"Dan, siapakah Goei Han Seng ...?” Tio Tiang Cun menanya lagi; padahal dia penasaran karena pedangnya tidak mencapai hasil bahkan lawannya hampir berhasil merobek perutnya, waktu lawan itu menghindar sambil menunduk sementara golok musuh itu menyerang hendak merobek perut Tio Tiang Cun.
"Goei Han Seng adalah Goei Han Seng, Ketua ... eh, kurang ajar ....!" Lie Sian Nio batal meneruskan perkataannya yang hendak menjelaskan tentang Goei Han Seng; sebaliknya dia memaki seorang musuh, karena secara diluar dugaan tangan kiri musuh itu bergerak hendak memegang bagian dada Lie Sian Nio. Membarengi suara makiannya itu, pedang dara Lie Sian Nio bergerak cepat, menabas tangan musuh itu sehingga musuh itu kehilangan sebelah tangannya, dan lompat mundur sambil perdengarkan pekik suara mengerikan; lalu dia rubuh pingsan diluar kancah pertempuran.
"Ketua apa ...?" Tio Tiang Cun mendesak mengajukan pertanyaan kepada kekasihnya; akan tetapi dia berteriak marah waktu pundak kirinya kena tikaman ujung tombak musuh sedangkan pundak yang kena tikaman itu, justeru tepat pada bekas luka dia terkena sebatang piao dulu; yang baru mengering karena pengaruh obat yang dia gunakan. Untung bagi Tio Tiang Cun, tombak musuh itu tidak menikam dalam, sebab dia berhasil balas menikam, membarengi gerak musuh itu sehingga musuh itu mendahului Tio Tiang Cun berpulang lagi kealam baqa.
"Eh, suko; kau terluka ... !" seru dara Lie Sian Nio yang kelihatan merasa cemas; karena melihat darah mulai mengalir keluar dari lukanya Tio Tiang Cun. Akan tetapi dara itu harus cepat-cepat menghindar dari suatu serangan musuh, bahkan sebelah kakinya sempat menendang musuh lain; dan nasib jelek diperoleh musuh itu, sebab dia terjerumus mendekati seorang kawannya yang sedang menabas batang leher Tio Tiang Cun, sehingga musuh itu yang kena tendangan tadi, jadi mewakilkan Tio Tiang Cun, membiarkan kepalanya putus terkena tabasan golok kawannya.
"Biarin, cuma sedikit, tetapi kau belum menjawab pertanyaanku..." sahut Tio Tiang Cun; sementara pedangnya berhasil membinasakan musuh yang tadi membinasakan kawannya sendiri, dan musuh itu tewas karena dia sedang terpesona bagaikan patung akibat perbuatannya tadi yang tidak disengaja telah membunuh kawannya sendiri. "Pertanyaan apa ..?” balik tanya dara Lie Sian Nio, sebab dia lupa pertanyaan apa dari kekasihnya yang belum dia jawab. Akan tetapi dara perkasa itu hampir saja tak sempat melengkapi perkataannya, sebab dia harus cepat cepat menghindar dari serangan tiga batang panah tangan kecil, tetapi amat berbahaya sebab mengandung bisa racun; dan si pelepas panah tangan mengandung bisa racun itu adalah seorang laki laki muda bernama Cong Keng Bun, murid Leng hoat tay su, seorang pendeta gadungan yang terkenal sakti dan yang berasal dari gunung Hong san !
Malang bagi dara Lie Sian Nio, karena waktu habis lompat menghindar atau berkelit; sebelah kakinya tersandung mayat seorang musuh sehingga dia tergelincir hampir terjatuh, namun sempat dia merangkul pinggang kekasihnya sehingga tidak terjadi dia terjatuh.
"Kurang ajar..!" Tio Tiang Cun memaki; karena sempat melihat orang yang menyerang kekasihnya memakai senjata gelap sementara tangan kirinya meraup beberapa batang jarum jarum 'Pek kong ciam', sehingga pada detik itu juga Cong Keng Bun rubuh terguIing, tewas dengan muka berobah menjadi biru !
