Rajawali Lembah Huai Chapter 69

NIC

“Apakah di daerah Nan-king dan sepanjang sungai Yang-ce tidak terdapat lagi tokoh besar dunia kang-ouw, paman?” tanya Bouw Kongcu.

“Masih banyak, akan tetapi yang menonjol hanya yang telah disebut tadi. Ada seorang tokoh lagi yang sakti, yaitu Pek Mau Lokai. akan tetapi karena dia adalah pimpinan Hwa I Kaipang yang menentang pemerintah tentu saja kita tidak dapat mengharapkan dia. Bahkan kita perlu mencari jagoan untuk menantangnya kerena agaknya para pemberontak atau mereka yang menentang pemerintah akan mencalonkan dia sebagai Beng-cu,” kata Yauw-Ciangkun.

“Kalau begitu, harap paman atur saja agar jangan sampai ada tokoh yang anti pemerintah yang menjadi Beng-cu, karena kalau hal itu terjadi, perang akan semakin berkobar dan menghadapi pemberontakan para tokoh dunia kang-ouw cukup berbahaya. Yang perlu sekali diingat bahwa selain jangan sampai terjatuh ke tangan pemberontak, juga agar kedudukan Beng-cu jangan sampai terjatuh ke tangan seorang datuk sesat, karena kalau Beng-cunya seorang penjahat, itupun amat berbahaya sekali. mana mungkin kira dapat mempercayai seorang penjahat?” kata pula Bouw Kongcu.

“Tentu saja, Bouw Kongcu. Kami akan mengatur semua itu sebaiknya. Akan tetapi, apakah di daerah selatan ini saja yang perlu diamankan? Bagaimana dengan dunia kang-ouw jauh di utara, di barat dan di timur sepanjang pantai lautan?” tanya Yauw-Ciangkun.

“Semua telah diatur oleh pemerintah pusat, paman. Para panglima yang memimpin pasukan di timur, barat dan juga utara telah diberi tugas yang sama, yaitu menguasai dunia kang-ouw agar dunia persilatan berpihak kepada pemerintah sehingga tidak akan terjadi perang pemberontakan.”

Diam-diam Shu Ta memperhatikan dan mencatat semua yang didengarnya itu. Dia mengakui bahwa kalau semua pejabat pemerintah Mongol berwatak lembut dan mempergunakan sikap halus bersahabat seperti putera puteri Menteri Bayan ini, maka kedudukan pemerintah penjajah akan menjadi kuat dan akan sukarlah membangkitkan semangat para pendekar untuk menumbangkan pemerintah penjajah. Justeru sikap keras menindas dari penjajah yang membuat rakyat mendendam, membenci dan memberontak. Kalau Cu Goan Ciang, suhengnya itu, ingin berhasil, diapun harus mengubah siasat. Dalam keadaan seperti ini, sebaiknya kalau tidak langsung menyerang pasukan pemerintah, melainkan lebih dahulu menyusun kekuatan dan kalau mungkin menguasai dunia kang-ouw. Kalau Cu Goan Ciang dapat mempersatukan semua kelompok dan menguasai atau setidaknya mendapat dukungan dari para tokoh dunia persilatan, barulah dia memiliki kekuatan dan akan mampu menandingi penjajah.

Mulai hari itu, kakak beradik bangsawan dari kota raja itu tinggal di dalam benteng mendapatkan sebuah pondok yang mungil. Tentu saja mereka berdua segera menjadi akrab sekali dengan Shu Ta yang memang telah menjadi sahabat mereka, bahkan mereka yang memungkinkan Shu Ta menjadi seorang panglima.

Pada waktu itu, memang muncul banyak sekali kelompok atau gerombolan orang-orang yang berkedok perjuangan, mengganas di daerah pinggiran. Mereka itu mengaku sebagai kelompok pejuang, namun sesungguhnya mereka hanyalah gerombolan penjahat yang suka merampok, memperkosa, dan membunuh. Mereka menyerbu sebuah dusun atau kota, dan tentu saja mereka bentrok dengan pasukan yang bertugas di tempat itu, dan agaknya bentrok dengan petugas keamanan ini yang mereka pakai sebagai kebanggaan bahwa mereka ada pejuang- pejuang yang melawan penjajah. Pada hal, kalau dalam penyerbuan itu mereka menang, mereka lalu merampoki siapa saja di tempat itu, mengangkut semua harta benda milik penduduk, menculik wanita dan kalau ada yang melawan lalu membunuh!

