"Wah celaka....! Siapa majikanmu itu, begitu berani mati menyebut-nyebut nama suhu....?"
Melihat gadis cilik yang menimbulkan rasa suka di hatinya ini kelihatan gelisah, Han Han juga memegang tangannya dan berkata menghibur,
"Nona, tidak perlu khawatir. Majikanku juga bukan orang biasa, julukannya Kang-thouw-kwi...."
"Ihhhh....?"
Pada saat itu, terdengar bentakan.
"Han Han! Kau kacung malas, Disuruh mencari buah-buahan malah bermain gila dengan seorang gadis gunung."
Han Han cepat melepaskan pegangannya pada tangan Kim Cu, menoleh dan memandang kepada Ouwyang Seng dengan penuh kemarahan. Ucapan yang menghina dirinya tidaklah mendatangkan kemarahan, akan tetapi teguran itu sekaligus menghina Kim Cu yang begitu baik. Masa Kim Cu dikatakan gadis gunung dan dituduh bermain gila dengan dia?
"Ouwyang-kongcu, jangan bicara sembarangan....."
Kim Cu yang sudah melepaskan tangannya dan dengan langkah lebar gadis cilik ini telah menghadapi Ouwyang Seng. Sepasang mata yang tadinya berseri dan bening itu kini kelihatan memancarkan cahaya kilat.
"Sie Han, mengapa manusia macam ini kau sebut Kongcu? Pantasnya engkaulah yang harus dia sebut Kongcu, karena menurut pendapatku, dia ini menjadi kacungmu saja masih belum patut."
"Budak hina, jangan membuka mulut besar kalau tidak ingin kuhajar mulutmu."
Bentak Ouwyang Seng yang menjadi marah sekali. Selama hidupnya baru sekali ini ada orang berani menghinanya seperti itu.
"Kau yang membutuhkan hajaran."
Kim Cu berseru dan tubuhnya sudah melesat ke depan dengan serangan kilat. Kedua kepalan tangan yang kecil itu dengan gerakan cepat sekali sudah menghantam ke arah kepala dan dada Ouwyang Seng. Akan tetapi, murid Kang-thouw-kwi ini tertawa mengejek, menggerakkan kedua tangannya untuk menangkap kedua kepalan itu. Anehnya, gadis cilik itu tidak peduli, bahkan membiarkan kedua kepalan tangannya tertangkap, padahal ini merupakan bahaya besar baginya. Ouwyang Seng memperkeras ketawanya karena ia yakin bahwa sekali cengkeram, kepalan kedua tangan gadis itu akan remuk-remuk tulangnya.
Namun, segera dia berseru kaget, cepat melepaskan cengkeramannya dan berusaha meloncat mundur. Terlambat, Perutnya masih kena serempet ujung sepatu Kim Cu sehingga ia terjengkang ke belakang sambil memegangi perutnya dan meringis. Biarpun tidak mengalami luka, namun setidaknya perutnya menjadi mulas seketika. Dengan kemarahan meluap-luap, Ouwyang Seng kini membalas dengan serangan yang dahsyat. Bertempurlah kedua orang anak itu, ditonton oleh Han Han yang menjadi makin kagum. Jelas tampak betapa gadis cilik itu telah memiliki dasar yang matang, gerakan-gerakannya jauh lebih cepat daripada Ouwyang Seng sehingga dialah yang lebih banyak menghujankan serangan daripada murid Setan Botak itu.
"Rebahlah, manusia sombong."
Kim Cu berseru keras dengan serangan desakan yang sukar sekali dijaga karena kedua tangan itu seolah-olah telah berubah menjadi banyak saking cepat gerakahnya, dan tubuhnya pun berkelebatan di kanan kiri lawan.
Bukkk...., Aduuuhhhhh...."
Kembali Ouwyang Seng terjengkang karena pukulan tangan kiri Kim Cu bersarang di dadanya. Kini agak tepat kenanya sehingga napasnya menjadi sesak. Namun Ouwyang Seng yang terlath sejak kecil telah memiliki kekebalan, dan biarpun ilmu silatnya lebih unggul dan gin-kangnya lebih tinggi daripada Ouwyang Seng, namun agaknya gadis cilik itu belum memiliki tenaga yang cukup kuat untuk merobohkan lawan dengan beberapa kali pukulan saja.
"Budak hina, engkau sudah bosan hidup."
