Untuk menolong diri, maka Lim Seng Hong menunduk dengan gerak tipu 'hong hong tiam tiauw' (burung hong manggut) lalu kakinya menendang membikin lawannya harus lompat tinggi dan jauh; sehingga keduanya berdiri bebas saling mengadu pandang.
Setelah sejenak saling mengawasi, maka Ciu San Bin lalu mengeluarkan senjatanya yang berupa sebatang pedang yang tajam:
"Lim Seng Hong, kau keluarkan senjatamu..!" teriak pemuda Ciu San Bin yang tidak tertahankan marahnya.
Lim Seng Hong yakin bahwa dia tidak mungkin dapat meredakan rasa marah sahabatnya yang sekarang berubah menjadi lawannya sehingga dia ikut mengeluarkan pedangnya; akan tetapi masih sempat dia melirik ke arah dara Lie Sin Lan, dan yang dilirik ini justru sedang mengawasi sambil perlihatkan senyum yang nakal.
("alangkah baiknya kalau pada saat ini muncul pemuda ketiga yang perkasa ...,") pikir dara Lie Sin Lan didalam hati; sehingga senyumnya tambah menghias dimukanya, dan bagi Lim Seng Hong, senyum dara binal itu dianggap sebagai senyum bangga, sebab dia sebagai kekasihnya telah bertindak sebagai seorang ksatria yang siap membela!
Dilain pihak, pemuda Ciu San Bin ikut melirik dara pujaan hatinya, tetap disaat dara Lie Sin Lan baru menukar pandang mengawasi dia, dengan senyum yang tetap menghias dimukanya; memaksa pemuda Ciu San Bin jadi teringat dengan tempo dulu, waktu dia pernah menipu dara pujaan hatinya itu, mengatakan bahwa ditelaga 'Pek lay tie’ ada seekor buaya buntung, dan dia lalu menarik-narik sebelah lengan dara pujaan hatinya buat mengajak melihat. Akan tetapi waktu mereka tiba di tepi telaga yang dimaksud, dara pujaan hatinya menanyakan tentang buaya buntung itu; maka secara tiba-tiba Ciu San Bin merangkul, mencium dan kemudian mereka mandi bersama-sama di telaga yang jernih dan sejuk airnya itu sambil memadu kasih.
“Hey, mengapa kalian melamun .,,?” terdengar suara dara Lie Sin Lan menyapa: memaksa kedua pemuda itu jadi tersentak seperti baru terbangun dari tidur; dan Ciu San Bin cepat-cepat mendahulukan menyerang dengan pedangnya, bahkan menyerang dengan serangkaian bacokan dan tikaman maut, karena dia langsung bergerak dengan ilmu silat pedang Bu tong kiam hoat !
Sudah tentu Lim Seng Hong jadi kelabakan menghadapi serangan sehebatnya yang membabi buta seperti iblis yang sedang mengamuk, akan tetapi berkat ketangkasannya; cepat juga pemuda ini dapat menghindar dari berbagai serangan maut itu.
('akan aku buka matamu bahwa ilmu silat pedang golongan Siao lim kagak boleh dianggap remeh......!') Lim Seng Hong berkata didalam hati; kemudian dengan lincah dia mulai melakukan serangan balasan, sehingga disuatu saat dengan gerak tipu tiang coa cut tong (ular keluar dari liang), dia mengarahkan serangannya pada muka lawannya, akan tetapi waktu lawannya menangkis maka terdengar bunyi suara kedua pedang mereka yang saling bentur.
Kedua pemuda itu kemudian sama-sama lompat mundur memisah diri dan memeriksa senjata mereka, takut senjata pemberian guru mereka jadi gompal.
Setelah masing-masing meneliti senjata mereka maka kedua pemuda itu saling maju lagi buat meneruskan pertempuran mereka; sampai tiba-tiba mereka menjadi terkejut, oleh karena mendadak mereka telah dirintang oleh seseorang; dirintang selagi mereka saling menyerang; dengan suatu tarikan yang kuat yang menyebabkan mereka berdua terpisah bahkan terjatuh duduk !
"Siapa kau ...!" bentak Ciu San Bin sangat marah setelah dilihatnya yang datang mengganggu pertempuran mereka itu adalah seorang pemuda bermuka tampan dan kelihatan lemah lembut gerak tubuhnya.
"Ha ha ha ! kalian berdua berkelahi hendak memperebutkan seorang dara. Ini sudah aku saksikan sejak tadi. Apakah memang demikian ajaran guru kalian .. ?” demikian terdengar kata pemuda yang memisah perkelahian itu sambil dia perdengarkan suara tawa mengejek.
