Pusaka Pulau Es Chapter 16

NIC

"Engkau mau apa?"

Tanyanya tak senang.

"Maafkan, Nona. Akan tetapi Nona agaknya tidak tahu. Pek-houw Bu-koan itu adalah sebuah perkumpulan atau perguruan silat yang besar dan berpengaruh sekali di kota ini. Nona telah memukul tiga orang murid mereka. Tentu mereka itu akan datang membalas dendam kepadamu, oleh karena itu saya anjurkan Nona segera meninggalkan tempat ini dan pergi sebelum terlambat."

"Aku tidak takut! Biar mereka semua datang, kalau, berani menggangguku, akan kuberi hajaran satu demi satu!"

Kata Kwi Hong.

"Akan tetapi, Nona. Kalau terjadi perkelahian di sini bagaimana dengan rumah makanku ini? Tentu akan hancur berantakan dan para langgananku akan berlarian meninggalkan rumah makanku. Aku akan menderita kerugian besar...."

Pemilik rumah makan itu hampir me"nangis. Baginya, yang terpenting adalah keselamatan rumah makannya."

"Hemmm, Jadi engkau pemilik rumah makan ini? Jangan khawatir, kalau terjadi kerusakan, aku akan memaksa mereka untuk mengganti semua kerugianmu, atau aku sendiri yang akan menggantinya. Sekarang, pergilah dan jangan ganggu aku yang sedang makan!"

Kwi Hong melanjutkan makannya dan pemilik rumah makan itu tidak berani bicara lagi melainkan pergi dengan muka pucat dan wajah penuh kekhawatiran. Kembali Keng Hah yang mendengarkan semua itu, tersenyum kagum. Gadis yang tabah luar biasa dan juga bertanggung jawab. Sungguh seorang gadis yang memiliki kepribadian yang kuat dan berwibawa. Ingin dia melihat kelanjutan peristiwa itu dan kalau memang diperlukan, dia siap membantu gadis itu. Kwi Hong makan dengan tenang saja, padahal tentu saja,

Ia tahu bahwa ucapan pemilik rumah makan itu bukan hanya kosong belaka dan memang besar sekali kemungkinan tiga orang tadi akan meng"undang kawan-kawan mereka bahkan guru mereka. Akan tetapi sedikit pun ia tidak merasa gentar, bahkan ia mengambil keputusan untuk memberi hajaran kepada Pek-houw Bu-koan kalau benar mereka itu hendak membela tiga orang muda yang kurang ajar tadi. Kekhawatiran pemilik rumah itu ternyata terbukti benar. Serombongan orang terdiri dari tiga puluh orang lebih mendatangi rumah makan itu, dipimpin oleh seorang laki-laki berusia empat puluhan tahun yang mengenakan pakaian serba putih. Itulah guru silat Pek-houw Bu"koan yang berjuluk Pendekar Harimau Putih! Melihat ini, pemilik rumah makan lalu berlari keluar dan berlutut di depan kaki orang berpakaian putih itu.

"Teng kauwsu (Guru Silat Teng), mohon di kasihani, harap jangan berkelahi di dalam rumah makan kami dan menghancurkan segalanya. Kami sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan peristiwa tadi dan kami sama sekali tidak bersalah...."

Guru silat yang berjuluk Pek-houw-eng dan menjadi kepala dari Pek-houw Bu-koan itu. mendengus.

"Hemmm, mana perempuan yang telah menghina murid-murid kami itu?"

"Ia masih makan di dalam, Teng"kauwsu. Akan tetapi harap Kauwsu suka bersabar dan menanti sampai ia keluar. Kasihanilah tamu-tamu lain yang tidak bersalah dan jangan merusak rumah ma"kan kami."

"Hemmm, baiklah. Hei, kalian jaga di empat sudut, jangan biarkan perempuan itu meloloskan diri!"

Perintahnya kepada anak buahnya dan dia sendiri men jaga di depan pintu pekarangan rumah makan itu. Para tamu lain yang melihat kedatangan rombongan itu, menjadi ketakutan. Mereka segera membayar harga makanan dan bergegas meninggalkan tempat itu, takut, terlibat. Kwi Hong melihat hal ini, akan tetapi ia tetap tenang. dan melanjutkan makannya. Ia melihat semua tamu telah pergi, kecuali seorang pemuda berpakaian sederhana yang duduk di meja tengah ruangan itu. Ia tidak peduli.

Setelah selesai makan, Ia menyeka mulutnya dan memanggil pelayan. Dengan sikap seenaknya ia membayar harga makanan, barulah ia melenggang keluar dari rumah makan itu. Keng Han mengikutinya dengan pandang mata dan akhirnya dia membayar pula harga makanan dan menyelinap keluar. Karena memang sudah dinanti, begitu keluar dari rumah makan yang sudah sunyi itu, Kwi Hong telah datang dihadang oleh Pek-houw-eng Teng Coan bersama tiga puluh orang muridnya! Guru silat itu tercengang juga. Tak disangkanya bahwa perempuan yang telah menghina dan menghajar tiga orang muridnya itu adalah seorang gadis yang cantik jelita dan masih remaja! Paling banyak tujuh belas tahun usianya! Akan tetapi karena sudah terlanjur, dia harus tetap menjaga nama dan kehormatan Pek-houw Bu-koan!