Cu Goan Ciang dan Tang Hui Yen tentu saja tidak sudi melakukan perbuatan seperti itu. Mereka selalu mendapatkan nasihat dari Pek Mau Lokai Tang Ku It yang walaupun tidak langsung memimpin Hwa I Kaipang, namun selalu memberi nasihatnya.

Pada suatu malam, setelah Goan Ciang menjadi pembantu Hui Yen memimpin Hwa I Kaipang, Pek Mau Lokai memanggil dua orang muda itu menghadap Pek Mau Lokai untuk sementara tinggal di sebuah gua di lembah sungai Yang-ce di sebelah barat Nan-king dan oleh para anggota Hwa I Kaipang, gua itu dijadikan sebuah ruangan yang cukup enak untuk dijadikan tempat tinggal.

Ketika Goan Ciang dan Hui Yen menghadap, Pek Mau Lokai bertanya,”Apa yang kalian dengar tentang perkembangan di Nan-king? Aku tidak mendengar lagi adanya pengejaran terhadap para kelompok pejuang. Apakah semua ini berkat adanya sutemu yang menjadi panglima itu?”

Sejak dia berada bersama Hwa I Kaipang, Goan Ciang banyak mendapat petunjuk dalam ilmu silat dari Pek Mau Lokai, bahkan dia mengaku kakek itu sebagai gurunya walaupun dia masih menyebutnya pangcu (ketua) seperti yang dilakukan seluruh anggota Hek I Kaipang.

“Kami telah mendengar dari para penyelidik bahwa hal itu bukan hanya karena jasa sute, pangcu. Akan tetapi agaknya memang pemerintah penjajah kini mempergunakan siasat yang berbeda. Dan dugaan kami itu ternyata benar karena baru siang tadi kami menerima berita dari sute melalui si kaki buntung, A Sam. Berita itu mengabarkan bahwa kini putera dan puteri Menteri Bayan berada di Nan-king dan mereka berdua membawa pesan dari Menteri Bayan agar kini pemerintah daerah berikut pasukannya di Nan-king mendekati para tokoh kang-ouw, dan mereka mengubah siasat pembasmian menjadi pendekatan. Bahkan mereka akan berusaha agar kedudukan Beng-cu di daerah ini kelak akan terjatuh ke tangan tokoh yang suka bekerja sama dengan pemerintah.”

“Hemm, rencana yang bagus dan membahayakan kekuatan para pejuang. Memang Menteri Bayan selain memiliki ilmu kepandaian silat yang tinggi, juga dia amat cerdik. Kaisar Togan Timur ini merupakan kaisar yang lemah dan hanya mengejar kesenangan belaka. Dia dungu dan menjadi permainan para menteri durjana dan penjilat. Kalau tidak ada Menteri Bayan, sejak lama pemerintah penjajah itu jatuh karena kelemahan Kaisar Togan Timur. Kita harus waspada dan mulai sekarang, jangan menghamburkan tenaga dan mengorbankan anak buah menyerang pasukan pemerintah. Kita bahkan harus menghimpun tenaga, mendekati para tokoh dunia persilatan untuk mengimbangi usaha pemeritnah penjajah. Dan kalau ada kelompok yang melakukan kejahatan mengganggu rakyat jelata, kita harus membasmi mereka. Dengan cara demikian, kita akan mmperoleh dukungan rakyat jelata, setiap perjuangan tidak akan berhasil baik.”

“Kong-kong, bagaimana mengenai pemilihan Beng-cu yang akan dilakukan tiga bulan lagi di Bukit Merak itu? Kami semua mengharapkan agar kong-kong yang tampil sebagai calon agar kedudukan penting itu tidak sampai terampas oleh orang yang bekerja sama dengan penjajah,” kata Hui Yen.

