manusia cebol itu menggoyangkan kepala serta berkata.

"Elmaut kematian sudah diambang mata masih mata keranjingan menggoda perempuan !"

PuIang pergi selalu dipanggil bocah ingusan menjadikan Giok-liong bertambah berang, ia lepas genggamannya sembari berkata lirih.

"Nona jangan lagi mencari jalan pendek, persoalanmu nanti kita bicarakan lagi. Biar kugebah dulu para kurcaci ini."

Sembari berkata ia tatap wajah gadis baju kuning penuh arti seperti menelan pil penenang syaraf gadis baju kuning kontan unjuk senyum dan hilanglah rasa sedih, sahutnya aleman .

"Baik !"

Di sebelah sana terdengar Hiat-ing-su ai berseru bersama.

"serahkan seruling samber nyawa, terserah kau hendak mengumbar nafsu, kita berempat tidak akan mengganggu mu lagi."

Giok-liong mengudal gelak tawa sekeras-kerasnya saking marah, kabut putih mulai menguap, cahaya perak mulai terpancar dari badannya.

Diam-diam Giok liong sudah kerahkan Ji lo untuk melindungi badan serta merta kedua tangannya bergerak setengah lingkaran sembari berkata dengan nada berat.

"Mana ada urusan begitu gampang, seumpama ada juga tidak menjadi giliran kalian, sungguh igauan belaka."

Sekonyong-konyong cahaya merah darah terpancar melebar keempat penjuru, ditimpa sinar sang putri maIam menjadi ribuan ombak bayangan darah bergelombang.

Kiranya dalam sekejap ini keempat orang cebol ini sudah saling memberi syarat serentak mengerahkan ilmunya untuk menyerang bersama.

Mega putih bergulung berjubel semakin tebal menyelubungi sinar putih perak yang menyolok mata, sebuah telapak tangan putih halus bergerak kalem dan menari indah berseliweran lincah sekali.

"Sret, sret,"

Sekejap mata saja Giok-Iiong sudah lancarkan delapan belas kali tipu pukulan yang dahsyat menyerang keempat musuhnya di empat penjuru.

Terdengar pekik keras berbareng, bukan mundur Hiat ingsu- ai malah merangsak maju menerjang kearah gulungan mega putih sambil lancarkan juga pukulan hebat.

Harus diketahui bahwa kedudukan Hiat-ing-su-ai dalam golongan Hiat ing-bun hanya setingkat lebih rendah dari Cong-cu mereka, Lwekang dan kepandaian silatnya rata-rata punya latihan dan kehebatannya sendiri-sendiri.

Meskipun belum mencapai titik sempurna namun juga boleh dikata sudah mencapai puncak yang boleh dibanggakan jauh lebih tinggi dari golongan tokoh kosen kelas satu di kalangan kangouw Tatkala mana Su-ai bergabung mengeroyok maka betapa hebat perbawa tenaga gabungan mereka bukankah main-main belaka, Sinar darah masih bergerak seperti ujung panah, berputar lincah menusuk cepat, sebaliknya pukulan tangan juga begitu rapat dan ganas sekali.

Mendadak gerungan aneh serentak berbunyi dari empat penjuru, bayangan hitam jauh bergerak lincah cepat sekali laksana angin badai menerpa.

Sebaliknya pihak lawan mandah tertawa dingin saja, bayangan putih juga ikut berputar cepat, angin ribut menderu deras sehingga udara sekitar gelanggang menjadi gelap oleh debu dan pasir yang beterbangan menjadikan suatu pemandangan indah dan menakjupkan diatas pegunungan yang sepi.

"Blang".

