Pendekar Bunga Cinta Chapter 79

NIC

Sudah tentu orang orang Hong bie pang tidak sanggup melayani pihak musuh yang sudah mendapatkan tenaga bantuan, sedangkan dara Tan Hong Lan berdua Kiang Cun Gee menjadi sangat girang, terutama karena melihat kehadiran adik seperguruan mereka yang termuda, yakni pemuda Pouw Keng Thian. Rombongan si pengemis tua Ciu Thong Han itu tiba di kota Soan hoa dan malam itu juga mereka langsung mendatangi markas Kay pang sehingga mereka mengetahui bahwa Tan Hong Lan berdua Kiang Cun Gee sedang mengejar orang orang Hong bie pang, dan mereka segera menyusul untuk memberikan bantuan.

Maka dengan demikian, malam itu didalam markas Kay pang cabang kota Soan hoa diadakan suatu perjamuan khusus untuk menyambut kedatangan si pengemis tua Cu Thong Han, dan pada kesempatan itu pula pemuda Pouw Keng Thian menanyakan perihal dara Soh Sim Lan oleh karena dia teringat dengan pertemuannya, akan tetapi tidak melihat adanya Kanglam liehiap Soh Sim Lan dikota Soan hoa.

Dara Tan Hong Lan kelihatan jadi kaget sampai kemudian dia menjadi merasa cemas. Khawatir kalau kalau temannya itu mendapat bencana ditengah perjalanan setelah dia mengetahui dari adik seperguruannya bahwa Soh Sim Lan sedang diikuti oleh orang orang yang kelihatannya mencurigakan.

Namun demikian, perhatian dara Tan Hong Lan pada waktu itu harus dia utamakan terhadap urusan orang orang Hong bie pang; dan pada kesempatan itu pula sedang direncanakan hendak melakukan penyerangan terhadap markas Hong bie pang cabang kota Soan hoa, untuk melumpuhkan kegiatan pihak Hong bie pang mengirim dara dara cantik yang mereka kirim ke pulau Hay ciu.

Akan tetapi, atas sarannya Wie Keng Siang; maka untuk melakukan penyerangan terhadap markas orang orang Hong bie pang ditunda sampai datangnya Coa Giok Seng berdua dara Oey Sin Cu, yang sedang mengundang Leng In Liang yang bermusuhan dengan Bhok leng siangjin. Dan selama beberapa hari menunggu kedatangan rombongan pemuda Coa Giok Seng, maka pihak orang orang Hong bie pang telah beberapa kali melakukan penyerangan terhadap markas Kay pang, namun selalu mereka dapat dibikin kucar kacir karena pihak Kay pang telah melakukan penjagaan yang ketat.

Adalah petang hari itu, Coa Giok Seng berdua dara Oey Sin Cu kembali dengan membawa tamu yang mereka undang, yakni Lang In Liang berdua muridnya, pemuda Su Bun Liong.

Usia Leng In Liang ternyata sudah 5o tahun lebih sedikit. Lebih muda dari pangcu Dywa Sin Hok dan Wie Keng Siang, dia berpakaian semacam seorang penduduk desa, tidak mirip seperti seorang guru silat, bertubuh kokoh kuat dan berdada bidang.

Malam harinya, sekali lagi di markas Kay pang diadakan perjamuan makan, untuk menyambut kedatangan para tamu itu, sambil mereka mengatur siasat buat melakukan penyerangan terhadap markas Hong bie pang.

Akhirnya ditentukan bahwa esok pagi mereka akan melakukan penyerangan, dengan dara Oey Sin Cu yang akan bertindak selaku penunjuk jalan, sebab dara ini merupakan satu satunya orang yang mengetahui seluk beluk letak markas orang orang Hong bie pang sementara Coa Giok Seng mau memimpin saudara-saudara seperguruannya untuk mengambil jalan air lewat perkampungan tempat tinggal pamannya Oey Sin Cu, sebab mereka diharuskan mendatangi dermaga dan merusak perahu-perahu milik orang orang Hong bie pang, untuk mencegah mereka melarikan diri.

