Rajawali Lembah Huai Chapter 67

NIC

“Ah, engkau benar, Yen-moi! Si kedok hitam harus memperlihatkan diri kembali, di luar benteng dan dengna demikian, maka sute akan terbebas dari kecurigaan dan sangkaan. Kita dapat membantunya, atau setidaknya, aku dapat membantunya dengan muncul sebagai si kedok hitam dan membuat kekacauan di dalma kota!”

“Bagus sekali! Memang itu satu-satunya cara untuk membersihkan nama Shu-Ciangkun, toako. Akan tetapi, jangan hanya engkau seorang. Hal itu berbahaya dan sebaiknya akupun menyamar sebagai si kedok hitam, dan kita menyuruh beberapa orang kawan kita yang memiliki kepandaian yang boleh diandalkan agar tidak sampai tertawan. Kita hanya membuat kekacauan di sana sini, yang penting agar tersiar berita bahwa si kedok hitam muncul di luar benteng. Kalau sudah begitu, tentu tidak akan ada yang berani menyangka bahwa Shu- Ciangkun adalah si kedok hitam.”

Goan Ciang mengangguk-angguk dan kagum akan kecerdikan gadis itu. “Baik sekali, kita mulai kerjakan malam ini juga.”

“Aku akan mempersiapkan penyamaran itu, toako.”

Demikianlah, mulai malam hari itu, kota Nan-king digemparkan berita tentang munculnya si kedok hitam di mana-mana! Ada si kedok hitam yang menyerang seorang perwira itu. Ada pula si kedok hitam yang memasuki rumah seorang pejabat kaya dan mencuri barang-barang berharga. Dalam waktu semalam saja, ada lima orang berkedok hitam nampak di mana-mana.

Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Yauw-Ciangkun menemui Shu-Ciangkun dan wajahnya nampak serius sekali. “Engkau sudah mendengar tentang si kedok hitam, Ciangkun?” tanya Yauw-Ciangkun.

Shu Ta mengangguk. “Tentu saja, Yauw-Ciangkun. Bahkan semalam saya dan pasukan, mencari-cari, namun kami selalu tidak dapat menemukan jejaknya. Agaknya dia memang lihai bukan main.” Shu Ta dengan cerdik tidak mau menyinggung tentang kenyataan bahwa si kedok hitam ternyata orang luar yang kini membuat kekacauan di luar benteng sehingga kecurigaan bahwa si kedok hitam yang dulu membantu lolosnya dua orang tawanan tidak berdasar lagi.

Yauw-Ciangkun menghela napas pangjang. “Ternyata engkau benar, Shu-Ciangkun. Si kedok hitam itu memang lihai, akan tetapi melihat betapa munculnya malam tadi di banyak tempat, maka aku menduga bahwa si kedok hiatam itu bukan hanya satu orang saja. Mungkin sekarang muncul sebuah perkumpulan rahasia yang semua anggotanya mengenakan kedok hitam.”

“Mungkin saja, Ciangkun, akan tetapi saya akan mengerahkan pasukan untuk membasmi mereka. Saya yakin bahwa dengan penjagaan ketat dan dengan pengejaran yang sungguh- sungguh, kita dapat membersihkan Nan-king dari bayangan si kedok hitam.”

Dan mulai hari itu, Shu-Ciangkun memimpin pasukan untuk melakukan aksi pembersihan di dalam kota Nan-king. Rumah-rumah digeledah dan banyak disebar mata-mata. Dan memang akibatnya, kota Nan-king semalin aman dan kini tidak lagi ada bayangan si kedok hitam, seolah-olah gerombolan itu telah terbasmi atau setidaknya telah melarikan diri dan tidak berani lagi muncul di kota Nan-king.

Kembali Shu Ta dapat menyelamatkan diri dengan mulus berkat bantuan Cu Goan Ciang dan Tang Hui Yen! Dia semakin dipercaya, bahkan kini Hek I Kaipang sendiri percaya bahwa Shu-Ciangkun adalah seorang perwira yang setia kepada pemerintah!

Pada suatu haru, dua orang penunggang kuda memasuki kota Nan-king. Mereka menarik perhatian karena mereka adalah seorang pemuda dan seorang gadis yang elok, yang pria tampan dan yang wanita cantik jelita, keduanya masih muda dan kuda yang mereka tunggangi juga merupakan kuda pilihan. Tentu saja ada prajurit penyelidik yang mencurigai dan prajurit ini cepat melapor kepada atasan mereka. Atasan itu kebetulan adalah Panglima Khabuli, seorang di antara mereka yang tadinya mencurigai Shu Ta, akan tetapi karena tidak terdapat bukti apapun, bahkan Panglima Shu Ta itu berjasa besar dalam usaha membersihkan Nan- king dari pengacauan penjahat dan pemberontak, akhirnya Khabuli yang merasa iri kepada Shu Ta tidak dapat berbuat sesuatu.

Ketika Panglima Khabuli yang tadinya bertugas di Wu-han akan tetapi sering berkunjung ke Nan-king itu mendengar dari dua orang anak buahnya bahwa pagi hari itu ada dua orang muda yang mencurigakan memasuki Nan-king, diapun cepat keluar senriti untuk menyaksikan dan kalau perlu menangkap dua orang yang mencurigakan itu untuk mencari pahala. Dia bergegas keluar diikuti selosin orang anak buahnya, menuju ke jalan besar dan menghadang dua orang muda yang mencurigakan itu. Akan tetapi, begitu bertemu dengan dua orang muda ini, wajah Khabuli menjadi kemerahan dan di tempat itu juga dia menampar anak buahnya yang melapor.

