Peninggalan Pusaka Keramat Chapter 51

NIC

"Aku tidak mempunyai anak seperti kau!" Tangannya segera melayang dan menampar wajah I Giok Hong.

I Giok Hong sungguh bermimpi pun tidak pernah membayangkan ayahnya akan memutuskan hubungan dengannya. Pipinya terasa perih. Namun dalam sekejap mata I Ki Hu sudah mengangkat tangannya kembali. Tetapi kali ini dia hanya menekan pundak I Giok Hong. Gadis itu segera menahan kedua tangannya di atas tanah. Pokoknya, bagaimana pun dia tidak sudi menjatuhkan diri berlutut.

Tenaga dalam I Ki Hu sudah mencapai taraf yang tinggi sekali. Bahkan orang yang dapat menandinginya di dunia kang ouw, mungkin dapat terhitung dengan jari. Tadinya I Giok Hong bermaksud menopang tangannya di atas tanah dan mencelat ke belakang. Tetapi tekanan di pun-daknya demikian kuat. Bukan saja tubuhnya tidak dapat terangkat, bahkan tulang kedua lengannya pun hampir patah seperti tulang di pergelangan kakinya.

Tanpa dapat menahan diri lagi, tubuhnya terkulai di atas tanah. Dan tiba-tiba pinggangnya seperti terantuk sebuah benda yang keras. Suatu ingatan melintas di benaknya.

"Tunggu dulu!" teriaknya segera.

"Apakah kau sudah bersedia menyembah di depan ibumu?" tanya I Ki Hu dengan nada dingin.

I Giok Hong tidak menyahut. Dia mengulurkan tangannya ke dalam saku baju dan mengeluarkan sebuah benda yang sinarnya ber-kilauan. Ternyata Gin leng hiat ciang.

"Lihat lencana seperti bertemu dengan orangnya sendiri!" seru I Giok Hong.

I Ki Hu langsung tertegun. Karena lencana itu memang merupakan lambang dirinya. Siapa pun yang bertemu dengan lencana itu, dia seperti mewakili I Ki Hu sendiri. Dan apa pun yang diperintahkan, orang-orang dunia bu lim sampai saat ini belum pernah ada yang menentangnya. Sedangkan lencana Gin leng hiat ciang yang sekarang di tangan I Giok Hong, justru I Ki Hu yang menyerahkannya sendiri agar disampaikan kepada Leng Coa sian sing. I Ki Hu pernah menjanjikan Leng Coa sian sing untuk menggunakan-nya sebanyak dua kali.

Watak I Ki Hu memang angin-anginan. Tetapi apa yang pernah diucapkannya tidak pernah dijilat kembali. Karena itu telapak tangannya langsung terhenti di tengah udara.

"Apa yang kau inginkan?" tanya I Ki Hu de-ngan nada dingin.

"Aku hanya ingin meninggalkan tempat ini, tidak ada permintaan lainnya."

Trang!

I Giok Hong melemparkan lencana itu di depan kaki I Ki Hu. Laki-laki setengah baya itu menyepakkan kakinya, lencana itu mental di tengah udara dan disambut oleh tangan I Ki Hu.

"Giok Hong, dengan mengandalkan lencana ini, kau bisa meninggalkan tempat ini. Tetapi sadarkah kau bahwa sekali kau pergi, hubungan kita sebagai ayah dan anak pun sudah terputus?"

Tanpa berpikir panjang. I Giok Hong langsung menyahut. "Ayahnya sendiri yang tidak menginginkan putrinya. Bukan

putrinya yang tidak menginginkan ayahnya." I Ki Hu tertawa terkekeh-kekeh.

"Bagus sekali! Bagus sekali! Tetapi aku tetap mengharap kau dapat menjaga dirimu baik-baik!"

Tangannya merogoh ke dalam saku pakaiannya. Dia mengeluarkan sebuah botol kecil berwarna hijau kemudian dilemparkannya ke atas tanah "Di dalam botol itu terdapat dua butir pil penyambung tulang. Bawalah dan sambung kem¬bali tulang kakimu yang patah itu!"

