Pendekar Bunga Cinta Chapter 76

NIC

Soen Bian Hee berhasil menolong diri dari ancaman maut tadi, akan tetapi pemuda itu lupa bahwa dia berhadapan dengan seorang musuh yang ganas, yang tidak menghiraukan meskipun dia sudah tidak bersenjata, karena si golok maut Pui San Kwie langsung mengulang serangannya, menikam bagian perut.

Menghadapi ancaman dari musuh yang ganas itu, Soen Bian Hee memakai kedua tangannya dengan maksud hendak merebut golok lawannya. Dia berhasil memegang lengan kanan lawan yang memegang golok, namun golok itu berhasil pula melukai lengan kiri Soen Bian Hee.

Dengan mengerahkan sisa tenaga yang masih ada, Soen Bian Hee mematahkan tulang lengan lawannya, sehingga golok itu terlepas dari pegangannya; sementara luka pada lengan Soen Bian Hee juga telah mengeluarkan darah hitam karena reaksi bisa racun!

Si golok maut Pui San Kwie lompat mundur dengan menahan rasa sakit pada lengannya yang patah, sedangkan Soen Bian Hee melangkah dengan sempoyongan karena kepalanya terasa pusing akibat bisa racun yang cepat menjalar didalam tubuhnya.

Dengan demikian, kesudahan dari pertarungan antara kedua orang itu telah mengakibatkan kedua duanya menderita luka. Pui San Kwie patah tulang lengan kirinya, sedangkan Soen Bian Hee terkena golok yang mengandung bisa racun, yang memungkinkan dia tewas sekiranya tidak mendapat obat yang bisa mengalahkan racun itu.

Pemuda Kiang Cun Gee yang waktu itu memakai pakaian sebagai seorang mahasiswa muda berbaju putih, segera mendekati Soen Bian Hee untuk menuntun mengajak masuk kedalam kamar; sementara dara Tan Hong Lan telah memberikan petunjuk untuk Kiang Cun Gee memberikan obat dan menolong Soen Bian Hee.

Kedua orang dipihak utusan Hong bie pang menyerang dara Tan Hong Lan sebagai gadis itu memberikan petunjuk kepada Kiang Cun Gee menolong Soen Bian Hee.

Si biang pengemis Dywa Sin Hok berdua Wie Keng Siang tergerak hendak merintang, namun keduanya justru dirintangi oleh dua orang Hong bie pang yang lainnya, membikin Dywa Sin Hok dan Wie Keng Siang tidak berdaya membantu dara Tan Hong Lan. Akan tetapi, dara Tan Hong Lan ternyata bukan merupakan lawan yang ringan; meskipun gadis itu dikepung oleh dua orang musuh.

Kedua orang musuh yang menyerang dara Tan hong Lan benar benar menjadi sangat terkejut, karena ketangkasan gadis itu yang sangat diluar dugaan mereka. Dalam waktu yang cukup singkat, kedua pengepung itu mulai terdesak, sehingga mereka lebih banyak hanya mampu membela diri, tanpa mereka mendapat kesempatan buat melakukan penyerangan.

Berlainan dengan ke empat saudara seperguruannya, dara Tan Hong Lan bersenjata sebatang pedang; disesuaikan dengan kedudukannya sebagai seorang perempuan, sehingga dengan memakai senjata pedang, maka gerak tubuh dara perkasa itu menjadi sangat lincah dan gesit. Dengan gerak tipu 'peng see lok gan' atau burung belibis turun dipasir, disuatu saat pedang Tan Hong Lan bergerak dari arah atas kebagian bawah, bagaikan hendak membelah tubuh salah seorang lawannya; dan pada waktu pedangnya kena ditangkis, maka dengan mengikuti arah terdorongnya pedang itu, maka Tan Hong Lan mencari sasaran pada lawan yang seorang lagi menikam dengan gerak tipu 'burung bangau mementang sayap'.

Sangat cepat gerak serangan dara Tan Hong Lan itu, dan hebat hasilnya karena dia berhasil membuntungi sebelah lengan lawannya; sehingga lengan kanan lawan itu putus dan senjata lawan itu jatuh perdengarkan bunyi suara yang nyaring.

Tan Hong Lan tidak berlaku kejam untuk mengulang serangannya, karena dilihatnya musuh yang sudah tidak berdaya itu lompat keluar kancah pertempuran, sementara rekannya mendekati dan memberikan pertolongan tanpa diganggu oleh Tan Hong Lan dan dara yang perkasa itu justru mengawasi pertempuran pihak Dywa Sin Hok berdua Wie Keng Siang.

Waktu itu Tan Hong Lan melihat bahwa Wie Keng Siang sedang didesak oleh lawannya, akan tetapi disaat dara yang perkasa itu hendak menggantikan bertempur, maka tiba-tiba terdengar suara seseorang yang berkata dengan suara keras bagaikan suara guntur.

"Orang-orang yang tidak berguna, ternyata kalian telah menyimpang dari perintah yang kalian terima . , .. "

Semua yang mendengar perkataan itu menjadi terkejut, bahkan yang sedang bertempur sampai memisah diri, menunda gerak mereka.

