Pendekar Bunga Cinta Chapter 69

NIC

Hampir semalam suntuk Coa Giok Seng tidak dapat pulas tertidur, memikirkan perempuan cantik yang melakukan penyerangan tadi. Dia yakin bahwa perempuan itu merupakan anggota Hong bie pang, seperti yang pernah dia diberitahukan oleh almarhum Ong Sin Kian.

Esok paginya Wie Keng Siang datang mengunjungi Coa Giok Seng ditempat penginapan, dan keduanya kemudian keluar meninggalkan tempat penginapan itu.

Ditengah perjalanan Coa Giok Seng menceriterakan tentang peristiwa semalam, bahwa dia didatangi oleh seorang perempuan yang dia duga adalah anggota Hong bie pang. Juga perihal dia menerima sekeranjang buah buah yang mengandung racun, dan si pengirim memakai nama Dywa Sin Hok dari Kay pang.

Sudah tentu Wie Keng Siang ikut menjadi gusar waktu dia mendengar kejadian itu, akan tetapi sebelum dia sempat mengucap sesuatu; maka Coa Giok Seng mendahului berkata dengan suara perlahan :

"Harap susiok jangan melihat kearah belakang, sebab aku sempat melihat bahwa perempuan yang semalam sedang mengikuti kita," demikian kata Coa Giok Seng dengan suara perlahan; namun cukup didengar oleh Wie Keng Siang.

"Tindakan apa yang sebaiknya kita lakukan ?” tanya Wie Keng Siang; juga dengan suara perlahan dan tidak menghentikan langkah kakinya. Sejenak Coa Giok Seng diam berpikir, setelah itu baru dia berkata :

"Kita pancing dia sampai mendekati markas Kay pang, lalu kita tangkap dan kita paksa dia bicara tentang Hong bie pang."

"Dengan demikian, secara terang-terangan kita melibatkan pihak Kay pang didalam permusuhan dengan pihak Hong bie pang .." sahut Wie Keng Siang; yang agaknya tidak menyetujui niat Coa Giok Seng.

"Tanpa kita lakukan hal itu, apakah susiok anggap pihak Hong bie pang tidak memusuhi Kay pang? aku bahkan mencurigai bahwa mereka sedang menunggu perintah dari atasan mereka untuk melakukan penyerangan terhadap pihak Kay pang; dan dengan adanya perbuatan mereka yang berani memakai nama Dywa pangcu waktu mengirimkan buah buah untuk aku, itu sudah merupakan suatu bukti bahwa mereka tidak memandang mata terhadap pihak Kay pang , ,” sahut Coa Giok Seng; membikin Wie Keng Siang tidak lagi membantah.

Letak bangunan markas Kay pang cabang kota Soan hoa merupakan suatu bangunan tua yang terpencil didaerah yang cukup sunyi. Waktu sudah mendekati tempat itu, maka mendadak Coa Giok Seng lompat kebagian belakang lalu dengan suatu gerakan yang saling susul pesat dan ringan, maka dalam waktu sekejap Coa Giok Seng sudah berdiri saling berhadapan dengan dara cantik yang semalam mendatangi dia dirumah penginapan; dan yang sekarang sedang mengikuti dia.

Dara cantik itu sangat terpesona dengan gerak yang amat lincah dan ringan dari Coa Giok Seng. Sejenak dia mengawasi pemuda yang sedang berdiri dan bersenyum bagaikan sedang mengejek; lalu secepat kilat dara cantik itu mencabut pedangnya, dan melakukan serangkaian serangan secara membabi buta, namun dengan tenang dan tetap perlihatkan senyumnya, Coa Giok Seng sempat menghindar dari berbagai serangan dara cantik yang galak itu, sampai kemudian Coa Giok Seng juga menyiapkan goloknya; dan dengan sekali menyontek, pemuda ini berhasil melontarkan pedang dara cantik itu, sampai jauh terlempar lepas dari pegangannya.

"Siapa kau dan apa perlunya kau mengikuti aku. ?”

tanya Coa Giok Seng; sementara dara cantik itu kelihatan tidak berdaya dibawah ancaman golok pemuda itu.

"Silahkan kalau kau hendak membunuh aku..” geram dara cantik itu dengan muka mengejek.

"Aku tidak perlu membunuh kau kalau kau mau bicara

.." kata lagi Coa Giok Seng.

"Aku tidak mau bicara !” sahut dara cantik itu dengan

suara ketus.

"Bagus. Sekarang berputarlah dan kita memasuki markas Kay pang ...!" perintah Coa Giok Seng dengan nada suara yang berobah jadi bengis.