I Giok Hong tahu obat penyambung tulang buatan ayahnya manjur sekali. Tetapi wataknya yang keras membuat dia tidak sudi menerima pemberian I Ki Hu. Bahkan meliriknya sekilas pun tidak.

"Terima kasih!" katanya singkat.

Sret! Golok lemas pemberian Seebun Jit ditarik ke luar. Dia menggunakannya sebagai penyanggah. Kedua kakinya tidak dapat menapak di atas tanah. Dengan menahan sakit, ia melesat pergi meninggalkan tempat itu.

Ketika I Giok Hong baru melesat sejauh beberapa depa, tiba-tiba I Ki Hu berteriak.

"Tunggu dulu! Apa yang terjadi di dalam lem-bah Gin Hua kok?"

I Giok Hong sama sekali tidak menolehkan kepalanya.

"Tao Heng Kan menculik Lie Cun Ju. Tiga iblis dari keluarga Lung dan Leng Coa sian sing menim-bulkan masalah di dalam lembah Gin Hua kok. Entah mengapa mereka lari terbirit-birit. Seebun Jit sudah mati. Dan masih ada seorang laki-laki yang tinggi sekali meruntuhkan seluruh tembok yang mengelilingi lembah Gin Hua kok. Keadaan di dalam ataupun di luar kacau balau. Tao Heng Kan memanggil orang itu 'suhu'.”

Pada saat itu, hati I Giok Hong pedih tidak terkirakan. Sembari berkata, dia terus melesat lagi sejauh beberapa depa. Tulang di pergeiangan kakinya sudah patah karena tekanan I Ki Hu yang terlalu kuat. Saat ini persendiannya terasa nyeri. Meskipun untuk menyambungnya memang tidak terlalu sulit, tetapi gerakannya sekarang hanya mengandalkan sebilah golok, maka sulitnya bukan main. Tetapi I Giok Hong tetap tidak sudi memohon ayahnya. Dia lebih tidak sudi lagi menyembah di hadapan Tao Ling. Sedikit demi sedikit dia menggeser golok di tangannya. tidak berapa lama kemudian, sosok tubuhnya hanya meninggalkan bayangan yang berlompat-Iompat dan akhirnya menghilang dalam kegelapan malam.

Ketika bayangan I Giok Hong sudah tidak terlihat lagi, I Ki Hu baru menolehkan kepalanya dan memaksakan bibirnya mengembangkan seulas senyuman.

"Anak ini sejak kecil sudah kehilangan ibunya, karena itu adatnya jadi keras. Harap Hu jin tidak mengambil hati atas sikapnya!"

Wajah Tao Ling tetap tidak menyiratkan perasaan apa-apa. "Kata-kata Hu kun (panggilan kepada suami) terlalu serius.

Karena aku, hubungan kalian ayah dan anak jadi retak. Justru

akulah yang bersalah."

I Ki Hu menghampirinya dan mengelus-elus rambut Tao Ling dengan lembut. Mulanya Tao Ling ingin menghindar, tetapi baru saja kepalanya dipalingkan sedikit, dia merasa menghindar pun tiada gunanya. Toh nasi sudah menjadi bubur. Dia membiarkan I Ki Hu membelai-belainya. Dan laki- laki setengah baya itu pun tampak sangat menyayanginya.

"Hu jin, kita juga harus melanjutkan perjalanan!"

Suara Tao Ling tidak menunjukkan perasaan apa pun.

Seperti orang yang mengigau dalam mimpi. "Mari kita berangkat!" sahutnya.

Pada saat ini, sebongkah hati Tao Ling mes¬kipun belum mati, tetapi sudah tidak jauh lagi dari ambang kematian. Beberapa hari yang lalu, dia merupakan seorang gadis yang lincah dan riang, tetapi beberapa hari kemudian, dia malah berubah menjadi pendiam dan murung. Bahkan dia sendiri tidak mengerti mengapa tiba-tiba dia bisa menjadi istri si raja iblis yang menggetarkan dunia kang ouw ini.

