Pendekar Pemabuk Chapter 75

NIC

Gwat Kong mengulur tangan dan memegang tangan Tin Eng yang keluar dari jendela. “Tin Eng ..... aku pergi !”

“Pergilah, Gwat Kong, aku menantimu!”

Gwat Kong menyelinap dari jendela itu dengan hati berdebar. Teringatlah ia kepada Cui Giok dan nelayan tua itu. Juga Cui Giok berkata seperti yang baru saja diucapkan oleh Tin Eng itu. Mereka akan menanti! Ia bingung, akan tetapi telinganya masih dapat menangkap suara Liok Ong Gun berkata,

“Apakah kalian tidak melihat sesuatu? Menurut laporan penjaga, bangsat kecil Gwat Kong itu tadi kelihatan berada di dekat rumah kita!”

Gwat Kong terkejut sekali dan cepat menuju ke belakang rumah untuk pergi dari tempat berbahaya itu. Dengan cepat ia dapat keluar dari pintu belakang memasuki taman bunga, akan tetapi ketika ia tiba di tempat terbuka di tengah taman di mana dahulu dilakukan ujian terhadap Gan Bu Gi, tiba-tiba saja dari belakang pohon dan gerombolan kembang berlompatan keluar beberapa orang perwira.

“Ha ha ha! Gwat Kong penjahat rendah!” teriak Gan Bu Gi. “Kau benar-benar berani mati, masuk ke dalam tempat orang seperti maling!”

Gwat Kong cepat memandang dan ternyata ia telah dikurung oleh sepuluh orang, diantaranya Ang Sun Tek yang sudah memegang goloknya yang bersinar mengkilap. Tujuh orang lain juga memegang golok yang sama bentuknya, bahkan pakaian mereka juga sama dengan pakaian Ang Sun Tek sehingga hati Gwat Kong tergerak karena ia menduga bahwa ketujuh orang ini tentulah kawan-kawan Ang Sun Tek sehingga mereka ini delapan orang merupakan Liok-te Pat-mo Delapan iblis bumi yang memiliki ilmu silat Pat-kwa To-hoat dan merupakan barisan Pat-kwa-tin yang terkenal! Selain Liok-te Pat-mo dan Gan Bu Gi, terdapat pula seorang perwira yang brewok dan bertubuh tinggi besar, memegang sebatang tombak panjang. Perwira ini bernama Lim Pok Ki, seorang perwira kerajaan yang berkepandaian tinggi dan tingkatnya menduduki tempat kedua di kotaraja.

Melihat sikap sepuluh orang ini, Gwat Kong maklum bahwa ia takkan dapat keluar dari tempat itu tanpa pertempuran mati-matian. Maka ia lalu mencabut pedang Sin-eng-kiam, memasang kuda-kuda dan berkata dengan senyum sindir,

“Gan Bu Gi! Kau pengecut besar. Apakah kau hendak mengandalkan keroyokan untuk melawanku?”

“Maling busuk!” Gan Bu Gi memaki. “Kau takut menghadapi kami?”

Gwat Kong tersenyum, sikapnya masih tenang. “Orang she Gan! Biarpun belum tentu aku akan dapat menang menghadapi keroyokan kau dan kawan-kawanmu, akan tetapi jangan harap akan membikin aku takut. Biar kau tambah dengan sepuluh orang lagi, aku takkan takut menghadapinya!” “Bangsat sombong!” teriak Ang Sun Tek yang melompat maju dengan goloknya yang lihai. Gwat Kong menangkis dan segera ia dikeroyok oleh sepuluh orang kosen itu!

Melihat gerakan senjata mereka, Gwat Kong kaget juga, karena kesemuanya memiliki gerakan yang amat cepat dan lihai sekali sehingga ia segera berseru keras dan memutar Sin- eng-kiam sambil mengerahkan seluruh tenaga dan kepandaiannya. Sin-eng Kiam-hoat adalah ilmu pedang yang menduduki tempat tinggi di kalangan persilatan. Sedangkan Gwat Kong telah mempelajarinya dengan sempurna, maka pedangnya menyambar-nyambar seperti kilat dan tubuhnya terbungkus oleh sinar pedang.

Bukan main kagumnya Ang Sun Tek melihat kehebatan ilmu pedang lawannya ini. Sama sekali ia tidak menduga bahwa pemuda yang pernah ia jumpai di restoran dan yang telah ia coba pula tenaga dan kelihaiannya, memiliki ilmu pedang yang belum pernah ia lihat selama hidupnya. Ia teringat akan ilmu pedang yang dimainkan oleh Tin Eng. Akan tetapi dibandingkan dengan Tin Eng, kepandaian pemuda ini jauh lebih tinggi dan lebih hebat.