Lim Seng Hong menyadari setelah dia mendengar perkataan pemuda itu, bahwa dia telah menyeleweng dari ajaran gurunya. Akan tetapi dia merasa tersinggung karena pemuda itu sedang mengejek dia, dan waktu dilihatnya Ciu San Bin sedang bergegas hendak menyerang pemuda itu, maka dia pun ikut bergerak membarengi, hendak mengepung pemuda pendatang baru itu.
"Mampus kau manusia usil ...!" seru Ciu San Bin yang menikam dengan pedangnya.
Pemuda pendatang baru itu tetap perdengarkan suara tawa mengejek, sementara dengan tenang dia bersilat dengan gerak yang gesit dan lincah, tanpa dia memakai senjata dia tidak gentar menghadapi dua lawan yang bersenjata pedang.
Akan tetapi, meskipun pemuda pendatang baru itu tidak bersenjata; namun sepasang tangannya sangat berbahaya. Setiap serangannya merupakan serangan-serangan maut sebab dia telah mengerahkan tipu ‘hun kin co kut ciu' (ilmu memecah otot memindah tulang); sementara tubuhnya sangat lincah dan gesit, membikin kedua pedang lawannya tidak pernah berhasil menyentuh bajunya, apalagi tubuhnya. Padahal baju yang dipakainya itu berkibar-kibar di antara gerak tubuhnya, sehingga sangat indah dipandang mata; membikin dara Lie Sin Lan perdengar suara bersorak memuji!
Disuatu saat Lim Seng Hong kehilangan pedangnya, menjadikan pemuda itu berdiri terpesona dan melirik kearah Ciu San Bin; dan Ciu San Bin pada waktu itu juga sedang kehilangan pedangnya, dan sedang mengawasi.
Selagi kedua pemuda itu berdiri dengan merasa heran, maka didengarnya suara tawa dari lawan mereka yang waktu itu sedang mengawasi dengan tenang, dan pada sepasang tangannya sedang memegang pedang milik Lim Seng Hong berdua Ciu San Bin !
Setelah ia berhenti tertawa; maka pemuda pendatang baru itu berkata :
"Nah, kalian ambillah pedang pedang kalian, sebab aku pun tak membutuhkan senjata kalian yang tidak ada harganya ini ...”
Lim Seng Hong berdua Ciu San Bin buru-buru menyambuti senjata mereka yang dilontarkan oleh pemuda pendatang baru itu dan selagi keduanya masih terpesona, maka pemuda pendatang baru itu bergerak dengan lincah dan gesit, membawa lari dara Lie Sin Lan yang kelihatan meronta-ronta didalam panggulan pemuda pendatang baru itu.
"Mari kita kejar . ,. !" seru Lim Seng Hong bagaikan baru tersadar. “Hei, maling! Kembalikan gadis itu.,!" seru Ciu San Bin yang buru-buru ikut mengejar sebab Lim Seng Hong mendahulukan lari.
Kedua pemuda yang sedang berlomba hendak merebut kasih sayang dara Lie Sin Lan itu, bagaikan telah bersepakat menjadi rekan kembali berusaha mengikuti jejak pemuda pendatang baru tadi yang membawa lari kekasih mereka. Akan tetapi sampai jauh mereka memasuki daerah belukar, namun tidak berhasil mereka menemukan yang dicarinya !
Lim Seng Hong berdua Ciu San Bin menjadi gelisah dan cemas karena kehilangan dara Lie Sin Lan, terlebih ketika kedua orang tua Lie Sin Lan menyalahkan kedua orang pemuda itu yang dianggap sebagai pembawa bencana yang mengakibatkan anak dara mereka menjadi hilang.
Didalam waktu sekejap maka ramai penduduk setempat menghebohkan hilangnya dara Lie Sin Lan, bahkan ada orang-orang yang mengatakan bahwa dara Lie Sin Lan diculik dirumahnya, waktu dara binal itu sedang tidur didalam kamarnya!
Dua hari setelah terjadinya peristiwa itu, dan selagi penduduk setempat masih ramai membicarakan tentang hilangnya atau diculiknya dara Lie Sin Lan, maka pada malam itu telah lenyap lagi seorang anak dara, sehingga benar-benar merupakan suatu peristiwa yang menakutkan bagi para penduduk setempat, terutama bagi mereka yang mempunyai anak dara.