Padahal dia sudah mengambil keputusan untuk tidak memikirkan apa pun, termasuk Lie Cun Ju. Tetapi ketika barusan dia mendengar I Giok Hong mengatakan bahwa Seebun Jit sudah mati dan kokonya yang tiba-tiba saja menjadi misterius dan jejaknya tidak ketahuan malah datang ke Gin Hua kok untuk menculik Lie Cun Ju. Hatinya yang mulai redup sinarnya tiba-tiba bergelora lagi.

Yang paling membingungkan, justru gerak gerik kokonya, Tao Heng Kan. Karena, apabila di dalam gedung Kuan Hong Siau, Tao Heng Kan tidak membunuh Li Po tanpa sebab musabab, dirinya juga tidak akan menemui berbagai kejadian yang janggal sampai sekarang ini.

Tentu saja, dia juga tidak akan menjadi istri Gin leng hiat ciang, I Ki Hu.

Namun kenyataannya, semuanya sudah terjadi. Tao Ling juga tidak menyalahkan Tao Heng Kan. Dia hanya menyesaikan nasibnya sendiri yang buruk. Dia menguburkan dalam-dalam kerinduannya terhadap Lie Cun Ju.

Rupanya dua hari yang lalu, I Ki Hu dan putrinya membawa Tao Ling meninggalkan Gin Hua kok. Kereta kuda itu dilarikan dengan cepat, tetapi baru menempuh perjalanan kurang lebih seratusan li, tiba-tiba I Ki Hu mengeluarkan suara seruan terkejut. Seakan ada sesuatu yang tiba-tiba teringat olehnya. la pun segera menghentikan kereta kudanya di tepi jalan. Kemudian dia melepaskan tali yang mengait pada leher seekor kuda putih.

"Giok Hong, cepat kau kembali ke Gin Hua kok dan bawa Lie Cun Ju kemari. Kita harus meng-ajaknya bersama-sama ke Si Cuan untuk menemui pasangan suami istri Pat Kua kiam, Lie Yuan!" kata I Ki Hu. I Giok Hong tidak banyak bertanya. Dia hanya mengiakan kemudian melesat ke atas kuda putih yang dilepaskan oleh I Ki Hu tadi lalu melesat kembali ke Gin Hua kok. Sedangkan apa yang dialaminya di dalam lembah itu sudah kita ketahui.

Sementara itu, setelah I Giok Hong kembali ke lembah Gin Hua kok, kereta kuda yang ditumpangi oleh I Ki Hu dan Tao Ling melaju lagi ke depan secepat kilat. Mereka menempuh perjalanan sejauh belasan li. Kemudian di sebuah padang rumput yang luas, I Ki Hu menghentikan keretanya.

Berduaan dengan si raja iblis yang meng-getarkan dunia kang ouw itu perasaan Tao Ling agak takut juga. Tetapi, dia sama sekali tidak membayangkan bahwa I Ki Hu mempunyai pikiran untuk mengambilnya sebagai istri. Dia hanya khawatir I Ki Hu yang licik itu akan membunuhnya dengan kejam. Karena itu dia duduk sendiri di dalam kereta tanpa berani mengeluarkan suara sedikit pun. Bahkan bernafas pun tidak berani keras-keras.

I Ki Hu menyilangkan tangannya di depan dada. la berjalan mondar mandir di padang rum-put itu. Dengan rasa jenuh mereka terus menunggu, sampai matahari sudah tenggelam, ter-nyata I Giok Hong masih belum kembali juga. Sepasang alis I Ki Hu tampak menjungkit ke atas.

"Heran! Anak itu sudah pergi setengah harian, mengapa sampai sekarang belum kembali juga?" I Ki Hu seakan menggumam seorang diri. " Mungkin di dalani lembah terjadi sesuatu yang menunda kedatangannya." Tao Ling memaksakan dirinya menjawab.

Posting Komentar