Sakit Hati Seorang Wanita Chapter 65

NIC

"Suhu telah meninggal dunia, tahun yang la lu karena sakit tua."

"Adik Cui Hong, lalu bagaimana engkau tadi tiba-tiba dapat muncul dan me mbantu kami?"

"Enci Lan Hwa, selelah aku berhasil me mba las rendam atas kematian Ayahku dan Suhengku, aku lalu merantau." Cui Hong sengaja tidak menceritakan tentang malapetaka yang men impa dirinya, diperkosa dan diperhina Pui Ki Cong dan tiga orang jagoannya. Dalam perantauan itu aku mendengar tentang keadaan pemerintahan Kerajaan Beng yang mulai kacau, tentang para pejabat yang korup dan lalim, tentang penderitaan rakyat jelata, dan tentang pemberontakan yang dilakukan rakyat yang dipimpin orang-orang gagah. Juga aku mendengar tentang laskar rakyat yang dipimpin oleh. Li

Bengcu ini. Aku masih bingung mendengar se mua itu. Lalu aku teringat kepada mu, Lan-ci. Aku ingin me ngunjungimu karena engkau adalah selir Panglima Besar Bu Sam Kwi yang tentu mengetahui benar keadaan negara yang kacau itu. Dan setibanya di sana tadi aku melihat engkau berada di dalam kereta ditodong seorang perwira, maka aku segera turun tangan."

Li Cu Seng berkata. "Kedatangan Nona tepat sekali dan kami berterima kasih atas bantuanmu. Sekarang engkau sudah mendengar sendiri, Nona. Pemerintah Kerajaan Beng telah menjadi rusak dan busuk karena Kaisar telah berada dalam cengkera man para Thaikam. Para pejabat tinggi sebagian besar korup dan lalim sehingga rakyat merasa tidak puas dan terjadi pemberontakan di mana- mana. Nona sendiri, menurut apa yang kudengar tadi, menjadi korban kejahatan putera seorang jaksa tinggi yang sewenang-wenang. Sekarang terdapat lebih banyak lagi pembesar yang bahkan lebih jahat daripada mereka yang dulu Nona musuhi. Maka, sekarang terserah kepadamu, Nona Kim Cui Hong, kalau engkau mau me mbantu perjuangan kami, kami akan menerima dengan senang hati."

"Hal itu akan kupikirkan dulu, Beng-cu. Akan tetapi sekarang, ke mana engkau hendak membawa Enci Kim Lan Hwa?" tanya Cui Hong.

"Tentu saja ke Shensi di mana mar kas besar kami berada. Sekarang tidak ada waktu lagi untuk mengantarnya ke San- hai-koan karena kami harus me mpersiapkan penyerbuan ke kota raja. Setelah kami menyelidiki dan mendapat kenyataan bahwa Panglima Besar Bu Sam Kwi tidak meng irim pasukan untuk melindungi kota raja, maka kami harus cepat menyerbu dan menguasainya. "

"Akan tetapi, bukankah engkau berjanji kepada Enci Lan untuk mengantarnya ke San-hai-koan?" tanya Cui Hong.

"Benar, akan tetapi maaf, hal itu tidak dapat kami lakukan sekarang. Sebaiknya, demi keselamatannya sendiri, Nona Kim ikut bersa maku dan untuk se mentara tinggal di sana."

Cui Hong meno leh kepada saudara sepupunya. "Bagaimana, Enci Lan. Apakah engkau mau tinggal bersa ma Li Bengcu untuk se mentara, ataukah engkau ingin menyusul keluarga suamimu ke San-hai-koan sekarang? Kalau engkau ingin kesana sekarang, aku dapat mengantar dan mengawalmu!"