"blum", Ledakan dahsyat menyebabkan Hiat-ingsu- ai masing-masing terpental surut ke belakang tujuh kaki jauhnya namun kedudukan serta kuda-kuda mereka masih berada di tempat semula, sebaliknya Giok liong kelihatan masih berdiri tegak dengan tenangnya, kedua tangan bersilang melindungi dada. Tadi kedua belah pihak sudah mengadu seluruh kekuatan, boleh dikata masih sama kuat belum kentara pihak mana yang lebih unggul atau asor. Masing-masing pihak mempunyai perhitungan serta pengukuran atas standart kepandaian lawan. Mendadak salah seorang manusia cebol itu mendelikkan matanya yang kelihatan buas seperti biji mata ikan, suaranya bergetar seperti bunyi kokok-beluk.

"Lenyapkan dia dengan sinkang !"

Tiga kawannya yang lain segera mengiakan serentak .

"itulah jalan satu-satunya."

Serentak keempat cebol menggerakkan kaki tangan sampai berbunyi keretekan, mata mereka lantas memancarkan sinar warna merah darah, demikian juga air mukanya menjadi merah gelap, Hiat-ing-kang memancarkan cahaya merah laksana jaringan rapat mengapung sekeliling Giok-liong.

Hawa udara menjadi buntu seperti didalam ruangan tertutup rapat.

Seketika Giok-liong merasa pernapasannya sesak, pembuluh darahnya menjadi membeku darah susah mengalir.

Cepat-cepat ia empos semangat mengerahkan hawa murni Ji lo berkembang melindungi sekitar badannya.

Cahaya putih cemerlang yang terbungkus oleh merah darah semakin mengecil mengkeret seperti sebutir sinar mutiara yang kemilau menyilaukan mata.

Mega putih semakin teba.

Demikian juga bayangan merah darah itu semakin marong.

Hiat-ing su-ai mempercepat pengarahan ilmunya, dari delapan telapak tangan mereka masing-masing melesat keluar delapan jalur cahaya panah.

Mendadak serentak mereka menggembor keras, empat bayangan mereka merangsak bersama, cahaya panah dari delapan telapak tangan mereka kontan menerjang kearah buntalan mega putih yang membungkus cahaya sinar perak.

Terdengar kumandang gelak tawa panjang yang menggetarkan isi seluruh alam semesta ini.

"Dar..!"

Gemuruh laksana gugur gunung, darah beterbangan tercecer kemanamana, mega putih luber menjulang tinggi ke tengah udara.

Bayangan orang lantas terpencar mundur sambil mengelak kesakitan.

Kini Hiat ing su ai sudah mundur tiga tombak, ujung mulut, hidung dan mata mereka berlepotan darah, Serempak mereka berteriak.

"Gigit lidah semprotkan darah!"

Bercekat hati Giok-liong.

Gigit lidah menyemprotkan darah merupakan suatu ilmu jahat dan paling ganas dari golongan Hiat-ing-bun mereka.

Ilmu ini merupakan pusaka terakhir bagi mereka yang sudah kewalahan menghadapi musuh, tidak dalam keadaan terpaksa biasanya jarang dan terlarang keras menggunakan ilmu yang berrcjn ini.

Sebab setitik saja pihak musuh terkena semprotan darah ini, selama tujuh kali tujuh jam seluruh badan akan membusuk menjadi genangan darah.

Apalagi tiada obat pemunahnya, bagi yang terkena terang jiwa sukar tertolong lagi.

Sudah tentu orang yang melancarkan ilmu ini juga pasti kehabisan hawa murni dan menjadi lumpuh, sedikitnya kehilangan daya latihan selama tiga empat tahun.

Sekarang agaknya Hiat-ing-su-ai sudah merasa kewalahan dan gusar busan main, terpaksa mereka melancarkan ilmu gigit lidah menyemprotkan darah yang sangat berbahaya itu.

Giok liong menghardik keras.

"Hiat-ing-bun tiada dendam permusuhan dengan aku, kalian hendak melancarkan ilmu jahat, adakah harganya?"

Tertua dari keempat cebol membentak gusar.

"Biia tidak mendapatkan seruling samber nyawa pihak Hiat-in-bun bersumpah tidak akan lepas tangan."

"Baik, terpaksa aku adu jiwa dengan kalian! inilah seruling samoer nyawa disini!"

