Peninggalan Pusaka Keramat Chapter 64

NIC

"Tetapi .. . dengan cara seperti itu, mereka toh bisa langsung mati."

"Betul. Kalau seluruh urat nadi dalam tubuh sudah putus, mana mungkin seseorang bisa mempertahankan hidupnya. Tetapi aku masih mempunyai semacam cara yang bisa menunda kematian mereka sesaat sehingga ada waktu untuk menjawab pertanyaan yang akan aku ajukan."

Tao Ling merenung sejenak.

"Hu kun, bolehkah kau pandang aku dan menunda sebentar keinginanmu itu?" ucap Tao Ling.

"Hu jin, kau tidak ingin melihat kematian kedua orang ini, apakah karena Lie Cun Ju?" tanya I Ki Hu tajam.

Mengetahui isi hatinya dapat terbaca oleh I Ki Hu, hati Tao Ling tercekat bukan main.

"Bu . . . bukan." Tao Ling menjawab dengan panik. I Ki Hu tidak memperdulikannya.

"Apabila kedua orang ini tidak menjelaskan riwayat hidup Lie Cun Ju, seumur hidup aku tidak akan tenang. Aku boleh gagal, membunuh sepuluh orang tetapi tidak boleh membiarkan seorang musuh yaitu Lie Cun Ju lolos. Tetapi apabila mereka berdua mengatakan hal yang sebenarnya, bahwa Lie Cun Ju memang anak kandung mereka, maka harapan untuk hidup bagi pemuda itu masih ada."

Pikiran Tao Ling jadi ruwet mendengar kata-kata I Ki Hu. Dia tidak ingin pasangan suami istri Lie Yuan mati begitu saja, justru karena memikirkan Lie Cun Ju. Tetapi sekarang, setelah mendengar nada perkataan I Ki Hu, dia sadar bahwa Lie Cun Ju sudah pasti akan dibunuhnya apabila kedua orang ini tidak mati. Tao Ling melirik sekilas kepada pasangan suami istri Lie Yuan. Wajah mereka pucat pasi, tubuh keduanya kurus kering. Ditilik dari keadaan ini saja sudah membuktikan bahwa mereka tidak akan bertahan lama hidup di dunia ini lagi. Kalau dibandingkan dengan Lie Cun Ju yang masih muda dan sehat, tentu saja Tao Ling memilih yang ter-akhir. Karena itu dia hanya dapat menarik nafas panjang mengingat nasib yang akan dialami kedua orang itu.

"Terserah kau saja!" kata Tao Ling singkat.

I Ki Hu tertawa. Dia membungkukkan tubuhnya untuk mengangkat Lie Yuan dan disandarkan-nya ke tembok ruangan. Kemudian tangan kanan-nya secepat kilat bergerak menepuk ubun-ubun kepala laki-laki itu.

Ubun-ubun kepala merupakan pusat urat nadi yang berhubungan dengan seluruh bagian tubuh. Begitu mendapat tepukan oleh tangan I Ki Hu, seluruh tubuh Lie Yuan langsung bergetar.

Kemudian tampak I Ki Hu menepuk lagi salah satu jalan darah di punggung laki-laki tersebut. Tampak rona wajah Lie Yuan mulai menyiratkan kemerahan. Kemudian Hoakkkk! Darah segar pun bermuncratan dari mulutnya.

Tangan I Ki Hu tetap menekan jalan darah di punggung Lie Yuan.

"Sahabat Lie, biar bagaimana kau tetap akan mati. Cepat katakan apakah Lie Cun Ju anak kandungmu sendiri atau bukan?" tanya I Ki Hu dengan nada membentak.

Rona wajah Lie Yuan yang merah perlahan-lahan memudar lagi. la menarik nafas panjang.

"Siapa kau?" tanya Lie Yuan.

I Ki Hu tidak merasa heran dengan pertanyaan-nya itu. Ketika memeriksa keadaan pasangan suami istri Lie Yuan, I Ki Hu mendapatkan bahwa bukan saja jalan darah mereka tertotok, melainkan pada setiap bagian tubuh pun terdapat luka yang parah sekali. Tubuh mereka bukan saja tidak dapat bergerak, bahkan telinga pun tidak dapat mendengar apa-apa. Sebetulnya tidak jauh berbeda dengan mati. Satu-satunya yang dapat dijadikan pegangan bahwa mereka masih hidup, hanyalah pernafasan yang sudah lemah sekali.

Karena itu pula, meskipun I Ki Hu sudah cukup lama berada di dalam ruangan batu itu, lie Yuan tetap tidak tahu siapa dia.

Sementara itu, I Ki Hu terus menyalurkan hawa murninya ke dalam tubuh lie Yuan agar orang itu tidak langsung mati.

"Kau tidak perlu urus siapa aku, tapi aku mempunyai permusuhan yang dalam dengan tocu Hek cui to, C\ Cin Hu. Cepat kau katakan apakah lie Cun Ju anakmu yang sebenamya atau anak tocu Hek Cui to itu?" tanya I Ki Hu lagi.

Di wajah Lie Yuan tampak tersirat seulas senyuman yang ganjil.

"To . . . cu Hek .. . cu ... i to ...Ci... Cin . . . Hu . . .? Anak .

.. nya ... Mak . . . sud ... mu . . .?"

Kata-kata Lie Yuan dicetuskan dengan susah payah. Suaranya tersendat-sendat. Hati I Ki Hu justru diliputi ketegangan menunggu ia menyelesaikannya.

