Pada saat itu, cabang-cabang persilatan di Tiongkok tidak mendapat nama baik bagi pemerintah yang mulai merasa curiga dan khawatir kalau-kalau orang-orang kang-ouw memiliki kepandaian tinggi itu sewaktu-waktu akan mengadakan pemberontakan. Kaisar dan para penasehatnya maklum akan bahayanya hal ini, maka mulailah diadakan pengawasan dan tekanan terhadap para ahli-ahli silat.
Partai-partai besar seperti Go-bi-pai, Kun-lun-pai dan lain-lain yang berpusat di gunung- gunung yang luas daerahnya dan sukar didatangi pasukan negeri, tidak merasa khawatir akan hal ini. Akan tetapi golongan-golongan kecil mempunyai kekhawatiran juga kalau-kalau cabang persilatan mereka akan mendapat gangguan.
Seng Le Hosiang merasa sakit hati dan menaruh hati dendam terhadap Hoa-san-pai dan tokoh-tokoh Go-bi-pai yang lain tidak mau menghiraukan dan tidak ada nafsu untuk ikut campur memperbesar permusuhan dengan Hoa-san-pai, lalu mencari kawan-kawan dan pembantu dari luar. Di antaranya yang ia paling harapkan, adalah Bong Bi Sianjin sendiri ketua Kim-san-pai. Oleh karena selain Bong Bi Sianjin sendiri berkepandaian tinggi, juga tokoh Kim-san-pai ini mempunyai beberapa orang murid yang tingkat kepandaiannya sudah boleh diandalkan.
Bong Bi Sianjin bukanlah seorang yang bodoh. Sungguh pun ia bersahabat baik dengan Seng Le Hosiang, akan tetapi ia maklum bahwa mencampuri urusan permusuhan itu berarti mendatangkan bahaya baginya dan para muridnya, karena iapun tahu akan kelihaian anak murid Hoa-san-pai. Maka ia takkan mau membantu begitu saja kalau ia tidak melihat hal-hal yang kiranya akan mendatangkan kebaikan dan keuntungan bagi partainya sendiri.
Ia maklum bahwa di antara anak murid Go-bi-pai, terdapat Liok Ong Gun yang menjadi Kepala daerah dan mempunyai hubungan dekat dengan kotanya. Maka alangkah baiknya kalau ia bisa mendekati pembesar itu, agar kedudukan cabang persilatan Kim-san-pai terlindung.
Oleh karena pikiran ini, maka ia lalu mengajukan usul agar supaya muridnya yang bungsu, yakni Gan Bu Gi, dapat dipekerjakan pada Liok-taijin. Bahkan dapat dijodohkan dengan puteri pembesar itu. Seng Le Hosiang suka melihat Gan Bu Gi, maka karena iapun mengharapkan bantuan dari Kim-san-pai, dalam hal ini ia membantu sekuat tenaga, sehingga Liok-taijin akhirnya tidak hanya menerima Gan Bu Gi sebagai perwira akan tetapi juga sebagai calon mantu!
Gan Bu Gi mendengarkan dari calon mertuanya bahwa Tin Eng berada di Hun-lam. Sebelum berangkat ke kota itu, ia lebih dulu mampir di kota Tong-kwan pusat perkumpulan Hek-I- Pang karena ia tahu bahwa sesungguhnya Lui Siok berada di tempat itu menjadi wakil ketua.
Akan tetapi ia tidak bertemu dengan suhengnya yang sedang pergi ke Hun-lam dan hanya bertemu dengan Song Bu Cu. Ketika mendengar bahwa Lui Siok menyelidiki ke Hun-lam karena mendengar tentang adanya Tan Kui Hwa, si Dewi Tangan Maut yang menjadi musuh besarnya, Gan Bu Gi lalu menyusul ke Hun-lam bersama Song Bu Cu dan di tengah jalan kebetulan sekali mereka bertemu dengan Lui Siok yang sedang berada dalam bahaya.