"Terima kasih, Hong-moi. Engkau me mang baik sekali. Akan tetapi kupikir aku tidak akan menyusul ke San-hai-koan sekarang. Pertan, perjalanan itu amat jauh, dan kedua, amat berbahaya kalau hanya engkau seorang diri yang mengawalku, dan pula... aku akan merasa aman kalau berada dalam perlindungan Li Bengcu. Biarlah untuk se mentara aku ikut ke Shen-si." Kim Lan menger ling ke arah pendekar itu. Ia me mang sejak berte mu merasa kagum kepada Li Cu Seng. Laki- laki itu de mikian gagah, tegas, dan tenang penuh wibawa. "Baiklah, kalau begitu, sela mat jalan, Enci Lan. Aku ingin melanjutkan perjalananku merantau."

"Akan tetapi.... Hong-mo i, apakah engkau tidak ikut bersamaku? Aku masih kangen dan ingin banyak bercakap- cakap dengan mu."

"Maaf, Enci Lan. Engkau sudah a man terlindung, aku t idak meng khawatirkan keadaan dirimu lagi. Aku akan melihat-lihat keadaan kota raja."

"Li- hiap (Pendekar Wanita), berbahaya sekali kalau engkau me masu ki kota raja. Tentu para perajurit tadi akan mengenalmu dan engkau akan ditangkap dan dianggap pemberontak karena engkau tadi me mbantu kami." kata Li Cu Seng, dan dia menghentikan dua ekor kuda yang menarik kereta. "Karena itu, marilah engkau ikut dengan kami dan kita bersama menghadap i pasukan Kerajaan Beng yang sudah mulai runtuh itu."

Cui Hong tersenyum dan me nggeleng kepalanya. "Terima kasih, Bengcu. Terus terang saja, aku mas ih bingung me mikirkan tentang per musuhan antara Kerajaan Beng dan para pemberontak yang menamakan dirinya pejuang. Memang, aku merasakan adanya pembesar-pembesar yang menyeleweng dari kebenaran, mengandalkan kekuasaan bertindak sewenang-wenang dan jahat, akan tetapi permusuhanku dengan mereka hanya merupakan urusan pribadi, bukan urusan negara. Ketika aku melakukan perjalanan, aku bertemu dengan para pendekar yang bertekad me mbe la Kerajaan Beng sebagai warga negara yang setia. Akan tetapi aku bertemu pula dengan para pendekar yang mendukung laskar rakyat yang Bengcu pimpin dan mengatakan bahwa laskar rakyat itu pejuang-pejuang pembela rakyat, sebaliknya yang me mbela kerajaan mengatakan bahwa laskar rakyat itu pemberontak- pemberontak dan pengacau keamanan. Aku sendiri menilai bahwa kedua golongan itu ada benarnya dan ada pula kelirunya. Karena itu, tadinya aku ingin bertemu Enci Kim Lan Hwa dan bertanya kepada suaminya karena aku mendengar bahwa Panglima Besar Bu Sam Kwi seorang yang adil dan bijaksana. Akan tetapi sayang, aku tidak dapat bertemu dengannya. Sampai sekarang pun aku belum dapat menga mbil keputusan harus berada di pihak yang mana, Beng cu."

"Akan tetapi, Kim- lihiap. Tadi engkau sudah me mbantu kami me lawan para perajurit kerajaan, itu berarti bahwa engkau sudah berpihak kepada kami para pejuang dan me musuhi pe merintah Kerajaan Beng!"

"Tidak, Bengcu. Kalau tadi aku turun tangan, aku hanya ingin me mbela Enci Kim Lan Hwa dan aku me mbantu Bengcu bertiga atas permintaan Enci Lan. Kuanggap mereka itu hanya segerombolan orang yang hendak mengganggu Enci Kim Lan Hwa, maka aku menentang mereka. Bukan berarti aku menentang Kerajaan Beng. Seperti dulu, kalau aku menentang pembesar pe merintah yang jahat, bukan berarti aku menentang pe merintah, me lainkan menentang orangnya yang kebetulan menjad i pejabat. Aku menentang kejahatannya, Bengcu, bukan kedudukannya."

