Merah muka dara Oey Sin Cu karena pemuda Oey Cin Eng memakai istilah moay-moay dihadapan Coa Giok Seng. Sejenak dara itu ikut melirik kearah Coa Giok Seng, dan Oey Sin Cu berkata kepada Oey Cin Eng:
"Oey heng, kita tidak bermusuhan, dari itu aku harap kau membiarkan kami lewat ..."
"Hmmm, dengan melihat kau sebagai kekasihku, maka tidak keberatan membiarkan dia pergi. Akan tetapi kau harus ikut dengan aku ..." sahut Oey Cin Eng; tetap mengejek nada suaranya, sementara dengan 'dia’ sudah tentu dimaksud Coa Giok Seng dan jawabnya itu sudah pasti membikin dara Oey Sin Cu menjadi marah.
“Oey Cin Eng, jangan kau terlalu menghina .. !" seru Oey Sin Cu; sambil dia bergegas hendak menghunus pedangnya namun dia dicegah oleh pemuda Coa Giok Seng.
"Moay-moay, biarkan aku yang menghadapi dia .." demikian kata Coa Giok Seng; tetap dengan sikap yang tenang.
"Ha ha ha ! bagus kalau kau mempunyai keberanian buat menghadapi aku " terdengar kata Oey Cin Eng mengejek:
lalu dia mendahului lompat turun dari atas kudanya, karena Coa Giok Seng kelihatan masih tetap duduk tenang diatas kudanya.
"Hati hati, dia adalah muridnya Bhok leng siang jin.." kata dara Oey Sin Cu dengan suara perlahan, waktu dia melihat Coa Giok Seng turun dari atas kudanya, sambil menyiapkan goloknya.
Pemuda Oey Cin Eng perdengarkan lagi suara mengejek, karena dia cukup mendengar perkataan dara Oey Sin Cu. Kemudian dengan layak menghina, maka Oey Cin Eng mulai melakukan penyerangan kepada Coa Giok Seng, menikam memakai pedangnya yang mengarah bagian dada dengan gerak tipu 'gin yan touw lim' atau burung walet menerobos kedalam hutan.
Coa Giok Seng menduga lawannya hanya menggertak, dari itu dia tidak menangkis atau berkelit mundur, sebaliknya dia bersiap dengan waspada, menunggu sampai ujung pedang datang dekat, setelah itu dengan gesit dia geraki tubuhnya memutar sehingga dari bagian samping dia dapat maju, menyusul goloknya disabetkan dari bagian bawah kearah atas, untuk menabas bagian lengan lawannya.
Oey Cin Eng menjadi sangat terkejut. Itulah serangan balasan yang sangat dahsyat, sehingga dengan cepat dia harus lompat mundur. Ketika dia memutar tubuhnya, dilihatnya pemuda lawannya tidak mengejar dia sebab Coa Giok Seng hanya berdiri diam mengawasi dengan perlihatkan muka mengejek. "Bagaimana? apakah kita sudahi pertempuran ini ...?” tanya Coa Giok Seng, dingin nada suaranya sedangkan sikapnya kelihatan tenang menantang.
Pemuda Oey Cin Eng tadi merasa sangat terkejut, sebab penyerangan lawannya sangat cepat dan gesit, akan tetapi kemudian dia menganggap bahwa lawannya itu telah memperoleh kesempatan secara tidak disengaja maka tanpa mengucap apa apa, Oey Cin Eng mengulang serangannya, lompat menerkam sambil pedangnya membabat kearah pundak. Akan tetapi ketika serangan itu gagal tidak mencapai sasaran maka dia menyusul dengan sebuah tikaman kebagian dada.
Sekali ini Coa Giok Seng berkelit waktu serangan pertama tadi datang, akan tetapi waktu tikaman kedua menyusul maka dia menangkis, sehingga kedua senjata mereka saling bentur, mengakibatkan pedangnya Oey Cin Eng terpental menyamping dan menggunakan kesempatan itu maka Coa Giok Seng melakukan serangan balasan, menyerang dengan menggunakan kepelan tangan kirinya.
Oey Cin Eng bergegas berkelit, akan tetapi angin pukulannya itu segera perdengarkan suara mendesir, membikin dia menyadari bahwa Coa Giok Seng memiliki tenaga yang besar. Sekarang dia insaf bahwa pemuda lawannya benar-benar tidak boleh dipandang ringan; disamping dia merasa malu terhadap dara Oey Sin Cu, oleh karena dihadapan dara binal itu sebenarnya dia ingin perlihatkan kebolehannya.