"Suko, kau gunakan lagi jarum jarum terkutuk itu... !" Lie Sian Nio menjadi geram dan melepaskan rangkulannya pada pinggang kekasihnya; dan pada sepasang matanya mengandung sinar kebencian sehingga dara itu tidak menghiraukan adanya ancaman serangan seorang musuh terhadap dirinya.
Tio Tiang Cun menangkis tikaman musuh yang mengarah kekasihnya, setelah itu baru dia berkata :
"Tetapi dia yang mulai. Aku tidak melanggar sumpahku
....!" Dalam hati dara Lie Sian Nio mengakui bahwa kekasihnya tidak bersalah. Semangatnya bangkit lagi dan pedangnya menikam ke bagian bagian belakang tanpa dia memutar tubuh dan pedangnya itu membenam ditubuh seorang lawan, membikin lawan itu tewas seketika; namun sempat menyemburkan darah yang menodai pakaian dara Lie Sian Nio, disaat tangan kiri dara Lie Sian Nio memegang sarung pedang, sempat menangkis golok seorang musuh lain, dan pedangnya yang tajam itu lalu menyudahi gerak berikutnya sehingga musuh itu tak berdaya untuk menghindar dari maut.
"Lie moay, kau belum menjawab pertanyaanku. " Tio
Tiang Cun yang bicara lagi dan didalam hati dia merasa bangga melihat kekasihnya yang bertambah tangkas.
"Pertanyaan yang mana....?” dara Lie Sian Nio ganti bertanya; sementara pikirannya lebih condong memikirkan masa Ialu waktu Tio Tiang Cun mengucap sumpah, tidak akan menggunakan lagi jarum-jarum maut 'pek kong ciam', kalau dia tidak lebih dahulu diserang memakai senjata rahasia.
"Pertanyaan tentang Goei Han Seng ” ulang Tio Tiang
Cun, sementara pedangnya berhasil merampas daun telinga lawannya, sampai lawan itu lari terbirit-birit dan terkencing- kencing sebab menduga kepalanya telah melayang hilang !
“Oh ... !" dara Lie Sian Nio berseru kaget; sebab dilihatnya dalam waktu sekejap pihak musuh pada melarikan diri secara simpang siur, akibat amukan seorang mahasiswa muda berbaju putih yang datang secara mendadak, namun tepat disaat musuh sedang mengancam nyawa Goei Han Siang yang mendapat lawan berat, berupa lelaki yang bernama Bun Houw atau yang memimpin rombongan para pengepung itu. Si mahasiswa berbaju putih yang perkasa itu tidak memberi kesempatan pada Tio Tiang Cun maupun dara Lie Sian Nio mengucap sesuatu perkataan; sebab si mahasiswa itu telah mengajak ketiga muda mudi itu cepat-cepat meninggalkan bekas tempat pertempuran, dan dia bahkan mendahului lari mendaki gunung Tong kiong-san, mengambil jalan memutar untuk kemudian tiba dirumah almarhum Lie Kong Cin.
Pada mulanya Tio Tiang Cun merasa heran mengapa si mahasiswa muda berbaju putih itu harus memilih jalan memutar untuk mencapai rumah almarhum Lie Kong Cin; akan tetapi kemudian dia menyadari bahwa si mahasiswa muda itu sengaja hendak menyesatkan pihak musuh sekiranya pihak lawan mencari jejak mereka.
Dilain pihak, agaknya Goei Han Siang sudah kenal dengan si mahasiswa muda berbaju putih; juga dara Lie Sian Nio sudah kenal oleh karena dara ini justeru yang memperkenalkan kekasihnya, sehingga Tio Tiang Cun mengetahui bahwa si mahasiswa muda berbaju putih itu bernama Kiang Cun Gee, yang menjadi kakak seperguruan dari Pouw Keng Thian.
Setelah memperkenalkan kekasihnya dengan si mahasiswa muda berbaju putih itu, maka dara Lie Sian Nio masuk ke bagian dalam, dan keluar lagi dengan membawakan sekedar hidangan berupa arak dan penganan kering.
Dengan demikian, maka ternyata bahwa rumah almarhum Lie Kong Cin tidak kosong: akan tetapi ada penghuninya.