"Nona, berhenti dulu!"

Bentak Teng Coan ketika melihat Kwi Hong melangkah terus tanpa mempedulikan dia dan para muridnya, dan sengaja dia menghadang di depan gadis itu. Kwi Hong mengangkat muka memandang seolah baru sekarang ia melihat ada orang menghadangnya.

"Hemmm, siapakah engkau dan mau apa engkau menahan perjalananku?"

Tanyanya dengan sikap acuh tak acuh.

"Nona, benarkah engkau yang tadi telah menghina dan memukuli tiga orang murid kami?"

"Hemmm, kalau memang betul, mengapa?"

"Nona, engkau terlalu kejam. Tanpa alasan yang kuat engkau melukai murid"murid kami, akan tetapi melihat bahwa engkau hanya seorang gadis remaja, maka biarlah aku akan habiskan urusan itu kalau saja engkau suka mohon maaf sambil berlutut di depan kakiku!"

Guru silat itu merasa tidak enak sendiri kalau harus berkelahi dengan seorang gadis remaja, maka dia hendak menghapus penghinaan itu dengan balas menghina dara itu. Kalau dara itu mau berlutut dan minta maaf, dia pun sudah akan puas dan semua orang tentu akan melihat dan membicarakannya. Akan tetapi Kwi Hong mengerutkan alisnya.

"Apa katamu? Aku berlutut minta maaf kepadamu? Jadi engkau guru mereka? Sepatutnya engkau yang mintakan maaf bagi mereka kepadaku. Tahukah engkau apa sebabnya aku menghajar tiga orang muridmu? Semua orang melihatnya betapa mereka bertiga itu bersikap kurang ajar kepadaku, maka aku mewakilimu untuk menghajarnya! Sepatutnya engkau menghaturkan terima kasih dan mohon maaf, kepadaku!"

Keng Han yang menonton pertemuan itu hampir tertawa bergelak mendengar ucapan itu. Gadis itu benar-benar hebat. Selain tabah dan berani, ternyata juga amat pandai bicara dan bicaranya tidak ngawur! Akan tetapi kepala perguruan silat itu menjadi merah mukanya dan dia menggertak,

"Nona, engkau masih tidak mau minta maaf? Lihatlah, tiga puluh orang muridku siap untuk membalaskan dendam saudara mereka. Apakah engkau tidak takut? Cepatlah minta maaf agar urusan ini segera beres dan habis."

"Kalau engkau dan mereka itu datang untuk membela orang-orang yang bersalah, aku sama sekali tidak takut, bahkan kalian semua ini patut dihajar karena membela yang salah!"

Kwi Hong marah.

"Bagus, engkau ternyata keras kepala dan sombong, sudah sepatutnya aku menghajarmu!"

Teriak guru silat itu agar semua orang mendengar bahwa dia terpaksa melawan seorang gadis remaja karena gadis itu sombong dan tidak mau minta maaf.

Setelah berkata demikian dengan gerakan sembarangan saja tangannya menampar ke arah pundak gadis itu. Bagaimanapun juga, Teng Coan bukan penjahat, bahkan julukannya adalah Pendekar Harimau Putih, maka dia menganggap dirinya seorang pendekar sejati. Dia tidak menyerang dengan sungguh"sungguh, maksudnya cukup asal menjatuhkan gadis itu saja untuk menghukumnya. Akan tetapi dia kecelik kalau mengira dengan satu tamparan dapat mengalahkan Kwi Hong. Dengan amat mudahnya Kwi Hong menarik pundaknya ke belakang sehingga tamparan itu mengenai angin kosong saja. Melihat tamparannya dapat dielakkan dengan mudah, Teng Coan menjadi penasaran dan kembali tangan kirinya menampar, kini lebih cepat dan kuat ditujukan ke arah muka gadis itu.

"Wuuuttttt....!"

Kembali tamparannya mengenai tempat kosong karena dengan mudah dielakkan oleh Kwi Hong yang menggeser kakinya ke kiri lalu tangannya bergerak cepat membalas serangan lawan dengan tonjokan ke arah dada guru silat itu. Kwi Hong tidak me"mandang rendah lawan, maka tonjokannya tidak dilakukan dengan setengah tenaga melainkan dengan cepat dan amat kuat. Melihat ini. Teng Coan cepat menarik tangannya dan sambil miring ke kiri dia menggunakan tangan kanan untuk me"nangkis pukulan Kwi Hong. Dia mengerahkan seluruh tenaganya dengan maksud membuat pukulan itu bukan hanya tertangkis, akan tetapi agar gadis itu terdorong dan lengannya terasa sakit bertemu dengan lengannya sendiri.

Posting Komentar