"Jie wie hengtee, mengapa kalian menyerang aku.. ?" "Penculik, bedebah; jangan kau jual lagak.. !” bentak Ciu
San Bin yang lagi lagi telah mengulang dengan melakukan
penyerangan memakai pedangnya.
Sekarang pemuda pendatang baru itu tidak lagi berkelit. Dengan tetap berdiri ditempatnya, dia mengangkat goloknya dan berhasil 'menempel' pedangnya Ciu San Bin yang lalu ditekannya; sementara dengan tangan kirinya dia berhasil pula menangkap nadi tangan Ciu San Bin yang memegang pedang, dan disaat berikutnya Ciu San Bin melepaskan pedangnya dengan muka meringis menahan rasa sakit !
“Katakan, apa arti kata penculik dan bedebah yang kau sebutkan tadi..,!” kata pemuda pendatang baru itu.
Dilain pihak, Lim Seng Hong tetap berdiri terpesona ditempatnya. Pemuda ini sempat menggunakan pikirannya yang sehat, dan dia dapat membedakan nada suara pemuda yang baru datang itu dengan pemuda yang menculik dara Lie Sin Lan.
Akhirnya Lim Seng Hong mengangkat kedua tangannya, memberi hormat meskipun pedangnya masih tetap dipegangnya; dan dia berkata dengan suara yang ramah :
“Hengtiang, maafkan tindakan kami yang tidak sopan akan tetapi marilah hengtiang singgah dirumah dan akan aku jelaskan semuanya "
Konon pada waktu itu para penduduk setempat sudah ramai berkumpul. Kepada mereka ini maka Ciu San Bin minta bantuannya buat mengurus mayat pihak musuh, sambil dia sekedar memberi penjelasan; sedang Lim Seng Hong mengajak tamunya memasuki rumahnya.
Pemuda pendatang baru itu ternyata adalah Pouw Keng Thian yang baru memasuki dusun Pek kee chung, dalam perjalanan hendak menyambangi makam ayah dan ibunya. Dia datang tepat pada waktu Lim Seng Hong berdua Ciu San Bin sedang dikepung oleh sejumlah orang orang berseragam serba hitam serta memakai lambang kepala binatang rase warna putih, yang sudah tidak asing lagi baginya sebagai lambang dari orang orang Hong bie pang, sehingga dia langsung memberikan bantuan; namun yang akhirnya berbalik dia menjadi dikepung oleh kedua pemuda yang telah dibantunya itu.
Akan tetapi setelah Lim Seng Hong berdua Ciu San Bin memberikan penjelasan tentang sipemuda 'penculik' yang mirip wajahnya itu, maka Pouw Keng Thian menjadi sangat penasaran, sampai akhirnya mereka bersepakat hendak menyerbu ke dalam kuil tua yang pada waktu itu pernah dilihat oleh Lim Seng Hong, untuk mencari si pemuda penculik itu sekalian buat menolong dara Lie Sin Lan.
ooo )0( ooo
DENGAN mengajak sejumlah penduduk setempat yang berhati tabah, serta orang-orang tua yang kehilangan anak gadis mereka; maka rombongannya Lim Seng Hong berangkat hendak menyerang kuil tua yang dijadikan markas orang orang Hong bie pang. Akan tetapi waktu rombongan itu tiba di tempat tujuan, mereka tidak menemukan Hong bie-kauwcu yang pada saat itu sedang menyamar sebagai seorang pemuda yang mirip dengan Pouw Keng Thian, bahkan semua gerombolannya ikut menghilang.
Diantara keributan para penduduk setempat yang sedang mengubrak-abrik kuil tua bekas sarang gerombolan itu, maka mendadak kelihatan dara Lie Sin Lan yang berlari-lari dengan dikejar oleh pemuda Lim Seng Hong berdua dengan pemuda Ciu San Bin, sampai akhirnya kemudian terjadi Ciu San Bin bertempur melawan Lim Seng Hong, dengan disaksikan oleh dara Lie Sin Lan serta beberapa orang penduduk setempat yang berdiri membikin suatu lingkaran atau gelanggang pertempuran.