Lui Siok dan Song Bu Cu lalu menceritakan kepada Gan Bu Gi betapa mereka mendapat tugas dari Pangeran Ong Kiat Bo untuk menyelidiki halnya kedua orang muda yang kini telah kembali ke kota raja.
“Mungkin sekali peta rahasia itu oleh kedua saudara Pang diberikan kepada Tin Eng dan Kui Hwa,” kata Lui Siok. “Maka lebih baik kita mengejar mereka. Pertama-tama untuk membinasakan perempuan rendah Dewi Tangan Maut itu, kedua untuk menawan tunanganmu yang keras kepala, dan ketiga untuk merampas peta.”
“Akan tetapi, aku harus pergi ke Kim-san-pai untuk menemui suhu lebih dulu,” kata Gan Bu Gi. “Karena suhu dulu berpesan bahwa apabila aku menghadapi kesulitan, aku harus melaporkan kepada suhu. Hal ini amat ruwet. Tin Eng telah membawa kehendak sendiri bahkan telah bersekutu dengan Dewi Tangan Maut. Sebagaimana kita semua mengetahui, Dewi Tangan Maut selain lihai, juga seorang anak murid Hoa-san-pai yang paling jahat dan paling banyak kawan-kawannya. Kini kalau betul-betul dia mendapatkan peta harta pusaka dan bersama Tin Eng pergi mencarinya, maka hal yang penting ini harus kuberitahukan kepada suhu. Apalagi kini telah muncul Kang-lam Ciu-hiap yang benar-benar gagah dan tak boleh dipandang ringan!” Gan Bu Gi teringat akan pengalaman pahit ketika ia bersama kawan-kawannya sama sekali tak berdaya menghadapi Gwat Kong. Akan tetapi hal ini ia tidak mau menceritakan kepada Lui Siok dan Song Bu Cu karena malu. Adapun kedua ketua Hek-I-Pang ini biarpun telah mendengar nama Kang-lam Ciu-hiap, akan tetapi belum pernah bertemu dan belum merasai sendiri sampai di mana kelihaian pemuda pendekar itu.
“Aaah,” Lui Siok yang sombong mencela. “Mengapa harus ditakuti Kang-lam Ciu-hiap? Sayang ia sudah pergi ketika aku datang di gedung Lie-wangwe. Kalau dia berada di sana ketika itu, tentu sekarang Kang-lam Ciu-hiap tinggal namanya saja!”
Di dalam hatinya, Gan Bu Gi tidak menyetujui ucapan suhengnya ini, karena ia tahu bahwa kepandaian suhengnya ini jauh untuk menandingi kelihaian Gwat Kong, akan tetapi ia tidak mau membuka mulut, hanya berkata,
“Biarlah suheng dan Song twako berangkat dulu menyusul mereka, aku mau mencari suhu lebih dulu agar kelak tidak mendapat teguran dari suhu yang menanti-nanti berita dariku.”
Demikianlah, Gan Bu Gi lalu berangkat mencari suhunya ke Kim-san dan kedua ketua Hek-I- Pang itu lalu mengadakan perundingan untuk menyusul Tin Eng dan Kui Hwa.
****
Perjalanan ke Hong-san jauh sekali dan biarpun menggunakan kuda, akan makan waktu berbulan-bulan. Maka biarlah kita tinggalkan dulu Tin Eng dan Kui Hwa yang menuju ke bukit Hong-san untuk mencari harta pusaka rahasia itu. Dan marilah kita menengok keadaan Gwat Kong, Kang-lam Ciu-hiap, yang sedang menerima gemblengan ilmu silat dan ilmu tongkat Sin-hong Tung-hoat dari Bok Kwi Sianjin di tepi sungai Huang-ho.