Li Cu Seng meng hela napas panjang dan berkata. "Kim Lihiap, aku tidak dapat menyalahkan mu. Aku menghargai pendirianmu karena aku pun dapat merasakan apa yang menjad i gejolak hatimu. Banyak pendekar yang juga b imbang seperti perasaanmu. Aku dulu juga seorang pendekar yang hanya menjunjung tinggi dan me mpertahankan kebenaran dan keadilan perorangan. Akan tetapi sekali ini menyangkut nasib jutaan orang rakyat kecil, Lihiap. Maka aku me milih berjuang menumbangkan kekuasaan la ma yang sudah busuk dan korup ini dan menggantikan dengan kekuasaan baru yang adil bersih."

"Terima kasin atas pengertianmu, Bengcu. Nah, selamat tinggal. Enci Lan, selamat jalan, semoga engkau mene mukan kebahagiaan." Setelah berkata de mikian, Kim Cui Hiong me lo mpat dan berlari cepat men inggalkan te mpat itu.

Apa yang dikatakan pemimpin pe mberontak Li Cu Seng tentang akibat pemunculan Kim Cui Hong me mbantunya ternyata benar. Su Lok Bu dan Cia Kok Han, dua orang jagoan murid Siauw-lim-pai dan Bu-tong-pai yahg menjadi perwira dalam pasukan Jendeial Ciong Kak, terkejut mengenali Kim Cui Hong. Mereka berdua bersama Liong-san Ngo-eng terpaksa me larikan diri dan me ninggalkan banyak perajurit yang tewas atau terluka parah, cepat kembali ke kota raja dan segera me laporkan kepada Jenderal Ciong. Mendengar bahwa Pimpinan Pemberontak Li Cu Seng sendiri berani me masu ki kota raja dan Mini me larikan diri bersama Kim Lan Hwa, selir Panglima Besar Bu Sam Kwi yang terkenal, jenderal itu lalu menyuruh dua ratus orang perajurit melakukan pengejaran dengan tujuh orang perwira itu menjad i penunjuk jalan. Akan tetapi, pengejaran ini gagal karena Li Cu Seng sudah menghilang ke daerah yang sudah dikuasai pe mberontak dan pasukan itu terpaksa ke mbali karena di sana terdapat puluhan, bahkan ratusan ribu perajurit dan Laskar Rakyat yang siap menghadap i mereka.

Jenderal Ciong tentu saja merasa penasaran sekali. Kehormatannya sebagai panglima yang mengatur pertahanan kota raja terpukul. Li Cu Seng, pe mimpin pe mberontak itu sendiri sampai dapat memasu ki kota raja dan dia tidak dapat menang kapnya! Lebih dari itu, malah pemimpin pemberontak itu melarikan diri bersama selir Panglima Besar Bu Sam Kwi! Ini saja me mbuktikan bahwa Panglima Bu Sam Kwi tidak me mpunyai iktikad baik terhadap Kerajaan Beng. Agaknya panglima penja pertahanan di garis depan mencegah mlrnknya tentara Mancu itu tidak perduli bahwa kota raja terancam para pemberontak! Jenderal Ciong lalu menghadap Kaisar dan seperti biasa, para pimpinan Thaikam menyertai Kaisar dalam pertemuan itu. Mereka ini jelas menga mbil alih kekuasaan Kaisar dan segala keputusan seolah keluar dari mereka. Kaisar sendiri seolah tidak tahu. bahwa dia berada dalam cengkera man kekuasaan para Thaikim, bahkan Kaisar menganggap bahwa para Thaikam itu merupa kan pembantu- pembantunya yang paling setia dan paling dapat dipercaya!

Setelah Jenderal Ciong melaporkan akan anca man bahaya dani pasukan besar pe mberontak, Kepala Thaikam Sue yang dimintai pendapat Kaisar, berkata dengan sikap congkak.

Posting Komentar