Pada mulanya Pouw Keng Thian merasa heran karena dia ikut menyaksikan pertempuran dua bersahabat itu, akan tetapi waktu telah diketahui persoalannya bahwa kedua pemuda itu bertempur karena memperebutkan dara Lie Sin Lan; maka tanpa pamit dan tanpa menghiraukan pertempuran itu, Pouw Keng Thian lalu meneruskan perjalanannya hendak menyambangi makam kedua orang tuanya.
Dihari ketiga setelah Pouw Keng Thian meninggalkan dusun Pek kee chung, maka dia tiba disuatu kota kecil Pao kee tin, dimana dia memilih sebuah rumah makan buat dia beristirahat dan mengisi perut.
Adalah selagi dia hendak memasuki tempat makan itu, suatu pandangan matanya tertarik dengan suatu tanda yang terdapat dari sebuah tembok. Ketika dia mendekati dan meneliti, maka dilihatnya tanda itu berupa gambar kepala seekor binatang rase dalam sebuah lingkaran.
Jelas sudah tidak asing lagi bagi Pouw Keng Thian bahwa tanda gambar itu merupakan lambang persekutuan hong bie pang, akan tetapi pada saat itu dia tidak mengetahui apakah dikota itu terdapat cabang Hong bie pang ataukah tanda gambar itu merupakan tanda yang dilakukan oleh orang orang Hong bie pang yang sedang berkeliaran, untuk maksud menghubungi kawan-kawan mereka.
Dengan langkah kaki yang tenang Pouw Keng Thian kemudian memasuki rumah makan itu, yang dilihatnya sudah banyak mendapat kunjungan dari para tamu. Sepasang matanya melirik guna memperhatikan kalau kalau didalam rumah makan itu ada seseorang yang dia curigai sebagai anggota Hong bie pang, oleh karena dia yakin mereka bakal berkumpul didalam rumah makan itu berhubung dengan adanya tanda gambar yang menjadi lambang mereka ditembok rumah makan itu. Sengaja Pouw Keng Thian memilih tempat duduk disuatu sudut sebelah selatan, supaya mudah dia mengawasi keadaan disekitar rumah makan itu, dan dilain saat dia menjadi terkejut ketika pandang matanya bertemu dengan dua orang tamu yang sedang duduk makan, sebab kedua tamu itu dia kenal sebagai sepasang hantu jejadian dari gunung Cek sek san di propinsi Kam siok, yang dikalangan rimba persilatan dikenal sebagai Cek sek siangkoay!
Sepasang hantu jejadian dari gunung Cek sek san itu berupa sepasang insan laki laki dan perempuan dua bersaudara. Yang laki laki bernama Euw yong Cin kun, bermuka hitam penuh bulu, dan yang perempuan bernama Euw yong Sun nio, si biang kuntianak.
Kedua hantu jejadian itu sudah berusia lebih dari empat puluh tahun, akan tetapi mereka tidak pernah menikah, dan kedua saudara itu bahkan tidak pernah terpisah sejak mereka dilahirkan, agaknya memang kelihatan akrab satu sama lain, sampai kemudian tersebar berita bahwa dua bersaudara itu saling bertengkar dan saling berpisah membawa diri masing masing.
Pertengkaran yang terjadi antara dua bersaudara itu, katanya disebabkan Euw yong Cin kun mempunyai 'simpanan', mengakibatkan Euw yong Sun-nio marah marah berteriak setinggi langit hendak membinasakan 'simpanan' sang kakak, sehingga si hantu laki laki itu kabur membawa 'simpanan' yang masih sayang dia buang.
Dahulu, sebelum dua bersaudara itu bertengkar dan berpisah, mereka pernah bertempur melawan Wie Keng Siang yang didampingi dengan gurunya Pouw Keng Thian.
Sekarang dua hantu jejadian itu berkumpul lagi, bahkan berada didalam kota Pao-kee-tin yang letaknya jauh terpisah dari propinsi Kam siok yang menjadi tempat mereka bermukim. Entah bagaimana caranya dua bersaudara itu berbaik lagi, akan tetapi Pouw Keng Thian merasa yakin bahwa mereka berdua sedang menghadapi suatu urusan yang memaksa mereka melakukan perjalanan yang begitu jauhnya, dan 'urusan' itu biasanya merupakan urusan berkelahi melawan seseorang. Mungkinkah mereka hendak mendatangi markas Hong bie pang cabang kota Pao kee tin ? Pikir Pouw Keng Thian didalam hati, selagi dia menikmati hidangan makanannya.