Ouwyang Seng marah sekali. Kedua matanya merah, mulutnya menyeringai seperti mulut harimau haus darah. Ia meloncat bangun, menggerak-gerakkan kedua lengannya kemudian ia menerjang maju, mengirim pukulan dengan mendorongkan kedua lengannya itu dengan jari-jari terbuka ke arah Kim Cu, tubuhnya agak merendah. Melihat ini, Han Han terkejut sekali. Itulah pukulan beracun yang dilatih Ouwyang Seng, dengan tenaga inti api sebagai hasil latihan merendam kedua lengan ke dalam air beracun mendidih.
"Kongcu....."
Ia berseru, akan tetapi Ouwyang Seng yang sudah amat marah itu lupa pula akan pesan suhunya bahwa tidak boleh ia semberangan mempergunakan dasar pukulan Ilmu Hwi-yang-sin-ciang itu. Kim Cu yang tadinya sudah beberapa kali berhasil memukul lawannya, tentu saja memandang rendah dan melihat datangnya pukulan, ia menangkis sambil miringkan tubuh.
"Plakkk...., aughhh....."
Tubuh Kim Cu terlempar dan masih untung bahwa ketika menangkis tadi ia miringkan tubuh sehingga pukulan api beracun itu tidak mengenainya dengan tepat. Namun hawa pukulan yang hebat itu cukup membuat gadis cilik itu terlempar dan terbanting keras. Dan selagi Kim Cu masih pening, berusaha bangkit, Ouwyang Seng yang masih belum puas telah meloncat dekat dan mengirim pukulan api beracun untuk kedua kelinya. Kalau mengenai tepat dan tidak ditangkis, pukulan ini akan membahayakan nyawa Kim Cu.
"Jangan....."
Han Han cepat meloncat dekat dan mendorongkan kedua tangan nya menyambut pukulan maut yang dilakukan Ouwyang Seng itu.
"Desssss....."
"Aiiihhhhh....."
Kini tubuh Ouwyang Seng yang terlempar ke belakang sampai tiga meter lebih dan jatuh bergulingan lalu meloncat bangun dengan muka pucat sekali. Kedua lengannya seperti terbakar rasanya dan tenaganya tadi begitu bertemu dengan dorongan Han Han telah membalik dan membuat ia terlempar. Saking nyeri, marah dan heran ia sampai bengong terlongong. Akan tetapi pada saat itu berkelebat bayangan Setan Botak dan Han Han mengeluh karena ia sudah roboh tertotok oleh Setan Botak yang tahu-tahu telah berada di situ.
"Anak setan, dari mana kau mencuri pukulan itu?"
Bentak Setan Botak yang kemudian menoleh kepada Ouwyang Seng dan bertanya.
"Ouwyang-kongcu, engkau tidak apa-apa?"
Ouwyang Seng menggeleng kepala, kini kemarahannya ditimpakan semua kepada Han Han. Cepat ia menyambar sebatang kayu yang terletak di bawah pohon, kemudian meloncat ke depan dan menggunakan ranting itu memukuli tubuh Han Han yang tertotok dan tidak mampu bergerak itu. Terdengar suara "bak-buk-bak-buk"
Ketika ranting itu jatuh seperti hujan di seluruh tubuh Han Han.
"Pengecut....."
Bentakan ini dikeluarkan oleh Kim Cu yang telah menerjang maju dan sebuah tendangannya tepat mengenai lengan Ouwyang Seng yang memegang ranting sehingga ranting itu terlepas di atas tanah. Ouwyang Seng sendiri meloncat ke belakang karena khawatir kalau mendapat serangan susulan dari gadis cilik yang amat cepat gerakannya itu. Di depan gurunya, tentu saja ia tidak berani lagi menggunakan pukulan api beracun. Kim Cu menolong Han Han dan membangunkannya, akan tetapi Han Han sudah dapat bergerak kembali dan kini ia bangkit duduk. Biarpun totokan Setan Botak itu amat lihai, akan tetapi karena tubuh Han Han memang memiliki sifat luar biasa, hanya sebentar saja anak ini terpengaruh. Dengan kemauannya yang hebat, timbullah hawa tan-tian dari pusarnya, mendorong jalan darah nya sehingga pengaruh totokan itu buyar.
"Budak hina, kacung busuk. Tunggu saja, kalian tentu akan kuhajar sampai mampus."
Ouwyang Seng menudingkan telunjuknya dan mengancam.