Sudah tentu Ma Tay Him menjadi sangat gusar, ketika pada esok paginya dia mengetahui markasnya telah diserang oleh pihak musuh. Dalam keadaan gugup dia memerintahkan semua orang orang untuk melakukan pertahanan dan perlawanan; sampai kemudian dia harus ikut mengamuk dan berhadapan dengan Wie Keng Siang.

Leng In Liang berdua muridnya mencari Bhok leng siangjin ditengah kekacauan pertempuran itu, namun sia-sia usaha mereka, sampai kemudian mereka mendapat tahu dari orang orang Hong bie pang, bahwa Bhok leng siangjin berdua Hong bie niocu sudah meninggalkan markas Hong bie pang cabang kota Soan hoa, tanpa diketahui kemana tujuan mereka !

Dilain bagian kelihatan dua bersaudara Boe Hong Kin dan Boe Hong Giap yang sedang bertempur seru melawan Kam Cong Hin, sampai kemudian dua bersaudara itu berhasil membinasakan musuh mereka sejak mereka masih berada diwilayah utara.

Sementara itu Coa Giok Seng bersama Kiang Cun Gee, Soen Bian Hee dan Pouw Keng Thian, memakai dua perahu kecil mendatangi dermaga tempat orang orang Hong bie pang.

Ke empat pemuda itu tidak sukar melumpuhkan para penjaga, sampai mereka berhasil merusak bahkan membakar perahu perahu milik orang orang Hong bie pang; untuk kemudian mereka menjatuhkan diri dengan rekan rekan mereka yang sedang bertempur.

Si beruang raksasa Ma Tay Him berteriak seperti guntur ketika melihat banyaknya musuh musuh yang melakukan penyerangan, dan banyaknya orang orang Hong bie pang yang berguguran. Dia mengamuk sampai Wie Keng Siang setengah tobat menghadapi si beruang raksasa itu, dan waktu itu muncul rombongan Coa Giok Seng yang ikut bantu mengepung, sehingga si beruang raksasa mati dengan sepasang mata mendelik.

Markas Hong bie pang cabang kota Soan hoa kemudian dibakar habis oleh kelompok orang orang gagah yang melakukan penyerangan itu. Setelah dua hari lamanya mereka berkumpul di markas Kay pang cabang kota Soan hoa, maka akhirnya Leng In Liang mengajak muridnya buat pamitan, sedangkan dara Tan Hong Lan mengajak semua rombongannya buat berangkat menuju kota San hay koan buat bertemu dan berkumpul dengan Kanglam liehiap Soh Sim Lan sesuai dengan rencana dara yang perkasa dari wilayah utara itu, yang hendak mendukung Pangeran Gin Lun Hoat ong, sedangkan pemuda Pouw Keng Thian berjanji akan menyusul setelah dia menyambangi makam keluarganya serta melakukan balas dendam terhadap Hong bie kauwcu berdua Hong bie niocu suami isteri, yang pada saat itu belum diketahui berada dimana.

Seorang diri Pouw Keng Thian melakukan perjalanan, hendak menyambangi makam ayah dan ibunya; sekalian mencari keterangan perihal tempat kediaman Hong bie kauwcu berdua Hong bie niocu.

Disatu pagi hari yang sejuk hawanya, selagi ayam ayam jantan sedang perdengarkan suaranya dan matahari baru saja perlihatkan ujudnya, maka Pouw Keng Thian tiba diperbatasan luar desa Pek kee chung, yang letaknya tidak terpisah jauh dengan gunung Pek hong san yang tinggi menjulang keangkasa, meskipun tak setinggi gunung Tiang pek san, sedangkan didesa Pek kee chung banyak terdapat tanaman pohon pohon Pek.