Biarpun delapan buah golok, sebuah pedang dan sebatang tombak menyerang bagaikan hujan lebat. Namun pedang ditangan Gwat Kong dapat melayani dan menangkis semua itu dengan amat baik dan cepatnya!

Akan tetapi, diam-diam Gwat Kong mengeluh di dalam hatinya. Untuk menghadapi Liok-te Pat-mo delapan orang itu saja, belum tentu ia akan dapat memperoleh kemenangan, oleh karena mereka ini benar-benar hebat sekali permainan goloknya. Apalagi di tambah dengan Gan Bu Gi yang juga lihai ilmu pedang Kim-san-painya, sedangkan perwira tinggi besar itupun hebat sekali permainan tombaknya. Baiknya bahwa dengan ikut sertanya Gan Bu Gi dan Lim Pok Ki perwira brewok tinggi besar itu, maka Liok-te Pat-mo tidak sempat untuk mengatur barisan Pat-kwa-tin mereka dan di dalam keroyokan yang tak teratur ini, kelihaian mereka banyak berkurang.

Gwat Kong merasa menyesal mengapa ia tidak membawa sulingnya, karena kalau ia membawa benda itu, ia akan dapat melakukan perlawanan lebih baik lagi dan dapat mainkan ilmu tongkat Sin-hong Tung-hoat dengan sulingnya. Tentu saja ketika berangkat ke Kiang- sui, ia tidak pernah menyangka akan bertemu dan menghadapi sekian banyaknya lawan-lawan yang tangguh dan berat.

“Tahan!” tiba-tiba Ang Sun Tek berseru keras. Semua orang menahan senjata masing-masing. “Apakah kau yang disebut Kang-lam Ciu-hiap?” Ang Sun Tek menegaskan.

“Benar,” jawab Gwat Kong.

“Apakah kau ahli waris dari Sin-eng Kiam-hoat?”

Gwat Kong tersenyum. “Hmm, masih bagus matamu tidak tertutup oleh kesombonganmu, Ang Sun Tek. Memang aku ahliwaris Sin-eng Kiam-hoat dan tentu kau akan dapat melihat pedang Sin-eng-kiam ini kalau matamu tidak buta.”

“Bagus!” teriak Ang Sun Tek dengan girang. Aku bersama tujuh orang saudaraku telah mengalahkan Im-yang Siang-kiam dari selatan, hanya tinggal Sin-eng Kiam-hoat dan Sin- hong Tung-hoat yang belum dicoba!” “Ketahuilah, Ang Sun Tek! Kalau kau hendak mencoba Sin-hong Tung-hoat, kaupun harus berhadapan dengan aku sendiri.”

“Apa? Kau anak murid Bok Kwi Sianjin pula ?”

“Benar! Sayang tidak ada senjata tongkat untuk membuktikannya kepadamu!”

“Bagus, bagus! Kalau begitu, cobalah kau hadapi Pat-kwa-tin kami!” seru Ang Sun Tek dengan gembira.

“Ang Sun Tek, telah lama aku mendengar bahwa Pat-kwa-tin dari Liok-te Pat-mo berbahaya dan hebat sekali, dan semua golok dimainkan berdasarkan Pat-kwa-tin, ilmu golok yang menggetarkan daerah utara. Akan tetapi kau dan kawan-kawanmu berjumlah delapan orang sedangkan aku hanya seorang diri. Kalau kau memang gagah dan hendak mempertahankan nama barisanmu, beranikah kau menghadapi aku dan seorang kawanku?”

“Ha ha ha! Tentu saja berani. Siapakah kawanmu itu dan di manakah dia?”

Gan Bu Gi dan Lim Pok Ki merasa kurang puas melihat betapa Ang Sun Tek kini bercakap- cakap dengan Gwat Kong sebagai ahli silat menghadapi ahli silat, bukan sebagai perwira yang hendak menangkap seorang pelanggar hukum, maka Gan Bu Gi berseru,

“Hayo, tangkap maling ini!”

“Gan-ciangkun, jangan bergerak!” seru Ang Sun Tek marah. “Atau barangkali kau mau menghadapi Kang-lam Ciu-hiap sendiri saja?”

