Seruling Samber Nyawa Chapter 68

Hiat khong Taysu Ciang bun-jin Siau-lim-pay segera memburu maju terus membopongnya, tangannya segera meraba pergelangan tangan, suaranya terdengar gemetar .

"Toheng! Ciang-bun! Kau ..."

Pernapasan Cin cin-cu Ciang bun-jin Bu-tong pay banyak dihembuskan dari disedot, kelopak mata serta bibirnya bergerak-gerak, agaknya ingin berkata namun tak kuasa mengeluarkan suara, napasnya sudah kempas kempis.

Kesepuluh jarinya mencengkeram dalam kedalam tanah dari sini dapat dibayangkan betapa sakit dan parah luka yang dideritanya.

Dari dalam Sam ceng-koan saban-saban terdengar jeritan dan pekik kesakitan yang mengerikan, sungguh seram dan mendirikan bulu roma.

"Celaka, pasti Sam ciang-koan telah terjadi sesuatu mara bahaya!"

Demikian teriak Ciong-lam-koay to Ji-ngo.

"Ya, bencana kehancuran telah terjadi di sana."

Ujar Biklian- hoa sambil mengerutkan kening.

"Apakah ini juga perbuatanku ?"

Jengek Giok-liong aseran. Thian-san-sam-kiam tadi jatuh pamor karena disenggak oleh Bik-lian-hoa. kini saatnya telah tiba untuk melampiaskan kedongkolan hatinya, seringainya sinis.

"Ada kemungkinan..."

Sedapat mungkin Giok-liong menahan sabar, gerungnya.

"Mari kita tengok kesana."

Tanpa menanti jawaban kaki segera menjejak tanah, tubuhnya lantas melambung tinggi, hebat memang ilmu Leng-hun-toh yang dikembangkan begitu melesat langsung berlari kencang menuju kearah Sam-cengkoan! sengaja ia mendahului yang lain saking dongkol tadi, besar harapannya dapat memeriksa dan mencari sumber kejahatan yang tengah berkecamuk ini.

Maka sedikitnya ia tinggalkan para tokoh-tokoh silat itu dua puluhan tombak jauhnya.

Keadaan Sam-cing-koan ternyata sunyi senyap, tanpa terdengar sedikit suarapun.

Luncuran tubuh Giok liong begitu pesat, sekali loncat puluhan tombak dapat dicapainya, undakan batu sebanyak tiga ratus enam puluh lapis hanya dua kali loncatan saja tubuhnya gudah menerobos masuk kedalam biara agung.

Begitu kakinya mendarat ditanah, hidung Giok liong lantas dsrangsang bau amis yang memualkan, dilihatnya noktahnoktah darah berceceran, mayat bergelimpangan patungpatung pemujaan banyak yang roboh dan tak keruan lagi letaknya, Diatas dinding darah dan cairan otak manusia menjadikan peta bergambar yang menyolok mata, kaki tangan serta kepala manusia yang tidak lengkap lagi dengan badannya berserakan dimana-mana.

Sesaat Giok-liong menjadi tertegun dan mengkirik.

segera ia kerahkan Leng-hun-toh badannya menerobos pesat beberapa bangunan biara lain menerjang kebelakang.

Sepanjang jalan yang dilalui jenazah orang tiada seorangpun yang ketinggalan hidup, jangan dikata hidup yang terluka parah saja tiada.

"Siapa yang turun tangan sekejam ini!"

Demikian Giok-liong membatin, tubuhnya masih bergerak lincah berloncatan dari ruang sini keatas rumah sana, sampai akhirnya tiba di-ruang belakang Sam ceng-koan, keadaan sama tiada bedanya.

Tiba-tiba dari ruang semadi sebelah samping sana terlihat sebuah bayangan kuning berkelebat teraling kain gordyin terus menerobos keluar melalui jendela.

"Siapa!"

Seiring dengan bentakannya Giok-liong melesat mengejar, Betapa cepat gerakkan Giok-liong itu, namun bayangan kuning itu mendahului bergerak dan lebih cepat lagi.

Tampak tungku besar didalam ruang semadi itu roboh, api masih membara, segala barang perabot morat-marit tak karuan, Dua orang Tosu muda tampak menggeletak digenangi air darah, perut mereka sobck sehingga isi perutnya dedel dowel, dan badannya terasa belum dingin seluruhnya, terang bahwa belum berselang lama ia dibunuh orang.

"Tak percaya kau dapat bergerak begitu cepat !"

Giok-liong menggumam seorang diri, jendela sebelah belakang dipentangnya terbuka.

Betul juga dilihatnya sebuah bayangan kuning seperti meteor jatuh laksana anak panah terlepas dari busurnya tengah berloncatan lincah sekali lari ke arah hutan lebat di belakang gunung sana inilah sumber penyelidikan satusatunya yang ada.

Tanpa ayal lagi Giok-liong segera menerobos keluar dengan kencang ia kembangkan Leng-huntoh seperti awan mengembang entengnya terus mengejar dengan pesatnya.

Baru saja Giok-liong melesat keluar Di luar ruang semadi sana terdengar suara ribut serta dc.SJ p 1 a'ci o^,ng banyak yang menda ia u(ji.

Ciong-lam-koay-to Ji.ngo baru saja sampai diambang pintu, mendadak melompat mundur lagi serta berteriak .

"Kita semua sudah diapusi dan tera&nli oleh tipu muslihatnya."

"Diakali bagaimana?"

Teriak Ka Liang-kiam dengan uringuringan.

"Bocah itu banyak tipu muslihatnya dengan tipu harimau meninggalkan sarangnya serta cara suara di timur hantam dibarat, seorang diri ia menghambat kita di depan gunung, sedang kamrat serta kawan-kawan-nya mencuci bersih Samcing- koan dengan darah."