Ada dua orang pemuda yang juga menjadi penghuni diperkampungan itu, yang seorang bernama Ciu San Bin, berumur duapuluh tahun, mahir ilmu silatnya dan gagah kelihatannya; sedangkan yang seorang lagi bernama Lim Seng Hong, umur tiada berbeda banyak dengan Ciu San Bin, juga mahir ilmu silatnya, juga tampan mukanya; sehingga diperkampungan itu mereka berdua merupakan pemuda idaman anak anak perawan.

Akan tetapi, dua pemuda bersahabat itu akhir-akhir ini sering kelihatan bertengkar, melulu sebab mereka sedang berlomba hendak merebut kasih sayang seorang dara manja yang bernama Lie Sin Lan.

Maka untuk yang kesekian kalinya, disuatu senja yang indah sepasang insan remaja kelihatan sedang asyik memadu kasih, meminjam tempat disuatu pojok yang sunyi tetapi dengan pemandangan alam, dihias dengan sinar lembahyung merah mengambang di angkasa serta irama hembusan angin pegunungan yang menyegarkan.

Dua insan anak manusia yang sedang asyik memadu kasih itu adalah pemuda Lim Seng Hong dengan dara Lie Sin Lan.

Keduanya masih asyik memupuk cinta, ketika tiba tiba mereka dikejutkan dengan bentak suara Ciu San Bin yang muncul tanpa mereka harapkan.

"Bedebah Lim Seng Hong, jangan kau coba coba menyentuh atau merayu Lan moay. Dia adalah milikku.......!" bentak pemuda Ciu San Bin yang kelihatan marah marah karena merasa cemburu.

Saking kagetnya, maka dara Lie Sin Lan melepaskan diri dari pelukan pemuda yang menyintai dia, sementara dengan geram karena merasa diganggu, maka pemuda Lim Seng Hong balas memaki :

"Justru kau yang harus mengetahui bahwa lan moay adalah kekasihku, dan kau tidak berhak mengakui dia sebagai milikmu ....!” demikian Lim Seng Hong balas memaki, dan dia kini sudah berdiri berhadapan dengan pemuda saingannya.

Wajah muka pemuda Ciu San Bin jelas kelihatan marah, akan tetapi sempat sekilas dia melirik kearah tempat dara Lie Sin Lan berdiri, dan dilihatnya dara pujaannya itu sedang bersenyum menatap dia, sehingga dengan tiba tiba saja tangan kiri Ciu San Bin bergerak menyerang pemuda saingannya, menyerang dengan ilmu pukulan tangan kosong Bu tong ciang hoat, oleh karena dia merupakan salah seorang murid dari golongan Bu tong-pay.

Meskipun dia sedang terkejut karena tidak menduga bakal diserang, namun dengan tangkas Lim Seng Hong sempat menghindar, bergerak dengan ilmu 'mi po Iian hoat' (mundur berantai), sebab dilihatnya pemuda saingannya menyerang dia dengan tiga pukulan yang saling susul.

"Ciu San Bin, apakah kau sudah pikir baik-baik tindakanmu ini ... ?” tanya Seng Hong dengan nada suara mengejek.

“BEDEBAH penyerobot pacar orang. !” sahut Ciu San

Bin bertambah marah; dan dia mengulang serangannya dengan gerak tipu 'beng-eng coan-in’ atau burung garuda terbang menembus angkasa.

Lim Seng Hong tertawa mengejek sambil dia bergerak menyamping, membiarkan kepalan lawan lewat disisinya; lalu dengan gerak tipu 'pek ho liang cie' (bango putih mementang sayap), maka sebelah tangannya membentang berusaha hendak menangkap lengan lawannya.

"Bagus !” seru Ciu San Bin yang dengan tangkas telah

membalik telapak tangannya, dan telapak tangan itu lalu menyambar leher lawannya sebelum kena dipegang. Geraknya itu adalah memakai jurus dari 'beng tek hian to' atau Beng tek persembahan golok, yang dia paksakan dan gunakan dalam ilmu silat tangan kosong!

Posting Komentar