Rajawali Lembah Huai Chapter 73

NIC

Kedatangan dan kehadiran para tokoh perkumpulan besar ini tentu saja mempunyai arti penting.

Setelah semua orang berkumpul tidak ada lagi tamu yang datang, Coa Kun sebagai ketua Hek I Kaipang dan penyelenggara pertemuan itu bersama Hwa I Kaipang, berdiri di atas panggung dan memberi isarat dengan tangan agar semua orang tenang. Coa pangcu (ketua Coa) yang gagah dengan muka seperti harimau tiu mengucapkan terima kasih atas nama Hek I Kaipang.

“Cu-wi (saudara sekalian) tentu tahu bahwa sudah lama dunia persilatan tidak dipimpin seorang Beng-cu sehingga di antara kita tidak ada persatuan. Karena itu, kita semua menyadari bahwa amat perlu diadakan pemilihan seorang Beng-cu, agar kita semua selalu mendapat petunjuk agar kita bersama dapat menjaga ketenteraman dan kemakmuran dalam kehidupan rakyat. Karena itu, hari ini kita akan mengadakan pemilihan Beng-cu dan saudara sekalian dipersilahkan untuk mengajukan calon-calon yang akan kita pilih bersama. Tentu saja kita harus memilih yang terbaik, yaitu yang memiliki pengalaman paling banyak dan pengetahuan paling lengkap, juga yang memiliki ilmu kepandaian silat paling lihai. Orang seperti itu barulah pantas untuk memimpin kita.”

Ketika Pek Mau Lokai, sebagai wakil Hwa I Kaipang mendapat kesempatan menyambut dan ketika kakek yang rambutnya riap-riapan putih ini berdiri di panggung, dengan tongkat butut di tangan kanan, semua orang memandang kagum. Dilihat keadaan tubuhnya yang jangkung kurus, kakek ini nampaknya lemah saja, akan tetapi semua orang tahu bahwa dibalik keadaan itu terkandung kekuatan yang hebat dan terutama tongkat butut itu kabarnya belum pernah mengalami kekalahan. “Saudara sekalian. Apa yang diucapkan Hek I Kaipangcu tadi memang betul. Kita semua membutuhkan seorang Beng-cu yang bijaksana. Rakyat membutuhkan bimbingan agar hidupnya tidak tertindas dan sengsara, dan rakyat membutuhkan seorang pemimpin yang selain tangguh, juga yang bijaksana, tidak mementingkan diri sendiri dan yang mencinta rakyat jelata. Kami sebagai pihak yang ikut menyelenggarakan pemilihan ini, mengajukan seorang calon kami, yaitu ketua Hwa I Kaipang kami yang bernama Cu Goan Ciang!”

Mereka yang sudah mendengar nama Cu Goan Ciang, juga mereka yang menghormati Pek Mau Lokai dan percaya akan pilihannya, menyambut dengan tepuk tangan gemuruh.

Diam-diam Coa Kun mendongkol. Pek Mau Lokai telah mendahuluinya, mengajukan wakil atau calon lebih dahulu sehingga mampu memancing perhatian dan dukungan banyak orang. Diapun cepat mengumumkan agar semua pihak mengajukan calon-calon mereka. Pihak Hek I Kaipang sendiri mengajukan tiga orang calon, yaitu kakek Bouw In, Thian Moko, dan Tee Moli.

Melihat betapa Hek I Kaipang mengajukan tiga orang calon, Tang Hui Yen bangkit dari tempat duduknya dan berseru dengan suara nyaring, “Karena Hek I Kaipang mengajukan tiga orang calon, maka kami dari pihak Hwa I Kaipang juga menambah seorang calon lagi, yaitu kakekku sendiri, Pek Mau Lokai! Jadi pihak kami mengajukan dua orang calon, yaitu Cu Goan Ciang dan Pek Mau Lokai!”

Kembali calon ini disambut dengan sorak-sorai. Ketika pihak lain dipersilahkan mengajukan calon, pihak orang-orang kang-ouw yang tidak membela atau menentang pemerintah, mengajukan dua orang calon. Yang pertama adalah Jang-kiang Sianli Liu Bi yang disambut dengan gembira pula oleh Hek I Kaipang karena mereka tahu bahwa wanita yang lengan kirinya buntung itu jelas dapat mereka tarik di pihak mereka karena wanita itu sudah lama dekat dengan para pejabat, bahkan pernah menjadi kekasih panglima Khabuli yang tewas oleh gerombolan kedok hitam! Adapun calon kedua adalah seorang laki-laki berusia empat puluh tahun lebih yang tubuhnya seperti raksasa dan berotot melingkar-lingkar, mukanya juga penuh brewok dan matanya lebar. Dia amat terkenal di dunia kang-ouw sebagai seorang tokoh sesat yang amat lihai dan bertenaga gajah, dan dia dikenal dengan nama julukan Tay-lek Kwi- ong (Raja Setan Tenaga Besar), seorang jagoan di sepanjang pantai timur, juga terkenal di sepanjang sungai Yang-ce sebagai bajak sungai tunggal. Akan tetapi tidak seperti perampok dan pembajak lainnya, dia hanya mau merampok harta yang besar jumlahnya saja, dan perbuatan inipun dilakukan amat jarang. Sekali merampok, dia memperoleh harta yang banyak dan setelah hasil rampokan itu habis, barulah dia turun tangan kembali. Tidak ada pantangan baginya, baik pedagang yang dilindungi tukang-tukang pukul, atau pejabat yang dilindungi pasukan pengawal, semua disikatnya dan dia tidak pernah gagal. Diapun tidak pernah mencampuri urusan politik, tidak menentang, juga tidak membantu pemerintah penjajah Mongol.