“Plakk!!” Anak buah itu terkejut dan terpelanting. Ketika dia bangkit pipinya yang ditampar menjadi bengkak, akan tetapi dia terbelalak dan mengeri mengapa atasannya marah kepadanya ketika melihat betapa panglima Khabuli begitu bertemu dengan dua orang muda itu, saling tegur dan memberi dalam dengan ramah dan akrab. Kiranya dua orang itu adalah saudara-saudara misan dari atasannya itu, bahkan kemudian dua orang penyelidik itu mendengar bahwa dua orang muda yang mereka curigai itu adalah putera dan puteri Menteri Bayan! “Kakak Khabuli!” kata Bouw Mimi dengan alis berkerut ketika melihat betapa di depan mereka, kakak misannya itu menampar seorang anak buahnya sampai terpelanting. “Engkau ini kenapa sih, tanpa sebab memukul orang di depan kami? Apakah engkau hendak menakut- nakuti kami dengan kekejamanmu?”

Khabuli tertawa menyeringai. “Ha-ha-ha. Dia pantasnya dihukum lebih berat dicongkel keluar matanya yang seperti buta itu. Kau tahu, adik Mimi, dialah dan temannya itu yang tadi melapor kepadaku bahwa ada dua orang muda yang mencurigakan memasuki kota Nan-king. Dia mencurigai kalian! Tidakkah itu gila?”

Mendengar ini, kakak beradik itupun tertawa dan Bouw Ku Cin segera berkata,”Sudahlah, kakak Khabuli. Mereka berdua belum mengenal kami, maka mereka mereka curiga. Maafkan mereka.”

Dua orang penyelidik itu sudah menjatuhkan diri berlutut di depan kakak beradik itu mohon maaf dan sekaligus menghaturkan terima kasih. Peristiwa kecil ini menarik perhatian orang- orang di jalan itu dan melihat ini, Khabuli dengan mata melotot mengusir mereka yang berani mendekat dan menonton.

“Adik-adikku yang baik, angin apa yang meniupmu ke selatan ini? Kuharap paman Menteri dalam keadaan sehat-sehat saja,” kata Khabuli dan matanya yang berminyak itu seperti menggerayangi tubuh Mimi yang cantik jelita dan kini nampak semakin dewasa itu.

Mimi mengerutkan alisnya melihat pandang mata kakak misannya yang ia tahu adalah seorang laki-laki mata keranjang yang tidak tahu malu itu. “Kami datang dengan urusan dinas, tidak ada sangkut-pautnya dengan engkau!” katanya ketus.

Akan tetapi Bouw Kongcu merasa tidak enak dengan sikap adiknya itu, lalu dia cepat menyambung, “Sesungguhnya, kami melaksanakan tugas dari ayah untuk menemui Yauw- Ciangkun.”

Khabuli segera merasa tertarik. “Ah, apakah urusan si kedok hitam itu sudah terdengar pula oleh kota raja? Memang pemuda she Shu yang menjadi panglima itu patut dicurigai dan karena dia datang dahulu kalian yang membawanya, maka kalau ada apa-apa, kalian tidak terlepas dari tanggung jawab.”

“Eh, apa yang telah terjadi dengan saudar Shu Ta?” tanya Mimi dengan hati berdebar tegang.

Khabuli tersenyum menyeringai, “Banyak sekali yang terjadi, dan hampir saja teman kalian itu ditangkap sebagai seorang mata-mata pemberontak.”

“Ahh...!” Dua orang kakak beradik itu saling pandang dengan mata terbelalak. “Kakak Khabuli, apa yang telah terjadi?” tanya Bouw Kongcu, tentu saja terkejut dan khawatir karena dia tahu benar bahwa Shu Ta adalah seorang pejuang!

“Sudah kukatakan banyak yang telah terjadi. Akan tetapi agaknya kunjungan kalian ini tidak ada hubungannya dengan Shu-Ciangkun. Marilah kuantar kalain menemui Yauw-Ciangkun, di sana engkau aan mendengar sendiri nanti tentang sahabat kalian itu.” Karena ingin segera mendengar tentang Shu Ta, kakak beradik itu segera melanjutkan perajalanan menuju ke benternuntuk menemui Yauw-Ciangkun, juga Shu-Ciangkun, diiringi oleh Panglima Khabuli yang tersenyum-senyum bangga dapat menemani kedua orang adik misannya ini. Mereka adalah putera puteri Menteri Besar Bayan yang berkuasa, dan tentu akan disambut dengan hormat oleh Yauw-Ciangkun dan para panglima lainnya, dan kehadirannya akan mengingatkan para panglima itu bahwa dia adalah kakak misan mereka, bahwa dia adalah keponakan dan Menterti Bayan.

Ketika tiga orang itu memasuki kantor Yauw-Ciangkun, mereka tentu saja disambut dengan hormat oleh Yauw-Ciangkun dan para perwira yang sedang berada di situ. Nama besar Menteri Bayan cukup berpengaruh dan karena pemuda dan gadis itu putera dan puteri sang menteri, mereka disambut dengan penuh penghormatan.

Begitu bertemu dan saling memberi hormat lalu dipersilahkan duduk, Bouw Siocia yang sudah tidak sabar lagi segera bertanya, “Yauw-Ciangkun, di mana saudara Shu Ta yang dulu kami ajak ke sini dan kabanya telah menjadi panglima? Apa yang telah terjadi dengan dia?”

Yauw-Ciangkun tersenyum. “Dia baik-baik saja, Bouw Siocia. Tunggu sebentar akan saya suruh dia datang ke sini. Saya kita sekarang dia sedang mengawasi para perwira berlatih silat.” Yauw-Ciangkun lalu memerintahkan pengawalnya untuk mengundang Shu-Ciangkun.

Posting Komentar