Pek Mau Lokai menghela napas panjang. “Sebetulnya, aku sudah tidak mempunyai semangat lagi untuk menjadi Beng-cu. Beng-cu yang akan dipilih sekarang haruslah seorang yang memiliki semangat tinggi, kepandaian yang cukup tangguh, cerdik dan jujur, tidak mementingkan diri sendiri, dan terutama sekali haruslah masih muda. Dia mempunyai tugas yang amat berat, karena selain dia harus dapat mempersatukan semua tokoh di dunia persilatan, diapun harus mempunyai cita-cita tinggi dan tujuan terakhirnya adalah menghancurkan penjajah Mongol.”

“Akan tetapi, Pangcu. Siapakah orangnya selain pangcu yang pantas menjadi Beng-cu? Kalau kita salah pilih, bahkan kemudian hari akan merugikan kita semua.”kata Goan Ciang dan Yen Yen mengangguk menyetujui. Seluruh anggota Hwa I Kaipang tentu saja condong memilih Pek Mau Lokai menjadi Beng-cu. Bahkan kelompok lain yang sehaluan dengan mereka, yaitu yang merupakan pejuang sejati dan tidak melakukan kejahatan, bahkan menentang kejahatan terhadap rakyat, juga sudah menyarankan agar Pek Mau Lokai yang menjadi calon Beng-cu.

Kakek itu tersenyum dan mengelus jenggotnya yang putih sambil memandang kepada Cu Goan Ciang. “Goan Ciang, selama beberapa bulan ini, hampir semua ilmu andalanku telah kuajarkan kepadamu dan engkau telah memperoleh kemajuan pesat.”

Goan Ciang memberi hormat. “Terima kasih atas kemurahan hati Pangcu kepada saya.”

“Dalam beberapa bulan lagi, aku akan mengajarkan Hok-mo-tung dan semua ilmu simpananku dan tidak sampai setahun lagi. Aku sendiri sudah tidak akan mampu lagi menandingimu lagi, Goan Ciang. Nah, dengan demikian, berarti dalam hal ketangguan, aku akan kalah olehmu, apalagi aku sudah tua dan engkau masih muda. Selain itu, engkaupun cerdik, tabah dan pemberani. Juga engkau jujur, engkau tidak mementingkan diri sendiri, pendeknya, engkau memiliki segala syarat untuk menjadi seorang pemimpin besar.”

Pemuda itu mengangkat muka, memandang kakek itu dengan sinar mata tajam menyelidik. “Pangcu, apa yang pangcu maksudkan dengan itu?”

“Engkaulah yang akan kucalonkan sebagai Beng-cu Goan Ciang!”

Goan Ciang terbelalak. “Akan tetapi saya masih terlalu muda dan kurang pengalaman

untuk menjadi Beng-cu!”

“Ahh, justeru yang muda harus maju menggantikan yang tua. Dan tentang pengalaman, sejak kecil engkau sudah digembleng pengalaman hidup yang pahit getir dan itu sudah merupakan pelajaran yang baik sekali bagimu.”

“Aku setuju sepenuhnya, kong-kong!” kata Yen Yen dengan wajah berseri. “Memang tidak ada orang lain yang dapat menggantikan kong-kong selain Cu-toako!”

Kakek itu mengangguk-angguk dan berkata, “Sejak pertama kali aku bertemu denganmu di depan kuil itu, aku sudah mengambil keputusan dalam hatiku bahwa engkaulah orang yang pantas menjadi pemimpin. Setelah mengenalmu lebih lama di sini, hatiku semakin yakin maka aku mengajarkan ilmu-ilmu yang sepatutnya hanya kuwariskan kepada keturunanku, kepada keluarga kami.”

“Akan tetapi saya adalah orang luar,bukan keluarga pangcu,” kata Cu Goan Ciang, merasa bahwadi balik ucapan itu seperti terkandung maksud tertentu.

Kakek itu terkekeh. “Heh-heh-heh, engkau memang cerdik, Goan Ciang. Memang sesungguhnyalah, aku sudah menganggap engkau sebagai keluarga sendiri. Pertama-tama, melihat hubungan dan pergaulan di antara kalian, aku mempunyai sebuah usul, yaitu untuk menjodohkan kalian berdua. Goan Ciang, aku ingin engkau menjadi suami cucuku Tang Hui Yen. Bagaimana pendapat kalian?”

Wajah Yen Yen segera berubah merah sekali dan ia menahan senyumnya, lalu menunduk. “Ih, kong-kong…!”

Posting Komentar