Para penduduk kemudian berdaya dan mengerahkan segenap tenaga mencari jejak penculik atau anak-anak perawan yang diculik, namun usaha mereka ternyata sia-sia belaka. Sementara itu Lim Seng Hong berdua Ciu San Bin merasa yakin peristiwa penculikan dilakukan oleh orang yang sama, yakni si pemuda pendatang baru yang pernah mereka tempur dan yang membawa lari dara Lie Sin Lan.
Didekat perbatasan dusun itu, dijalan yang sunyi dan yang menuju keatas gunung Pek hong san terdapat sebuah kuil tua yang sudah lama tidak dipergunakan lagi.
Adalah berkat hasil penyelidikan Lim Seng Hong, maka pemuda ini mengetahui bahwa kuil tua yang sudah tidak dipergunakan itu, sekarang sudah ada yang mendiami dan mendapat rawatan meskipun pada bagian luar kuil itu kelihatan tetap tidak terurus, agak menyeramkan karena banyaknya pohon pohon lebat dan tanaman tanaman merambat.
Tentang penemuannya itu Lim Seng Hong tidak memberitahukan kepada Ciu San Bin, sebaliknya seorang diri pemuda itu meneruskan penyelidikannya yakni pada suatu malam yang gelap dia mendatangi kuil itu.
Dengan langkah kaki berhati-hati pemuda Lim Seng Hong berhasil lompat naik keatas genteng, lalu dengan gerak yang ringan dan berlaku waspada, maka pemuda ini meneliti sampai kemudian dia menemukan suatu ruangan yang kelihatan terang dan terdengar suara percakapan dari beberapa orang.
Didalam ruangan itu ternyata sedang berkumpul sejumlah orang laki laki yang semuanya berpakaian serba hitam dan serba ringkas. Mereka semua berdiri tegak dengan sikap militer, sementara seorang di antaranya kelihatan sedang berdiri berhadapan dengan seseorang yang sedang duduk, dan seseorang yang sedang duduk itu memakai pakaian serba hijau, bahkan memakai tutup kepala berupa selubung dari kain warna hijau, sehingga hanya pada bagian sepasang mata dan hidung yang berlubang, mengakibatkan orang itu tidak terlihat wajah mukanya.
Adalah dari nada suaranya yang agak serak-parau, maka diketahui oleh Lim Seng Hong yang sedang mengintai, bahwa orang itu adalah seorang lelaki dan nada suara itu mirip benar dengan nada suara si pemuda yang telah menculik dara Lie Sin Lan!
Pada mulanya Lim Seng Hong ingin segera memasuki ruangan itu, dan menyerang musuhnya yang membawa lari kekasihnya, akan tetapi dia sabarkan diri sebab waktu itu didengarnya lelaki terselubung itu sedang bicara pada orang yang sedang berdiri dihadapannya :
" , . , jadi mereka telah membasmi cabang yang di kota Soan hoa, akan tetapi sayangnya kau tidak mengetahui kemana tujuannya Bhok leng siangjin berdua niocu. Aku girang bahwa kau memiliki kecerdasan memerintah nomor tiga belas dan lima-belas untuk mengikuti jejak orang orang yang telah melakukan penyerangan terhadap markas di kota Soan hoa itu, dan aku harap nomor tiga belas berdua lima- belas tidak melupakan dengan tanda-tanda yang harus mereka berikan, supaya memudahkan aku menyusul mereka. Sebenarnya aku senang dengan tempat ini dan aku justeru bermaksud hendak membangun markas cabang di desa ini; akan tetapi karena adanya urusan ini, maka terpaksa aku harus menunda niat itu, dan selama aku dalam bepergian, aku menghendaki kau mewakilkan kedudukanku dan menjalankan tugas-tugas sesuai seperti apa yang sudah aku tentukan...”
Sementara itu, Lim Seng Hong sudah merasa habis sabar, dan selagi dia hendak mengatur siasat buat menghadapi musuhnya; mendadak dia mendengar sesuatu gerak yang tidak wajar didekatnya dan waktu dia meneliti maka sempat dilihatnya ada sesuatu bayangan hitam yang sedang bergerak hendak meninggalkan kuil tua itu.
Oleh karena teringat bayangan hitam itu mungkin adalah Ciu San Bin, maka buru-buru Lim Seng Hong mengejar; akan tetapi bayangan hitam itu bagaikan mengetahui dirinya sedang dikejar, sehingga dia mempercepat larinya, dan kalau Lim Seng Hong tertinggal terlalu jauh, maka bayangan hitam itu menunggu untuk kemudian lari lagi, membikin Lim Seng Hong jadi penasaran karena yakin bahwa bayangan hitam itu sengaja sedang mempermainkan dia.