Sakit Hati Seorang Wanita Chapter 67

NIC

Demikianlah, ketika Su Lok Bu dan Cia Kok Han duduk berhadapan dengan tiga orang itu, diam-dia m mereka bergidik ngeri. Sungguh terlalu kejam pe mba lasan dendam yang dilakukan Kim Cui Hong kepada tiga orang ini. Orang ke empat, Gan Tek Un, telah bertaubat dan menjadi pendeta, akan tetapi dia pun kini me mbunuh diri sebagal penebusan dosanya terhadap gadis itu! Biasanya, dua orang itu kalau datang, ke gedung ini, hanya untuk bertemu dengan Pui Ki Cong, bekas majikan mereka. Baru sekarang mere ka datang dan melihat tiga orang Itu bersama, dan mereka yang dulunya pendekar kang-ouw dan sekarang menjad i perwira, yang sudah banyak menyaksikan kekerasan dan akibat kekerasan, mereka ngeri me lihat tiga orang bekas a mukan Kim Cui Hong itu!

"Su-ciangkun (perwira Su) dan Cla-ciangkun (Perwira Cia), kalian berdua sudah menjadi perwira dan mas ih suka mengunjungi aku. Terima kasih atas kebaikan kalian. Sekarang kalian hendak bertemu denganku, me mbawa berita penting apakah?" tanya Pui Ki Cong dengan suara yang pelo sekali karena dia bicara tanpa menggunakan bibir! Ngeri me lihat orang ini Dicara, seperti melihat setan tengkorak bicara. Apalagi wajah tidak berbiji lagi, dita mbah a mat kurus.

Persis tengkorak hidup

"Pui Kongcu, kami hanya akan me mber itahukan bahwa kami me lihat Nona Kim Cui Hong!"

Mendengar ini, tiga orang yang seperti mayat hidup itu seolah tersentak kaget. Wajah Pui Ki Cong berubah merah sekali, mata Koo Cai Sun yang mencorong, liar dan menyorotkan kebencian jtu seolah bersinar mengeluarkan api. Louw Ti tiba-tiba tertawa ha-ha-he-heh dan dia mengacungkan tangan kanan yang terkepal seperti hentak me mukul dan lengan kir inya yang buntung sebatas pergelangan itu pun diacung-acungkan.

"Kubunuh dia! Mana dia Si Kim Cui Hong laknat, kubunuh dia. !" katanya.

"Louw Ti, dia mlah!" kata Pui Ki Cong, lalu dia bertanya kepada Su Lok Bu. "Su-ciangkun, di mana pere mpuan iblis itu sekarang?" "Ia me mbantu pemimpin pemberontak Li Cu Seng ketika kami hendak menang kap pe mberontakitu di luar kota raja. Sayang kami tidak dapat menang kapnya karena gero mbolan pengemis tongkat hita m yang a mat banyak jumlahnya me mbantunya."

"Ahh! Iblis betina itu ternyata membantu pe mberontak? Dasar perempuan jahat! Su-ciangkun dan Cia-ciangkun, tolong kumpulkan dan Siapkan para pendekar yang tangguh untuk menang kapnya. Kalau kalian dapat menangkapnya, aku akan me mber i hadiah yang a mat banyak, yang akan dapat me mbuat kalian kaya raya! Biar separuh kekayaanku akan kuhadiahkan asalkan kalian dapat menangkap iblis betina itu dan menyeretnya ke sini!"

"Pui Kongcu, kami berdua tidak begitu me mikirkan tentang hadiah. Kami akan me ngumpulkan orang-orang sakti yang berada di kota raja untuk me mbantu kami menyelidiki dan menang kap kalau Kim Cui Hong muncul, bukan karena hadiah itu, melainkan karena kami menganggap ia seorang wanita yang amat kejam, jahat, dan berbahaya." kata Cia Kok Han. Dua orang perwira itu lalu berpamit dan keluar dari gedung yang menyeramkan itu.

Su Lok Bu dan Cia Kokz Han lalu cepat menghubungi para pendekar yang berdatangan ke kota raja memen uhi undangan Jenderal Ciong untuk me mbela pertahanan kota raja dari serbuan pemberontak. Pada waktu itu, me mang terjadi perpecahan di dunia persilatan. Ada yang merasa bahwa mereka harus me mbela Kerajaan Beng sebagai patriot, seperti Su Lok Bu, Cia Kok Han, Liong-san Ngo-heng, dan lain-la in. Ada pula sebagian tokoh kang-ouw yang berpihak kepada Li Cu Seng, dan ada pula, terutama para pendekar di utara, yang mendukung Panglima Besar Bu Sam Kwi. Di antara pendekar yang me mbe la Kerajaan Beng terdapat seorang datuk dunia persilatan dari timur. Dia adalah seorang laki- laki berusia sekitar enam puluh lima tahun, bertubuh tinggi besar, rambut, kumis dan jenggotnya sudah putih semua. Namanya tidak begitu di kenal di kota raja, akan tetapi di sepanjang pantai Laut Timur, dia terkenal dengan julukan Tung Ok (Racun Timur). Ilmu silatnya tinggi dan dia pun pandai ilmu sihir sehingga ditakuti banyak orang. Ketika Jenderal Ciong mengundang para orang gagah untuk membantu pertahanan kota raja, Tung Ok yang kebetulan berkunjung ke kota raja tertarik. Diam-dia m dia tertarik menyaksikan kemewahan di kota raja dan dia Ingin mendapatkan kedudukan sehingga dapat menjadi seorang pembesar tinggi dan hidup dalam gedung seperti istana mewan. mendapat kehormatan dan kemuliaan yang tidak pernah dia rasakan! Ketika ia mendaftarkan dirinya dan dicoba kepandaiannya, segera dia dihadapkan Jenderal Ciong karena memang ilmu silatnya luar biasa.