Serempak sorot kuning dan cahaya putih berkelebat tahu-tahu Giok-liong sudah mengeluarkan Potlot mas dan seruling samber nyawa.

Dengan sikap gagah Giok-liong bergerak lincah berputar seperti gangsingan sepiring dengan gerak-geriknya ini irama seruling lantas mengalun tinggi seperti ular naga sedang menggelosor.

Begitu melihat seruling samber nyawa dikeluarkan seketika timbul semangat Su-ai, tergetar seluruh badan mereka, berbareng mulut mereka mendengus-dengus seperti binatang buas mengendus daging mentah.

Kepala besar mereka bergoyang goyang air muka juga menjadi bengis dan menyeringai iblis, lidahnya diulur odotfcau seperti setan gentayangan seperti lidah ular yang mulur pendek.

Tiba-tiba gadis baju kuning yang menonton dipinggir gelanggang sekian lama itu berteriak.

"Siau-hiap, biarlah aku membantumu!"

Dalam keadaan yang genting ini Giok-liong sempat berteriak. Jagalah keselamatan nona sendiri, mereka takkan dapat ... Hai, awas!"

Pada saat itulah mendadak Su ai lancar kan serangannya dengan delapan jalur panah darah menyerang kearah Giokliong, sedikit saja perhatian Giok-liong terpencar ia harus membayar mahal akan kecerobohannya ini, belum lagi kata katanya habis diucapkan mulutnya berganti berteriak kesakitan, darah terasa bergolak dan mengalir balik, mata berkunang-kunang.

Giok liong merasa tenggorokannya menjadi panas anyir.

"Wah ....."

Darah segar menyemprot keras sekali sampai sejauh tiga tombak.

Begitu serangan mereka memperoleh hasil Su-ai semakin mendapat hati, serentak mereka berteriak-teriak aneh terus memburu maju, diantara cahaya merah darah yang masih melingkupi sekitar gelanggang, delapan cakar iblis mereka sudah menubruk tiba.

"Tahan!"

Liba-tiba terdengar sebuah bentakan nyaring merdu disusul bayangan merah berkelebat datang, Tahu-tahu dihadapan mereka sudah bertambah dua orang gadis remaja.

Sekuatnya Giok-liong pentang matanya, namun tubuhnya terhuyung mundur dan jatuh terduduk diatas tanah, Terasa isi perutnya se perti dipelintir dan dicocoki jarum, sesaat lamanya hawanya murni sulit terhimpun.

Sungguh diluar perhitungannya sedikit saja perhatian terpencar sedetik itu pula, ia sudah terserang telak oleh pukulan gabungan su-ai yang dahsyat itu.

Untung ilmu gigit lidah menyemprotkan darah mereka belum sempat dilancarkan kalau tidak habis sudah riwayatnya.

Kaki tangan terasa lemas lunglai, sekuatnya ia bertahan mengempos semangat mengerahkan hawa murninya.

Melihat sergapan bersama mereka berhasil merobohkan lawan, baru saja Hiat ing-su-ai hendak bertindak lebih lanjut merebut seruling samber nyawa mendadak terdengar bentakan nyaring merdu itu, seketika mereka tertegun berdiri.

Ternyata orang yang mencegah tindakan mereka selanjutnya tak lain tak bukan adalah putri tunggal Congcu mereka sendiri yaitu tuan putri Hiat-ing Kong-cu Ling-Soat-yau bersama pelayan pribadinya Chiu-ki dengan angkernya mereka berdiri ditengah gelanggang.

Lekas-lekas Su-ai menarik kembali serangan selanjutnya, berjama mereka menjura sambil berseru.

"Menghadap Kongcu!."

Hiat ing Kong cu Ling Soat-yan mengulapkan tangan, ujarnya.

"Bebas!"

Habis berkata matanya yang jeli menyapu penrtarg kearah Giok-liong yang duduk bersila, seketika berubah hebat air mukanya, pandangan mata yang penuh nafsu membunuh terunjuk pula rata perasaan dan jelas.

Posting Komentar