Perlahan dara cantik itu bergerak memutar tubuh, dan Coa Giok Seng menggunakan kesempatan itu hendak memungut pedang dara cantik itu yang terjatuh tadi; akan tetapi sebelum pemuda itu sempat melakukan niatnya, maka secepat kilat dara cantik itu menerkam dan menendang tangan Coa Giok Seng yang memegang golok.

Golok Coa Giok Seng terlempar lepas dari pegangan pemuda itu, namun Coa Giok Seng berhasil menarik lengan dara cantik itu yang hendak dia putar; akan tetapi dara cantik itu sekarang tidak gugup dan ternyata dia memiliki tenaga yang besar, bahkan licik dan berbahaya, sebab dengan kalap dia menghantam pemuda lawannya dengan lututnya sementara tangan kirinya hendak mencakar muka Coa Giok Seng.

Rambut dara cantik yang sedang mengamuk itu terurai lepas kebagian mukanya, yang menyeringai merah karena kemarahannya; dan dia berhasil melepas diri dari pegangan. Coa Giok Seng berhasil mengait kaki dara cantik itu; membikin dara cantik itu jatuh terguling.

Dengan gaya yang lincah dan gesit, gadis itu cepat cepat bangun berdiri, sementara di tangan kanannya kelihatan dia memegang sebatang pisau belati.

Tanpa menghiraukan lagi adanya pisau belati yang dipegang oleh dara cantik itu, maka secara tiba tiba Coa Giok Seng lompat menerkam, membikin keduanya rubuh terguling dan terlibat dalam suatu pergumulan yang cukup seru, sampai disaat berikutnya dengan susah payah Coa Giok Seng berhasil merampas pisau belati itu, akan tetapi dara cantik itu sempat memukul bagian leher pemuda itu sampai terasa kejang.

Dara cantik itu kemudian menerjang lawannya yang dia hantam memakai lututnya, lalu dia berusaha hendak melarikan diri, namun Coa Giok Seng berhasil memeluk pinggang dara cantik itu, dan keduanya berguling lagi sampai mendekati tempat Wie Keng Siang berdiri, sementara orang tua itu bagaikan patung berdiri diam; seperti bingung atau terpesona.

Sekali lagi dara cantik itu berontak dan berhasil melepas diri; dan dia bahkan sempat lari sampai kedekat tembok halaman markas Kay pang. Akan tetapi Coa Giok Seng berhasil lagi menangkapnya, bahkan berhasil menjepit tubuh dara cantik itu yang dia tekan sehingga punggungnya menempel dengan tembok halaman markas Kay pang itu, dan sekali ini tindakan Coa Giok Seng bagaikan tidak mengenal belas kasihan, meskipun dara cantik itu sudah menggeliat karena sukar bernapas, sampai akhirnya dara cantik itu rubuh pingsan tidak berdaya.

Tanpa menghiraukan sesuatu Coa Giok Seng cepat cepat memanggul tubuh dara cantik itu memasuki markas Kay pang; diikuti Wie Keng Siang yarg sudah memungut golok Coa Giok Seng dan pedang dara cantik yang liar itu !

Sementara itu, para anggota Kay pang yang memang mendapat perintah dari ketua mereka untuk menghindar dari pihak Hong bie pang, sejak tadi mereka tidak perlihatkan diri waktu terjadi perkelahian antara Coa Giok Seng dengan dara cantik itu, dan mereka segera menutup pintu setelah Coa Giok Seng dan Wie Keng Siang memasuki markas mereka.

Coa Giok Seng kemudian menyerahkan orang tawanannya kepada Dywa Sin Hok, sementara dia memasuki ruangan belakang untuk membersihkan muka dan pakaiannya, yang penuh debu bekas pergumulan tadi. Niatnya dia akan berusaha mencari keterangan mengenai Hong bie pang melalui orang tawanannya; akan tetapi begitu dia keluar lagi dan memasuki ruang tamu, maka dilihatnya ada dua orang laki laki sebagai utusan pihak Hong bie pang yang sedang bicara dengan Dywa Sin Hok dan Wie Keng Siang.

Dua orang utusan dari Hong bie pang itu kelihatan bertubuh agak pendek penuh otot. Pakaian mereka merupakan seragam serba-hitam dengan masing-masing membekal senjata golok, sementara mata mereka bersinar kaku dan dingin; menandakan mereka sangat tidak memandang mata terhadap pihak Kay pang. Coa Giok Seng memasuki ruang tamu itu dan Wie Keng Siang mengawasi sambil dia mengerling, sementara Dywa Sin Hok duduk menghadapi kedua utusan Hong bie pang itu. Kelihatan wajah mukanya kumal menahan marah.