Su Lok Bu dan Cia Kok Han me nghubungi Tung Ok yang tinggal dalam sebuah gedung besar yang diperuntukkan tempat tinggal para pendekar. Sebagai seorang datuk, Tung Ok mendapatkan sebuah kamar terbesar dan pelayanan istimewa. Su Lok Bu dan Cia Kok Han sudah tahu akan kelihaian datuk ini, maka mereka men ghubunginya, bukan hanya untuk menghadapi Kim Cui Hong apabila gadis itu muncul, melainkan terutama menghadap i para mata- mata Li Cu Seng yang berkeliaran di kota raja.

Setelah mencer itakan tentang Li Cu Seng yang menyelundup ke kota raja dan berhasil me mbawa lari Kim Lan Hwa, selir Panglima Besar Bu Sam Kwi, dan tentang Kim Cui hong yang diceritakan sebagai iblis betina yang jahat dan kejam, Tung Ok tertawa.

"Ha-ha-ha, mengapa baru sekarang kalian datang kepadaku? Kalau ketika itu aku berada dengan kalian, sudah pasti pemberontak Li Cu Seng dan kaki tangannya, juga iblis betina Kim Cui Hong Itu, dapat kutangkap hidup atau mati." "Maafkan kalau kami pada waktu itu tidak sempat menghubungi Lo-cian-pwe (Orang Tua Gagah), akan tetapi mulai sekarang, kami mengharapkan bantuan Lo-cian-pwe. Kalau kami dan para pembantu kami me lihat ada mata-mata pemberontak berkeliaran di kota raja, terutama sekali mereka yang melindungi Li Cu Seng ketika hendak kami tangkap, dan lebih lagi iblis betina Kim Cui Hong itu, tentu kami akan minta bantuan Lo-cian-pwe. Mereka itu rata-rata memiliki ilmu silat yang tangguh sekali. Kalau Lo-cian-pwe dapat menangkap mereka, hidup atau mati, tentu jasa Lo-cian-pwe amat besar dan selain akan dilaporkan kepada Jenderal Ciong dan dicatat, juga Pui Kongcu telah menjanjikan hadiah yang amat besar dan me mbuat Lo-clan-pwe kaya raya."

"Ha-ha-ha, beres, beres! Kalau mereka muncul, serahkan saja kepadaku, beres!" kata Racun Timur sambil tertawa senang me mbayangkan hadiah-hadiah yang akan diterimanya.

Demikianlah, mulai hari itu, atas perintah Jenderal Ciong, para perwira termasuk Sn Lok Bu dan Cia Kok Han menyebar banyak perajurit penyelidik agar tidak lagi merela kecolongan seperti yang sudah-sudah, ketika banyak anggota perkumpulan pengemis Tongkat Hitam berkeliaran di kota raja sebagai mata- mata Pe mberontak Li Cu Seng tanpa mereka ketahui.

0odwo0

Seorang pemuda ta mpan me masuki pintu gerbang kota raja Peking pada pagi hari Itu, berbaur dengan mereka yang keluar masuk pintu gerbang. Para petugas penjaga pintu menga mati setiap orang yang lewat dengan penuh perhatian. Akan tetapi tidak ada di antara mereka yang mencurigai pemuda tampan berpakaian seperti seorang satrawan itu.

Dengan langkah santai pe muda itu berjalan-jalan di sepanjang jalan besar dalam kota saja seolah hanya melihat- lihat dengan sikap acuh tak acuh. Akan tetapi sesungguhnya dia me mperhatikan segala yang dilihatnya, terutama ketika dia berjalan di luar benteng dan melihat banyaknya perajurit dalam pasukan-pasukan kecil berkeliaran di kota dalam keadaan siap.

Setelah berjalan-jalan berputar-putar kota raja sejak pagi me masu ki kota sampai siang hari, agaknya dia merasa lelah dan lapar. Dia lalu me masuki sebuah rumah makan besar "Lok Thian" yang letaknya di sudut kota. Biarpun tidak berapa ramai dikunjungi orang, na mun ru mah makan ini cukup besar dan seperti kebiasaan pada waktu itu, rumah makan Lok Thian ini juga merupakan bagian dari rumah penginapan yang berada di belakang rumah makan itu.

Seorang pelayan tua segera menyambut ketika pe mula itu me masu ki rumah ma kan. "Selamat siang, Kongcu (Tuan Muda)." Dia lalu Mempersilakan pe muda itu duduk di meja kosong yang berada di sudut. Dengan sikapnya yang tenang pemuda ta mpan itu me mesan ma kanan dengan minuman air teh. Tak lama kemudian dia sudah makan. Buntalan pakaian yang tadi dibawanya dia letakkan di atas meja.

Setelah selesai makan dia men ggapai pelayan dan bertanya, "Paman, apakah di rumah penginapannya masih ada kamar kosong?"

"Ah, Kongcu hendak berma la m? Masih ada, Kongcu, dan kamar rumah penginapan kami terkenal bersih. Mari saya. antar."

Posting Komentar