Gwat Kong memang memiliki bakat yang baik sekali dan otak cerdas. Setelah belajar selama seratus hari di gua pertapaan Bok Kwi Sianjin itu, ia telah dapat mempelajari Sin-hong Tung- hoat dan Sin-hong Kun-hoat dengan baik. Ia telah dapat menghafal semua kouw-koat (teori persilatan) ilmu silat itu di luar kepala. Sedangkan dalam prateknya iapun telah menguasai dasar-dasar yang penting sehingga tinggal melatih dan mematangkannya.
Bok Kwi Sianjin merasa girang sekali dan amat puas melihat kemajuan muridnya ini. Maka ketika Gwat Kong menyatakan hendak melanjutkan perjalanannya ia tidak keberatan.
“Maksudmu hendak berusaha mendamaikan permusuhan yang ada antara Hoa-san-pai dan Go-bi-pai memang baik,” kata Bok Kwi Sianjin dalam pesannya ketika ia mendengarkan muridnya menyatakan pendapatnya. “Akan tetapi kukira hal itu takkan mudah kau lakukan dengan berhasil. Memang di dunia ini segala hal mempunyai dua muka, terutama sekali bagi manusia yang belum sadar akan rahasia Im-yang (positif dan negatif). Segala sesuatu yang dianggap mendatangkan kebaikan bagi manusia selalu mempunyai bagian yang sebaliknya, yakni keburukan. Ilmu kepandaian silat memang baik sekali dimiliki oleh setiap orang, demi untuk alat penjaga diri dan kesehatan. Akan tetapi tetap saja ada pengaruhnya yang tidak baik dan merugikan orang itu, yakni bagi orang yang lemah iman, kepandaian ini mendatangkan watak sombong dan suka berkelahi ilmu kepandaian silat mendatangkan sifat pemberani dan tabah. Karena orang yang memiliki kepandaian ini merasa dirinya terlindung oleh kepandaiannya dan tidak menakuti apapun juga. Akan tetapi sifat tabah dan berani yang berlebih-lebihan, membuat ia makin gelap dan hanya mengandalkan keberaniannya, siap sedia setiap saat untuk bertempur melawan siapapun juga, membangkitkan nafsu ingin memperlihatkan kegagahan sendiri tanpa mau mengalah sedikit juga terhadap orang lain karena takut kalau-kalau disangka jerih dan takut kalah. Karena sifat-sifat inilah maka terbit permusuhan di antara Go-bi-pai dan Hoa-san-pai.”
“Akan tetapi suhu, menurut penuturan dua orang anak murid Hoa-san-pai, yakni kakak beradik she Pui, banyak murid-murid Go-bi-pai yang jahat dan melanggar pantangan- pantangan orang gagah, melakukan perbuatan sewenang-wenang dan jahat sehingga golongan Hoa-san-pai turun tangan memberi hajaran. Dan inilah yang menimbulkan perselisihan,” kata Gwat Kong.
Suhunya tersenyum. “Mungkin benar juga kata kedua orang itu, akan tetapi muridku, penuturan itu tak boleh kau jadikan dasar untuk memandang buruk kepada Go-bi-pai dan membenarkan Hoa-san-pai. Kalau pandanganmu dipengaruhi oleh penuturan-penuturan kedua belah pihak, kau lebih-lebih takkan berhasil menjadi pendamai di antara mereka. Seorang pendamai tak boleh berpikir berat sebelah. Kalau hatinya dikotori oleh sifat memihak, lebih baik jangan jadi pendamai karena hal itu berarti bahwa kau menaruh dirimu dalam kedudukan yang amat berbahaya, yakni jangan-jangan kau akan dimusuhi oleh kedua belah pihak!
Orang-orang yang sedang bermusuhan dan marah memiliki perasaan curiga yang amat besar, maka kau harus berhati-hati.”
Gwat Kong terpaksa membenarkan pernyataan suhunya itu dan menundukkan mukanya.