Dengan merobah cara bertempur, maka pemuda Oey Cin Eng beberapa kali melakukan penyerangan secara hebat; sehingga untuk beberapa saat kelihatan Coa Giok Seng bagaikan sibuk harus berkelit menghindar, sampai kemudian Coa Giok Seng mengeluarkan ilmu pat sian to atau ilmu golok-delapan dewa.
Melihat lawannya menggunakan ilmu pat-sian to; maka Oey Cin Eng tertawa didalam hatinya. Tertawa mengejek karena dia kenal ilmu silat itu, yang pernah dia belajar sebab berasal dari ilmu 'pat-sian-kiam' atau ilmu pedang delapan dewa. Akan tetapi setelah lewat beberapa jurus, maka pemuda Oey Cin Eng menjadi heran.
Ilmu "pat-sian to" dari Coa Giok Seng ternyata sangat luar biasa. Sering menyeleweng dari keharusan, karena terlihat dari jurus jurus yang bertentangan. Beberapa kali terjadi Oey Cin Eng menangkis dibagian sebelah kiri karena menganggap arah serangan menuju kebagian sebelah kiri, namun ternyata arah serangan golok Coa Giok Seng secara mendadak pindah kearah bagian sebelah kanan sehingga Oey Cin Eng harus bergegas menyingkir secara tergesa gesa, mengakibatkan dia menjadi gelisah dan gugup. Lalu disaat saat berikutnya kelihatan dia sudah bermandi keringat serta napasnya jadi memburu.
Lagi beberapa jurus Oey Cin Eng bertahan meskipun keadaannya bertambah menjadi gugup, sampai disuatu saat dia bersuara mengaduh karena dua kali dia terkena tikaman golok; sehingga dua kali dia terjatuh membikin bajunya jadi kotor kena debu bercampur keringat dan darah.
Dipihak Coa Giok Seng, pemuda ini tidak memberikan kesempatan bagi lawannya melarikan diri. Dia bertekad hendak membinasakan Oey Cin Eng setelah dia mengetahui pemuda itu menjadi muridnya Bhok leng siangjin agar dengan demikian dia akan mengurangi tenaga dipihak musuh.
Sementara itu, dara Oey Sin Cu saksikan pertempuran itu dengan muka kelihatan kagum. Mula pertama dia melihat Coa Giok Seng seperti kena dikurung oleh pedangnya Oey Cin Eng, sehingga dia menjadi cemas karena menganggap pemuda idaman hatinya terancam bahaya, akan tetapi ketika kemudian dia melihat Coa Giok Seng berhasil mendesak Oey Cin Eng, sampai muridnya Bhok leng siangjin tewas dengan perut robek terkena goloknya Coa Giok Seng.
"Mari kita lekas pergi,” ajak dara Oey Sin Cu yang kelihatan jadi gelisah; dan pemuda Coa Giok Seng bagaikan terpaksa mengikuti, mengingat tugas mereka adalah sedang mencari tenaga bantuan.
Setelah sepasang insan muda itu jauh meninggalkan tempat bekas pertempuran itu, maka ada beberapa orang yang sedang berlalu-lintas, yang menemui mayat pemuda Oey Cin Eng yang tewas dengan perut robek, dan orang- orang yang menyaksikan mayat pemuda itu kemudian menjadi bertambah banyak sampai disaat berikutnya ada dua orang petugas dari Hong bie pang yang lalu mengangkut mayat pemuda itu.
Sudah tentu Bhok leng siangjin menjadi sangat gusar ketika mengetahui muridnya tewas tanpa diketahui siapa pembunuhnya. Juga Ma Tay Him dan Hong bie niocu Lie Bie Nio menjadi sangat gusar, dan mereka serentak menduga sebagai perbuatan pihak musuh yang sedang berada didalam markas Kay pang cabang kota Soan hoa. Pada mulanya Hong bie niocu Lie Bie Nio hendak langsung memerintahkan melakukan penyerangan terhadap markas Kay pang itu, akan tetapi Bhok leng siangjin melarang, mengatakan bahwa orang orang Kay pang untuk sementara tidak boleh diganggu, disamping Bhok leng siangjin bersama Lie Bie Nio harus secepatnya meninggalkan kota Soan hoa karena mereka menghadapi lain pekerjaan yang lebih penting.
Akhirnya Bhok leng siangjin mengatur siasat, memerintahkan orang orang Hong bie-pang memancing pihak musuh keluar dari markas Kay pang, untuk kemudian mereka dibinasakan dan mayat mayat mereka akan dibuang ditengah laut.