Hian-khong Taysu Siau-lim Ciang-bun-jin menjadi raguragu, katanya .

"Ini, .."

"Ini apa ? Pasti tidak akan salah !"

"Tapi selama perjalanan ini Kim-pit-jan hun tiada punya seorang temanpun."

"Itukan kelicikannya saja. Coba kalian lihat !"

Semua orang berpaling kearah yang ditunjuk oleh Cionglam koay-to di belakang jendela sana, Terlihat jauh ratusan tombak sana dua titik kuning dan putih tengah berkejaran dengan pesatnya.

"Bocah licik dan keji!"

Maki Thian-saa-sam-kiam bersama. Sesaat Bik-lian-hoa sendiri menjadi bimbang, lalu katanya sambil mengerutkan kening.

"Sebelum duduk perkaranya dibikin terang, lebih baik kalian jangan main tebak dan tuduh sembarangan."

Ciong lam-koay to menjadi tidak senang bantahnya.

"pendengaran kuping mungkin bisa salah, tapi kenyataan mata kita sudah melihat sendiri, Apakah nona Li tadi tidak melihat ?"

Bik-lian-hoa menjadi dongkoI, semprotnya.

"Jadi kau sudah tahu pasti dan terang bahwa dia yang melakukan semua ini ? Apakah tidak mungkin ia mengejar musuh yang tengah mengundurkan diri !"

Ciong-lam koay-to bergelak tertawa, serunya .

"Bukankah nona Li rada eman dan sayang pada bocah itu, Terpaksa Pinto tak bisa banyak bicara lagi."

Kapan Bik - lian-hoa pernah dibantah otnongannya di hadapan sekian banyak orang seketika ia menjadi gusar, semprotnya.

"Hidung kerbau, berani kau bicara kurang ajar terhadap aku, sudah bosan hidup kiranya ?"

Orang kebiasaan berkata.

"Membunuh seorang Hwesio membikin malu seluruh penghuni kelenteng."

Sudah tentu makian "hidung kerbau"

Ini bukan saja memaki Ciong-lamkoay- to, tapi bagi pendengaran Thian-san-sam-kiam juga menusuk telinga dan mengetuk hati, seketika merah jengah selebar muka mereka.

"No ... Li ...

"

Ka Liang-kiam tergagap bicara.

"Kau panggil aku apa ?"

Tuding Bik-lian-hoa sambil mendelik.

"Li-cian-pwe kau membela bocah itu, begitu rupa, apa mungkin..."

Sepasang mata Bik lian hoa yang jeli seperti mata burung Hong yang memancarkan sorot aneh, sinar matanya ini sukar dapat dilihat tapi sebetulnya begitu agung dan penuh rasa welas asih. Lama dan lama kemudian baru ia meghela napas, katanya lembut.

"Ai, umpama aku tidak ikut campur dalam pertikaian ini. Mengandal kalian para tua bangka yang tidak berguna ini masa dapat berbuat apa terhadap dia. Tadi kalian sudah melihat sendiri betapa hebat Sam- ji cui-hun-chiu, Lwekang yang hebat serta hawa pelindung badan yang kokoh."

Ciong-lam koay-to masih belum kapok, jengeknya.

"Sinar kunang-kunang, silat kembangkan belaka."

"Bik lian hoa mengejek hina, dengusnya.

"Hm, coba kutanya bagaimana kepandaianmu dibanding Ci- hu-sin-kun?"

Cep celakep Ciong lam koay-to menjadi bungkam seribu basa, Sudah tentu Thian-san sam kiam juga menjadi malu, kalian lama mereka menjadi kikuk dan keki, akhirnya Ka Liang kiam mencari alasan belaka.

"Omong kosong belaka tak berguna, To heng! Kejar bocah itu lebih penting."

Inilah kesempatan untuk menarik muka, sudah tentu Ciong-latn-koay-to menjadi ber-semangat."

Ya betul, mari kita kejar !"

Lalu beriring mereka melompat keluar jendela.

Melihat tiada sesuatu yang perlu digondeli di tempat ini, tanpa bersuara apa-apa Hiat ing-su-ai saling memberi syarat kedepan mata, serentak mereka mengapung tubuh menerjang keluar juga terus menghilang di kejauhan sana.

"Kalian boleh kejar!"

Ejek Bik-lian hoa.

"kuharap kalian tidak ketemu, ini terhitung untung kalian!"

Tanpa pamit lagi ia melayang keluar terus menghilang. Sete!ah mereka pergi Thian-san sam kiam mendesak kepada Siau-lim Ciang-bun Hian-khong Taysu.

"Taysu adalah Bing cu dari partai sembilan besar aliran lurus, urusan kali ini bukan sembarang urusan, betapa juga jangan menggendong tangan tinggal menonton saja"

"Ai!"

Hian-khong menghela napas panjang, Alisnya berkerut dalam, katanya penuh prihatin.

"Urusan ini harus kita rundingkan dan hadapi dengan hati-hati. Bencana besar yang menimpa Kangouw sejak ratusan tahun agaknya mulai kumat lagi, ini bukan kekuatan Lolap seorang dapat mengatasinya." "Maka itu marilah kita pikirkan bersama cara bagaimana harus membendung bahaya ini."

Demikian seru Thian san sam-kiam bersama. Hian-khong Taysu tertawa getir, katanya sambil manggutmanggut.

"Maksud Pinceng, seumpama kita gabung seluruh kekuatan sembilan besar aliran lurus juga belum tentu dapat berlawanan dengan para iblis laknat yang mengganas itu ! Maka ..."

Sekian lama ia merenung tak kuasa ambil keputusan yang positip.

"Kalau begitu kita hidup berdikari secara untung-untungan saja, Mari pulang !"

Posting Komentar