Orang yang membentak itu ternyata adalah seorang imam yang bermuka garang, yang umurnya sudah lebih dari lima puluh tahun, bertubuh tinggi besar dan membekal alat pengebut.

Imam itu berdiri diluar kancah pertempuran, didampingi oleh dua orang laki laki bermuka hitam yang usianya tidak banyak berbeda dengan si imam, dan kedua laki laki yang mendampingi itu juga memiliki muka yang garang.

Suatu hal yang sangat mengherankan bagi pihak Dywa Sin Hok, kedatangan si imam itu tidak diketahui oleh mereka, sedangkan dari pihak penjaga atau pengawal tidak ada seorang pun yang memberikan laporan.

Di pihak utusan orang orang Hong bie pang semuanya kelihatan pucat mukanya waktu melihat si imam bertiga. Mereka serentak memberi hormat kepada si imam bertiga, setelah itu mereka berdiri didekat kawan kawan mereka yang terluka.

“Dywa pangcu kami atas nama Hong bie pang mengucapkan maaf, bila mana tindakan bawahan kami telah berlaku kurang ajar ..." kata si imam dengan nada suara yang penuh wibawa.

Sejenak masih Dywa Sin Hok mengawasi si imam dengan hati penuh pertanyaan, lalu dia melangkah mendekati memberi hormat dan berkata:

"Kejadian tadi adalah karena salah mengerti dari kedua pihak, siapakah nama totiang kalau aku boleh mengetahui

... ?"

Imam itu tertawa. Suaranya tetap cukup besar dan bernada mengejek, setelah itu baru dia berkata:

“Dywa pangcu, bagiku nama adalah tidak berarti. Nanti saja pada pertemuan berikutnya, kau akan mengetahui namaku..." Sehabis mengucap demikian, maka si imam mengajak semua utusan Hong bie pang meninggalkan markas Kay pang.

Baik cara kedatangannya maupun cara kepergiannya, rombongan si imam itu berlaku tidak memandang mata dengan pihak Kay pang; namun demikian pihak Dywa Sin Hok yakin bahwa si imam memiliki ilmu yang tinggi oleh karena kedatangannya tentu melalui jalan atas rumah mengakibatkan tidak ada para penjaga yang mengetahui.

Sementara itu, dara Tan Hong Lan kemudian menyusul Kiang Cun Gee yang sedang memberikan pengobatan terhadap Soen Bian Hee.

Luka pada lengan Soen Bian Hee memang hanya berupa suatu garis lurus bekas terkena mata golok, akan tetapi luka itu dengan cepat sekali telah berobah menjadi suatu garis hitam yang membengkak; sedangkan bisa racun didalam tubuh Soen Bian Hee terus menjalar. Jikalau bisa racun itu terus menjalar sampai kebagian jantung, sudah tentu Soen Bian Hee akan tewas tidak dapat ditolong lagi. Dari itu Kiang Cun Gee telah bersusah payah, mengerahkan seluruh tenaga dalamnya buat mengusir bisa racun, sampai dia berhasil mengeluarkan darah hitam dari bagian luka Soen Bian Hee.

Dilain pihak Wie Keng Siang sedang memikirkan perihal si imam tadi, sampai kemudian dia teringat dengan nama Bhok leng siangjin, seorang tokoh Kun lun pay yang telah diusir karena menodai nama golongan Kun lun.

Sedangkan Tio Kang Hok kemudian juga teringat dengan seorang koksu atau guru agama pihak Hong bie pang yang terkenal sakti, sehingga dia menduga bahwa Bhok leng siangjin pasti adalah guru agama yang dimaksud; terbukti dia telah ditakuti oleh segenap utusan pihak Hong bie pang tadi.

Teringat dengan maksud kedatangan utusan orang-orang Hong bie pang tadi, maka Wie Keng Siang agak terhibur, oleh karena mengetahui bahwa Coa Giok Seng sudah berhasil kabur dari tahanan pihak Hong bie pang, sementara perihal larinya dara Oey Sin Cu tidak dihiraukan oleh Wie Keng Siang.

Tentang kekuatan pihak Hong bie pang cabang kota Soan hoa, jelas menjadi semakin bertambah kuat karena adanya guru agama Bhok leng siang-jin serta banyaknya tokoh tokoh golongan hitam yang biasa merajalela di wilayah utara.

Petang hari itu juga Tio Kang Ho bersama muridnya terpaksa harus meninggalkan kota Soan hoa sebab mereka masih mempunyai urusan diperbatasan kota Siang yang. Akan tetapi, sebelum guru dan murid itu meninggalkan kota Soan hoa, sempat mereka memberitahukan tentang pertemuan mereka dengan pemuda Pouw Keng Thian, yang katanya hendak menyambangi makam orang tuanya untuk kemudian hendak menuntut balas terhadap Hong bie kauwcu berdua Hong bie niocu.

Dipihak si biang pengemis Dywa Sin Hok, dia kelihatan sibuk dan memikirkan daya untuk menghadapi pihak Hong bie pang, oleh karena dia yakin bahwa saat pihak Hong bie pang akan melakukan penyerangan yang menentukan, terbukti dengan kata kata Bhok leng siangjin tentang pertemuan berikutnya.

Posting Komentar