Ketika para hadirin diberi kesempatan untuk mengajukan calon, ternyata tidak ada calon lain yang berani maju. Mereka yang tadinya mempunyai minat untuk menjadi calon, kini mundur teratur melihat tokoh-tokoh besar yang sudah ditunjuk. Ada yang merasa ngeri kalau harus bersaing dengan Tay-lek Kwi-ong, ada yang takut menghadapi Jang-kiang Sianli, akan tetapi mereka segan untuk bersaing dengan Pek Mau Lokai.

Kini para calon dipersilahkan duduk berjajar di tengah panggung, dan para pemilih diperbolehkan untuk mengajukan keberatan terhadap calon-calon yang dipilih.

Giliran pertama jatuh pada Cu Goan Ciang, Coa Kun segera maju dan naik ke atas panggung. “Saudara sekalian, kami merasa tidak setuju kalau Cu Goan Ciang diajukan sebagai calon.

Pertama, dia masih terlalu muda dan tidak berpengalaman, kedua kalinya, namanya telah tersohor sebagai orang yang telah menimbulkan kekacauan sehingga kalu kelak dia menjadi Beng-cu, dia tidak akan mampu mendatangkan ketenteraman dalam kehidupan dunia kang- ouw.”

Mendengar ini, Tang Hui Yen bangkit dari tempat duduknya dan berdiri menghadapi para tamu. Suaranya merdu namun lantang ketika ia bicara, “Cu-wi harap pertimbangkan baik-baik dan tidak terpengaruh oleh keberatan yang diajukan Hek I Kaipang tadi. Alasan penolaknya kurang kuat. Pertama, justeru usia muda yang akan membuat seorang Beng-cu dapat bekerja dengan penuh semangat, tidak seperti orang tua yang sudah loyo! Tentang kekacauan yang dikatakan ditimbulkan oleh Cu Goan Ciang, hal itu terlalu dilebih-lebihkan, Cu Goan Ciang adalah seorang pendekar dan pendekar mana yang tidak akan turun tangan kalau melihat terjadinya ketidak adilan? Tentu sepak terjangnya menimbulkan keributan, akan tetapi tokoh kang-ouw manakah yang tidak pernah menimbulkan keributan? Kita memang belajar ilmu untuk menentang ketidak adilan dan tentu akan menimbulkan keributan. Akan tetapi, Cu Goan Ciang tidak pernah mengacau, tidak pernah merugikan rakyat, tidak pernah melakukan kejahatan. Karena itu, kami tetap mengajukan Cu Goan Ciang sebagai calon Beng-cu!”

Ucapan gadis yang dilakukan penuh semangat itu disambut oleh banyak orang yang mendukungnya sehingga terpaksa Coa Kun mengalah dan Cu Goan Ciang dinyatakan sebagai seorang calon yang telah disetujui. Ketika Pek Mau Lokai diajukan untuk dinilai, tak seorangpun berani menyatakan tidak setuju dan dengan sendirinya kakek pendiri Hwa I Kaipang inipun menjadi seorang calon. Demikian pula ketika Thian Moko dan Tee Moli diajukan. Sepasang iblis ini membuat semua orang gentar sehingga tidak ada yang berani mengajukan keberatan. Akan tetapi ketika Bouw In diajukan, tiba-tiba terdengar seruan dari bawah panggung dan seorang hwesio melompat, naik ke atas panggung.

“Omitohud, pinceng dari Siauw-lim-pai merasa tidak setuju sama sekali kalau dia diajukan sebagai calon Beng-cu!”

Semua orang memandang dan Cu Goan Ciang sendiri terkejut melihat bahwa yang melompat ke atas panggung adalah seorang hwesio yang sikapnya lemah lembut, usianya sekitar enam puluh sati tahun. Hwesio itu bukan lain adalah Lauw In Hwesio, ketua kuil Siauw-lim-si di Lembah Sungai Huai, atau gurunya yang pernah mendidiknya di kuil selama delapan tahun.

Lauw In Hwesio kini menghadapi Bouw In yang duduk dengan sikap tenang, dan kedua orang itu bertemu pandang, lalu Lauw In Hwesio memberi hormat dengan kedua tangan dirangkap di depan dada. “Omitohud...! Bouw In Suheng, bagaimana mungkin suheng menjadi seorang Beng-cu di dunia kang-ouw?”

“Lauw In Sute, aku Bouw In sekarang bukan hwesio lagi, bahkan aku telah menikah dan membentuk keluarga. Apa salahnya kalau aku menjadi seorang Beng-cu kalau memang itu yang dikehendaki oleh dunia kang-ouw?”

Sejenak Lauw In Hwesio mengamati suhengnya dan diapun berulang kali menyebut nama Buddha. Dia terkejut dan heran bukan main mendengar bahwa suhengnya itu telah meninggalkan kependitaannya, menjadi orang biasa, bahkan telah menikah dan kini membiarkan dirinya dipilih menjadi calon Beng-cu!

“Suheng, katakanlah suheng bukan lagi menjadi hwesio,” katanya dengan lantang agar didengarkan oleh orang-orang lain, “akan tetapi suheng adalah seorang tokoh Siauw-lim-pai dan merupakan larangan bagi murid Siauw-lim-pai untuk menjadi pemimpin golongan lain apa lagi menjadi Beng-cu. Kami dari pihak Siauw-lim-pai tidak setuju kalau Bouw In suheng dicalonkan menjadi Beng-cu!”

Posting Komentar