Kedua utusan dari Hong bie pang itu berdiri waktu mereka melihat masuknya Coa Giok Seng. Salah seorang dari mereka lalu berkata :

"Coa siaohiap, ketua kami dari Hong bie pang mengundang kau ..."

Coa Giok Seng tidak segera menjawab orang itu. Dia diam mengawasi dengan sepasang sinar mata menyala, sementara temannya orang itu lalu menambahkan bicara:

"Kau harus berangkat sekarang juga, berikut rekan kami yang kau tawan .. ,!"

Coa Giok Seng mengalihkan pandangan matanya mengawasi kedua orang yang sedang bicara itu, lalu dengan nada suara tegas dia berkata :

"Bagaimana kalau aku menolak .. ,"

"Kehendak ketua kami harus dipenuhi perintahnya harus dipatuhi ...!" sahut orang itu dengan perlihatkan muka mengejek.

“Tidak. Kalau Ma Tay Him hendak bertemu dengan aku, silahkan dia datang ketempat aku menginap ... !" sahut Coa Giok Seng, juga dengan suara menghina.

Orang pertama yang tadi bicara dengan Coa Giok Seng meraba gagang golok dipinggangnya; dan Coa Giok Seng yang sempat melihat, dengan tenang dan tetap dengan sinar mata yang menyala dia mendekati orang itu lalu secara tiba- tiba dia menampar muka orang itu memakai sebelah tangannya. Suatu perbuatan yang dia lakukan sebagai tanda bahwa dia tidak memandang mata orang itu, bahkan juga terhadap Ma Tay Him !

"Penghinaan ini tak akan aku lupakan ... ,!" desis orang itu sambil dia meraba mukanya; "... tetapi kami mematuhi perintah dan kami menganggap kau sebagai seorang pengecut jika kau menolak undangan itu ...!”

"Baik, aku akan ikut kalian dan aku ingin melihat apa yang Ma Tay Him hendaki dari aku ... !" sahut Coa Giok Seng yang pantang dianggap sebagai seorang pengecut.

Wie Keng Siang ingin mencegah kehendak Coa Giok Seng, akan tetapi pemuda itu memberi aba-aba memakai sebelah tangannya.

"Rekan kami yang kau tawan harus dibawa....." kata utusan Hong bie pang yang kedua, karena melihat Coa Giok Seng sudah melangkah hendak segera berangkat.

"Dia tetap kami tahan sampai sesudah terjadi pertemuanku dengan Ma Tay Him .. !" sahut Coa Giok Seng dengan suara tegas, dan dia bahkan mendahului melangkah keluar dari ruang tamu itu.

Kedua utusan pihak Hong bie pang itu bagaikan terpaksa mengikuti Coa Giok Seng; sampai mereka keluar dari markas Kay pang, dimana segera Coa Giok Seng melihat terdapat tiga ekor kuda yang ditambat.

Coa Giok Seng menduga bahwa segala sesuatu yang baru terjadi itu, rupanya memang sudah diatur oleh pihak Hong bie pang. Adanya ketiga ekor kuda yang ditambat, jelas bahwa dara yang sedang dia tahan datang bersama- sama dengan kedua rekannya itu.

Markas Hong bie pang cabang kota Soan-hoa ternyata sangat jauh terpisah dengan letak tempat markas Kay pang, sebab sampai di sebelah barat perbatasan kota, berupa sebuah bangunan besar dan lama, dengan bagian belakang membentang sebuah laut yang sangat lebar, jadi bukan dirumah Ma Tay Him yang dulu dan yang sudah diketahui oleh Coa Giok Seng.

Dua orang utusan Hong bie pang yang membawa Coa Giok Seng mengajak pemuda itu memasuki ruang tamu yang besar dan luas, dimana mereka menunggu cukup lama; sementara seorang petugas lain memberitahukan kedatangan mereka kepada Ma Tay Him.

Ruang tamu itu sangat luas dan banyak terdapat buku- buku, disamping banyaknya hiasan-hiasan dinding serta berbagai macam barang peninggalan kuno, yang semuanya merupakan barang barang yang amat mahal harganya.

Lewat beberapa saat si petugas yang tadi memberitahukan kedatangan mereka, kembali memasuki ruangan tamu itu, dan mengajak Coa Giok Seng memasuki ruangan lain; meninggalkan kedua utusan yang semula membawa pemuda itu.

Posting Komentar