Lain tamu yang merarik perhatian Pouw Keng Thian adalah disudut sebelah barat, dia melihat ada dua orang laki laki bermuka hitam yang kelihatan ganas; yang waktu itu sedang menghadapi makanan dan minuman mereka tetapi diam diam sepasang mata mereka sering melirik ketempat hantu jejadian itu duduk, untuk kemudian mereka ganti mengawasi ketempat lain, dimana dilihat oleh Pouw Keng Thian adanya seorang hartawan tua yang sedang duduk makan tanpa kawan.
Usia hartawan tua itu menurut perkiraan Pouw Keng Thian; tentunya sudah lebih dari lima puluh tahun, geraknya lemah dan tubuhnya agak kurus. Akan tetapi jelas kelihatan bahwa hartawan tua itu juga sedang melakukan perjalanan.
Hartawan tua itu kelihatannya sudah selesai bersantap, dia sedang minum araknya tiada hentinya; sehingga kelihatan keadaannya sudah mulai mabuk, terlihat dari cara dia duduk yang goyang seperti kena tiupan angin.
Didalam hati Pouw Keng Thian menjadi curiga, menganggap kedua laki laki bermuka hitam itu adalah sebangsa perampok bahkan mungkin merupakan anggota gerombolan Hong bie pang. Mereka ragu ragu melakukan kejahatan dirumah makan itu sebab mereka melihat kehadirannya dua hantu jejadian yang tentunya sudah mereka kenal. Itulah sebabnya pandangan mata kedua orang laki laki sering melirik ketempat dua hantu jejadian itu duduk.
Dilain saat mendadak pandangan mata kedua laki laki bermuka hitam itu bertemu dengan pandangan mata Pouw Keng Thian yang juga sedang mengawasi mereka. Untuk sejenak kedua pihak saling mengawasi, dan laki laki bermuka hitam itu seperti kaget; namun pada saat Pouw Keng Thian sudah mengalihkan pandangannya kearah lain, oleh karena dia segan mencari 'urusan' selagi dia hendak cepat-cepat mencapai tempat tujuan buat menyambangi makam kedua orang tuanya, setelah itu dia bermaksud mencari Hong bie kauwcu berdua Hong bie niocu, buat dia membalas dendam orang tuanya.
Kemudian melihat oleh Pouw Keng Thian bahwa sepasang hantu jejadian Euw yong Cin kun dan Euw yong Sun nio meninggalkan rumah-rumah itu. Menyusul kemudian si hartawan tua yang juga pergi dengan mengambil arah yang sama dengan sepasang hantu jejadian dari Cek sek san tadi.
(‘celaka ... !') teriak Pouw Keng Thian didalam hati, sebab dilain saat dilihatnya kedua laki laki bermuka hitam itu juga telah pergi dengan mengambil arah yang sama.
Sebagai seorang ksatrya, hasrat hatinya ingin benar Pouw Keng Thian mengikuti hartawan tua itu buat dia memberikan perlindungan sekiranya: benar-benar hartawan tua itu akan dihadang oleh kedua laki laki bermuka hitam tadi; akan tetapi mendadak dia teringat lagi dengan urusannya sendiri, sehingga akhirnya Pouw Keng Thian membatalkan niatnya, dan dia tetap duduk menghadapi makanannya. Adalah setelah dia menyelesaikan santapannya, maka Pouw Keng Thian meneruskan perjalanan dengan kudanya; dan disuatu jalan persimpangan dia memilih arah sebelah barat, yang tanpa dia ketahui dia justru mengambil arah yang bersamaan dengan mereka yang telah mendahulukan dia meninggalkan rumah makan tadi.
Jalan pegunungan yang kemudian dia tempuh, kelihatan indah mempesona, jauh dari keramaian dan suasana kota; sedangkan angin meniup sepoi sepoi menyegarkan badan mengiringi perjalanan Pouw Keng Thian, sehingga sekilas dan secara mendadak dia menjadi teringat dengan dua dara Gan Leng Soan dan Kwa Leng Cu, yang pernah melakukan perjalanan bersama-sama bahkan memberikan kesan indah sehingga sampai berulang kali Pouw Keng Thian mengalami mimpi yang tak mungkin dia lupakan selama hidupnya.