Namun di tengah ketegangan hati I Ki Hu terselip beberapa bagian kegembiraan. Selama dua

puluh tahun belakangan ini, dia terus mencari keturunan musuh besarnya itu. Boleh dibilang ia tidak pernah mendapat berita apa pun. I Ki Hu fanatik sekali dengan prinsipnya yang dikatakan 'api yang liar sulit dipadamkan, angin musim semi terus berhembus silih berganti'. Meskipun ilmu silatnya sekarang sudah mencapai taraf yang tidak terkatakan tingginya, asal masih ada seorang saja keturunan musuhnya yang masih hidup, dia tidak dapat tidur dengan tenang.

Sebetulnya pendapat I Ki Hu itu salah sekali. Yang membuat hidupnya tidak tenang, sebetulnya perbuatannya sendiri. Apabila seseorang tidak melakukan kejahatan, tentu tidak ada yang perlu dikhawatirkan dan ia pun dapat hidup dengan tenang. Tetapi sekali seseorang melakukan kejahatan, perbuatannya itu akan membayang-bayangi dirinya sendiri, perasaan khawatir di dalam hati tidak dapat dihapuskan. Seperti seorang pencuri, meskipun sudah berhasil, tetapi setiap saat ia khawatir dirinya akan ketahuan.

Sedangkan ketegangan di hati Tao Ling diliputi dengan perasaan takut. Sebab apabila Lie Yuan mengiakan pertanyaan I Ki Hu, sama saja Lie Cun Ju telah divonis hukuman mati.

Tetapi setelah mengucapkan beberapa patah kata dengan susah payah, Lie Yuan malah terdiam kembali

"Cepat jawab. Iya atau bukan? Tidak usah bertele-tele!" tanya I Ki Hu lagi dengan nada tidak sabar.

Sepasang mata Lie Yuan mendelik marah. Tenggorokannya mengeluarkan suara Krok! Krok! yang aneh. Melihat keadaannya, sepertinya laki-laki itu sedang berusaha ingin mengatakan sesuatu. Tetapi sampai akhirnya dia tidak sempat mengatakan apa-apa lagi. Kepalanya terkulai dan ia pun menghembuskan nafas terakhir.

I Ki Hu semakin gusar melihat dirinya sudah menghamburkan sekian banyak hawa murni tetapi tidak ada hasilnya sama sekali. Tenaga dalamnya dikerahkan dan tuhuh Lie Yuan yang sudah kaku itu pun dipentalkan sampai jauh. Kemudian dia membalikkan tuhuhnya dan menatap Tao Ling sekilas sambil tertawa dingin. Hati Tao Ling ter-getar. Sekali lagi I Ki Hu memondong tubuh Lim Cin Ing. Dia juga menepuk ubun-ubun kepala perempuan itu persis seperti yang dilakukunnya pada Lie Yuan.

Lim Cin Ing juga mengeluarkan seruan terkejut, darah merembes dari sudut hibirnya. Matanya membuka dan melirik ke sekelilingnya.

"Di . . . ma . . . na . . . a . . . ku . . .?" Ketika matanya sempat melihat jenasah Lie Yuan, sekali lagi mulutnya menjerit.

I Ki Hu menahan hawa amarah dalam dadanya yang hampir meluap.

"Lie hu jin, suamimu sudah mati. Kau juga tidak bisa hidup lebih lama lagi. Apabila ada kata-kata yang ingin kau sampaikan. Utarakanlah sekarang juga!" katanya.

Keadaan Lim Cin Ing tampaknya lebih lumayan dibandingkan suaminya tadi. Dia menarik nafas panjang satu kali.

"Tidak ada pesan apa-apa lagi," jawab Lim Cin Ing.

"Kau mempunyai dua orang putra. Yang satu sudah mati terbunuh Tao Heng Kan di kediaman Kuan Hong Siau. Masa kau tidak mempunyai pesan apa-apa terhadap putramu yang satunya lagi?" kata I Ki Hu dengan panik.

Mata Lim Cin Ing langsung mengedar ke sana ke mari. "Di ... ma ... na ... dia sekarang?"

"Dia baik-baik saja. Tetapi dia tidak ingin ber-temu dengan kalian lagi."

Wajah Lim Cin Ing tampak menyiratkan penderitaan yang tidak terkirakan mendengar ucapan I Ki Hu.

"Kenapa?" tanya Lim Cin Ing.

Sepasang mata I Ki Hu menatap reaksi Lim Cin Ing lekat- lekat. "Dia mengatakan bahwa kalian bukan orang tua kandungnya. Tetapi selama ini kalian selalu menutupi hal ini. Karena itu dia merasa benci dan tidak ingin bertemu dengan kalian lagi," sahut I Ki Hu.

Tiba-tiba Lim Cin Ing tertegun. Dia memaksakan dirinya untuk berdiri tegak, tetapi keadaan-nya sudah lemah sekali. la tidak mempunyai tenaga sedikit pun. Setelah berusaha sesaat, wajahnya jadi merah padam, tetapi tetap saja tubuhnya tidak dapat ditegakkan.

"Mengapa . . . dia . . . bisa berkata demi . . . kian . . .?"

Kata-kata yang diucapkan I Ki Hu seakan dirinya mengandung perhatian yang besar ter-hadap Lie Cun Ju. Tetapi sebenarnya semua hanya karangannya sendiri untuk mengetahui benar tidaknya pendapat hatinya saat itu.

"Cepat katakan, benar atau tidak? Nanti aku bisa sampaikan kepadanya. Meskipun kalian akan mati, jangan sekali-sekali membuat seorang anak bingung dengan riwayat hidupnya sendiri." Sungguh ucapan yang man is. Tao Ling yang mendengarkan sampai meremang seluruh bulu kuduknya.

Sekali lagi Lim Cin Ing menarik nafas panjang.

Posting Komentar