“Muridku, di antara dua orang atau dua pihak yang bermusuhan, mereka itu masing-masing tentu membesar-besarkan kesalahan pihak musuh dan mencoba seberapa bisa untuk menghapus dan menyembunyikan kesalahan sendiri. Kalau kau bertanya kepadaku, siapakah yang bersalah di antara dua orang yang bermusuhan? Maka jawabku tentu bahwa dua orang itu kedua-duanya bersalah! Karena orang yang sudah menjadikan orang lain sebagai musuhnya, atau yang dijadikan musuh oleh orang lain, pokoknya dipengaruhi rasa benci kepada orang lain atau menimbulkan benci, ia itu sudah bersalah!”.
Kakek ini tertawa geli ketika melihat bahwa muridnya nampak bingung mendengar jawaban yang sulit dimengerti ini. Maka lalu ia berkata pula,
“Gwat Kong, tak perlu kau memusingkan hal ini. Kau masih terlalu muda untuk dapat mengerti. Untuk mengetahui hal ini, orang harus berdiri di luar perputaran arus kehidupan, sedangkan kau berada di dalamnya dan ikut terputar! Hal yang baik bagimu ialah harus dapat menyesuaikan dirimu dengan keadaan di sekelilingmu, dan semua perbuatanmu harus berdasarkan keadilan dan kebajikkan. Lenyapkanlah pandanganmu yang berat sebelah terhadap permusuhan yang timbul di antara Go-bi-pai dan Hoa-san-pai dan aku tahu betul bahwa baik di pihak Go-bi maupun pihak Hoa-san, para ketua dan tokohnya yang tertinggi sama sekali tidak mempunyai permusuhan, dan semua itu hanyalah akibat sikap ‘keras kepala’ dn ‘tak mau kalah’ dari tokoh-tokoh kecil kedua pihak seperti Seng Le Hosiang dan Sin Seng Cu. Jangan sampai kau ikut menanam bibit permusuhan muridku, dan ingatlah akan ucapan para cerdik pandai di jaman dahulu bahwa seribu orang kawan masih terlampau sedikit, akan tetapi seorang musuh sudah terlalu banyak bagi seorang budiman.”
Setelah menghaturkan terima kasih kepada suhunya dan berjanji akan mengingat segala nasehat dari kakek ini, Gwat Kong lalu keluar dari hutan liar itu. Pemuda yang keluar dari hutan itu jauh bedanya dengan Gwat Kong yang dulu memasuki hutan untuk mengikuti suhunya belajar silat.
Dia telah mendapat kemajuan yang luar biasa sekali dalam waktu tiga bulan lebih itu. Tidak saja tenaga lweekangnya telah meningkat karena petunjuk-petunjuk yang tepat dan cara berlatih yang penuh rahasia, dan ginkangnya juga maju pesat berkat latihan-latihan pernapasan dan bersamadhi, dalam hal ilmu pedang Sin-eng Kiam-hoat sungguhpun Bok Kwi Sianjin tidak pernah mempelajarinya akan tetapi kakek ini telah memberi nasehat-nasehat dan petunjuk-petunjuk yang penting untuk menyempurnakan permainan pedang pemuda itu.
Yang lebih hebat lagi, kini Gwat Kong dapat mengkombinasikan ilmu pedangnya dengan ilmu tongkat Sin-hong Tung-hoat. Apabila ia mainkan pedangnya, ia dapat memasukkan gerakan Sin-hong Tung-hoat di dalam pedang dan apabila memegang sebatang tongkat, ia dapat memasukkan pula ilmu pedangnya, sehingga di dalam gerakannya telah dapat ia mengawinkan dua macam ilmu silat yang lihai itu.
Dan selama seratus hari di dalam hutan itu bersama suhunya, terpaksa Gwat Kong menekan kesukaannya akan arak, karena suhunya pernah berkata bahwa biarpun arak merupakan minuman yang baik dan sehat, akan tetapi apabila dilakukan dengan berlebih-lebihan tak kenal batas, sebagaimana hal lain di dunia ini, maka akan mendatangkan pengaruh buruk bagi kesehatannya.