Ditegur secara demikian, Gan Bu Gi tertegun. Tentu saja ia tidak berani menghadapi Gwat Kong seorang diri saja.

“Ha ha ha, ternyata Ang Sun Tek masih memiliki kegagahan tidak seperti tikus kecil she Gan yang bersifat pengecut ini,” kata Gwat Kong. “Ang Sun Tek, tadi kau bertanya tentang kawanku itu. Masih ingatkah kau kepada jago tua Sie Cui Lui di Ciang-si?”

“Pencipta Im-yang Siang-kiam-hoat? Tentu saja, dia pernah menjadi pecundang menghadapi barisan kami!”

Gwat Kong mengangguk. “Benar, dan karena itulah maka kawanku itu memang sengaja mencari-carimu di Sian-nang, akan tetapi ternyata kalian telah pergi ke ibukota. Dia adalah cucu dari Sie Cui Lui Locianpwe, dan sengaja hendak membalas dan menebus kekalahan Sie locianpwe!”

“Bagus, suruh dia datang ke sini. Biar kau dan dia maju berbareng!” tantang Ang Sun Tek.

Pada saat itu, terdengar ribut-ribut dan dari pintu depan muncullah Liok Ong Gun bersama perwira dan yang jumlahnya dua puluh orang lebih.

“Tangkap penjahat ini!” teriak Liok-taijin dan menyerbulah semua perwira itu. Ang Sun Tek sendiri bersama tujuh orang kawannya ketika melihat munculnya Liok-taijin, merasa tidak enak hati kalau tinggal diam saja, maka Ang Sun Tek berkata, “Mungkin kau tidak mempunyai kesempatan lagi untuk menguji barisan kami, Kang-lam Ciu-hiap!” Dan iapun menggerakkan goloknya maju menerjang, diikuti oleh kawan-kawannya yang lain!”

Kini keadaan Gwat Kong benar-benar berbahaya sekali. Ia telah diserang lagi oleh Ang Sun Tek dan kawan-kawannya. Sedangkan Liok-taijin bersama pengikutnya telah mengurung dan siap sedia menyerbu pula.

Akan tetapi, Gwat Kong merasa aneh sekali mendapat kenyataan bahwa gerakan golok Ang Sun Tek amat berlainan dengan tadi. Kini gerakan golok mereka lemah dan biarpun gerakan itu masih amat cepat akan tetapi mereka tidak menyerang dengan sungguh-sungguh. Tentu saja Gwat Kong menjadi girang sekali dan diam-diam ia tahu akan maksud Ang Sun Tek dan kawan-kawannya. Liok-te Pat-mo ini terkenal sebagai tokoh-tokoh besar dan mereka amat bangga dengan Pat-kwa-tin mereka sehingga ketika mendengar bahwa Gwat Kong bersama seorang keturunan Sie Cui Lui hendak mencoba kekuatan barisan mereka, Ang Sun Tek dan kawan-kawannya telah menjadi gembira. Oleh karena itu, mereka ini sengaja tidak menyerang sungguh-sungguh dan hendak memberi kesempatan kepada Gwat Kong untuk melarikan diri agar kelak mereka dapat berhadapan di depan pibu (adu kepandaian).

Akan tetapi agaknya Ang Sun Tek hendak memperlihatkan kepada Gwat Kong akan kelihaian ilmu goloknya, karena tiba-tiba ia berseru keras,

“Kang-lam Ciu-hiap, aku takkan puas membiarkan kau pergi begitu saja!” Ia memberi isyarat dengan kata-kata rahasia kepada kawan-kawannya dan dengan amat cepatnya mereka itu lalu menyerbu, merupakan serangan yang bersegi delapan. Inilah gerakan dari Pat-kwa-tin yang sengaja didemonstrasikan oleh Ang Sun Tek dan kehebatannya memang luar biasa sekali.

Delapan buah golok yang menyerang Gwat Kong itu tidak dilakukan dalam saat yang sama, akan tetapi sambung menyambung dan selalu mengarah bagian yang lemah menurut gerakan Gwat Kong ketika mengelakkan diri dari golok yang menyerangnya. Pemuda ini dengan kecepatannya masih dapat menghindarkan tujuh batang golok yang menyerang berturut-turut. Akan tetapi golok Ang Sun Tek yang menyerang terakhir masih dapat menyerempet pundaknya sehingga bajunya di bagian pundak kiri robek dan kulitnya terbabat berikut sedikit daging. Darah keluar membasahi bajunya itu.

Posting Komentar