-x )X( x-
MALAM ITU ada empat bayangan hitam yang kelihatan lompat memasuki markas Kay pang cabang kota Soan hoa, sampai kemudian ke empat bayangan hitam itu naik keatas genteng; namun kedatangan mereka cepat diketahui dan dihadang oleh pemuda Kiang Cun Gee yang mendapat giliran jaga.
Segera si mahasiswa berbaju putih Kiang Cun Gee dilibat di dalam suatu pertempuran melawan ke empat bayangan hitam itu yang ternyata merupakan orang-orang Hong bie pang, yang semuanya memakai pakaian serba ringkas warna hitam.
Orang orang Kay pang yang cepat mengetahui adanya pertempuran itu, serentak mereka berkumpul diri memasang api obor juga sibiang pengemis Dywa Sin Hok dan Tan Hong Lan ikut keluar kecuali Wie Keng Siang yang memerlukan menjaga pemuda Soen Bian Hee yang masih menderita akibat luka kena senjata mengandung bisa racun. Disaat pertempuran itu masih berlangsung, secara tiba- tiba dara Tan Hong Lan melihat adanya empat bayangan lainnya yang hendak menerobos kebagian belakang dari markas Kay pang itu, dan dara yang tangkas ini cepat cepat lompat mengejar sampai kemudian ikut dilibat dalam suatu pertempuran, sementara si biang pengemis Dywa Sin Hok kelihatannya bingung sukar buat dia memutuskan apakah dia akan bantu bertempur ataukah dia tetap menjaga jaga, kalau kalau akan datang lagi rombongan pihak penyerang.
Akan tetapi, oleh karena siasat orang orang Hong bie pang memang hendak memancing pihak lawan meninggalkan markas Kay pang, maka keempat orang yang mengepung Kiang Cun Gee secara mendadak memisah diri lalu mereka sengaja melakukan serangan terhadap orang orang Kay pang yang sedang berkumpul dibagian bawah, dan setelah itu mereka lalu kabur dengan melepaskan berbagai macam senjata rahasia, mengakibatkan beberapa orang Kay pang yang terluka, sehingga pemuda Kiang Cun Gee melakukan pengejaran.
Dilain pihak, orang Hong bie pang yang sedang mengepung dara Tan Hong Lan segera ikut bergegas melarikan diri, namun seorang diantaranya berhasil dilukai oleh Tan Hong Lan, dan sesaat sebelum dara perkasa itu turut melakukan pengejaran, maka terlebih dahulu ia memesan kepada si biang pengemis Dywa Sin Hok untuk tetap berlaku siap siaga, setelah itu baru dia menyusul kearah larinya orang orang yang telah mendahului dia.
Cukup jauh dara Tan Hong Lan harus melakukan pengejaran, sampai dilain saat dia melihat Si mahasiswa Kiang Cun Gee sedang dikepung oleh 6 orang musuh; sedangkan orang orang Kay pang yang ikut melakukan pengejaran, ternyata semuanya sudah kena dibinasakan, oleh karena pihak orang-orang Hong-bie pang banyak yang umpatkan diri dan melakukan penyerangan memakai senjata rahasia!
Segera Tan Hong Lan menerjang orang orang Hong bie pang yang sedang mengepung adik seperguruannya, dan Kiang Cun Gee lalu berkata:
"Suci, hati hati dengan pihak musuh yang umpatkan diri; mereka menyerang memakai senjata rahasia, .. "
Dara Tan Hong Lan perdengarkan suara mengejek, lalu sambil dia menghindar dari suatu serangan yang ditujukan kepadanya; dan pada detik berikutnya dara yang perkasa ini berhasil melukai musuh itu.
Sisa musuh yang mengepung sepasang saudara seperguruan itu masih ada lima orang, namun pada saat berikutnya pihak musuh itu bertambah sampai belasan orang banyaknya, dan mereka serentak mengurung Tan Hong Lan berdua Kiang Cun Gee; memaksa sepasang muda mudi itu mengamuk memperlihatkan kemampuan mereka.
Selagi kedua saudara seperguruan itu dikepung oleh pihak orang orang Hong bie pang, maka diluar dugaan datang bantuan bagi sepasang muda mudi itu yang berupa si pengemis tua Ciu Thong Han, yang datang bersama sama pemuda Tio Tiang Cun, Cie Keng Hong, Pouw Keng Thian dan dua bersaudara Boe Hong Kin serta Boe Hong Giap.