Pouw Keng Thian melarikan kudanya perlahan lahan sambil dia melamun, sehingga telinganya tidak segera mendengar adanya bunyi suara senjata yang saling bentur, sampai tiba-tiba dia terkejut ketika dihadapannya membentang suatu medan pertempuran yang dahsyat, dimana darah telah membasahi bumi dan mayat mayat telah membujur kaku !
Dengan yang masih kelihatan bertempur justeru adalah si hartawan tua, yang dengan pedangnya sedang menghadapi dua musuh berupa sepasang hantu jejadian Euw yong Cin kun dan Euw yong Sun nio, sedangkan yang telah membujur menjadi mayat mayat adalah empat orang laki laki berpakaian serba hitam dengan tanda lambang yang sudah tidak asing lagi bagi Pouw Keng Thian, bahwa mereka itu adalah gerombolan orang orang Hong bie pang !
Sekilas terpikir oleh Pouw Keng Thian, bahwa si hartawan itu langsung dikepung oleh sepasang jejadian Euw yong Cin kun dan Euw yong Sun nio, dan mereka bukan dibantu oleh kelompok orang orang Hong bie pang. Jelas Pouw Keng Thian menjadi bangga karena diluar dugaannya sanggup membinasakan empat orang Hong bie pang dan masih sanggup menghadapi Euw yong Cin kun berdua Euw yong Sun nio yang dikenal gagah perkasa.
Tanpa memikir dua kali, maka Pouw Keng Thian lompat turun dari kudanya dan siap dengan senjatanya, untuk kemudian dia memasuki arena pertempuran, mendapat lawan si biang kuntianak Euw yong Sun nio !
Meskipun lawannya adalah seorang perempuan, akan tetapi Pouw Keng Thian menyadari bahwa dia sedang menghadapi lawan yang bukan sembarangan lawan, sebab gurunya pernah bertempur melawan si biang kuntianak sampai tiga hari tiga malam, tanpa diketahui siapa pecundang dan siapa si pemenang !
Pouw Keng Thian mengerahkan ilmu silat golok golongan Kun lun yang banyak dirobah oleh gurunya dan dia menutup diri dengan menghalau setiap serangan lawan memakai gerak tipu 'pat hong hong ie' atau hujan angin di delapan penjuru.
(Sesungguhnya Pouw Keng Thian tidak mengetahui bahwa pada saat itu didalam tubuh si biang kuntianak Euw yong Sun nio telah membenam dua batang ‘tok piao' (piao beracun) yang dilepaskan oleh si hartawan tua. Melulu oleh karena ilmu tenaga dalam si biang kuntianak telah mencapai batas yang sempurna, maka dia sanggup mencegah menjalarnya bisa racun yang berada didalam tubuhnya. Akan tetapi si biang kuntianak ini menghadapi kesukaran karena dia harus bertempur melawan Pouw Keng Thian yang tenaganya masih utuh; sedangkan di pihak dia bagaikan dia sudah kehabisan tenaga bekas melawan Hong bie kauwcu Gan Hong Bie yang pada saat itu sedang menyamar menjadi si hartawan tua!)
Permusuhan antara pihak sepasang jejadian dari Cek sek san berdua dengan Gan Hong Bie suami isteri, sebenarnya melulu karena gelar belaka sebab Gan Hong Bie dengan isterinya terkenal dengan gelar sepasang jejadian dari Kay Hong, sedangkan Euw yong Cin kun berdua Euw yong Sun nio terkenal sebagai sepasang jejadian dari Cek sek san. Oleh karena itu sudah berulangkali mereka saling bertemu dan saling bertempur, melulu untuk menentukan siapa yang lebih kuat diantara dua pasang hantu jejadian itu, sampai akhirnya Euw yong Cin kun berdua Euw yong Sun nio jadi bertambah dendam terhadap Gan Hong Bie suami isteri, sebab Kim Lun Hoat ong telah menggunakan tenaga suami istri itu untuk membentuk persekutuan Hong bie pang, meskipun sebenarnya Cek sek siangkoay sudah lebih dahulu mengabdi kepada Pangeran yang ingin berontak.