Namun sengaja diatur sedemikian rupa seolah-olah rumah itu sudah kosong tidak dirawat. Setelah terjadi pertemuan itu, maka mulai jelas bagi pemuda Tio Tiang Cun bahwa Goei Han Seng dan Goei Han Siang merupakan anak kembar dari keluarga hartawan Goei Teng Kok.
Usianya Goei Han Seng hanya dua jam lebih tua dari Goei Han Siang, dan keduanya memiliki wajah muka dan potongan tubuh yang sama; hanya watak dan sifat mereka yang amat berlainan.
Sejak kecil Goei Han Seng dan Goei Han Siang sudah mendapat didikan ilmu silat dan ilmu surat; sampai kemudian Goei Han Seng banyak merantau sedangkan Goei Han Siang lebih senang bergaul dengan masyarakat setempat, tanpa memandang kedudukan kaya maupun miskin; dan Goai Han Siang kemudian terpikat dengan dara Lie Sian Nio, akan tetapi pemuda itu dapat menyesuaikan diri waktu diberitahukan bahwa Lie Sian Nio sudah bertunangan.
Berdasarkan pergaulannya yang erat antara Goei Han Siang dengan dara Lie Sian Nio dan Lie Kong Cin; maka terjadi Goei Han Siang mendapat tambahan pelajaran ilmu silat dari Lie Kong Cin, dan Goei Han Siang menganggap orang tua itu sebagai guru dan memperlakukan dara Lie Sian Nio sebagai seorang adik seperguruan.
Adapun mengenai Goei San Hok yang pernah dikenal oleh Tio Tiang Cun, dan yang kemudian tewas bersama- sama isterinya; sebenarnya adalah merupakan kakak misan dari Goei Han Siang. Akan tetapi oleh karena adanya pertikaian urusan keluarga, maka suami isteri Goei San Hok sudah tidak diakui lagi sebagai keponakan dari hartawan Goei Teng Kok, namun diluar tahu ayahnya ternyata Goei Han Siang tetap akrab dengan kakak misannya itu. Kemudian datang Goei Han Seng dari perantauan, dengan membawa sejumlah kawan kawan dari persekutuan Hong-bie pang. Dari kedatangan mereka justeru adalah hendak membentuk persekutuan Hong bie pang cabang dusun Tong kiong-tin dengan Goei Han Seng sebagai ketua.
Hartawan Goei Teng Kok yang tidak mengetahui perihal keganasan sepak terjang kaum Hong bie pang, tidak menentang kehendak puteranya itu; sebaliknya Goei Han Siang yang melihat gejala tidak baik telah berusaha menentang, namun berakibat dia dimusuhi oleh kakaknya, bahkan juga ayahnya kemudian ikut memusuhi dia.
Sementara itu dikalangan masyarakat dusun Tong kiong tin juga terjadi kegelisahan dan kecemasan, berhubung mereka menghadapi cara cara kekerasan dari pihak orang- orang Hong bie pang yang semakin hari menjadi bertambah ganas.
Goei Han Siang dan Goei San Hok berdamai hendak mengatasi keadaan, namun mereka tidak berdaya meskipun mereka telah menemui dan membincangkan keadaan itu bersama Lie Kong Cin; bahkan keadaan menjadi kian memburuk ketika hartawan Goei Teng Kok dan isterinya meninggal dunia akibat keracunan. Dalam hal ini sudah tentu Goei Han Siang mencurigai sebagai perbuatan kakaknya, sehingga terjadi pertengkaran antara mereka berdua, yang mengakibatkan keduanya bertempur; dan pihak Goei Han Seng dibantu dengan gerombolannya memaksa Goei Han Siang meninggalkan rumah orang tuanya.
Goei Han Siang membikin suatu rumah gubuk di atas gunung Tong Kiong san, dan di luar tahu kakaknya dia berhasil melarikan sejumlah besar harta almarhum ayahnya, berupa barang-barang permata dan uang emas. Dipihak Goei Han Seng, sudah tentu dia menjadi gusar waktu mengetahui hilangnya barang barang berharga itu, yang sebenarnya sangat dia butuhkan buat membeayai perkembangan Hong bie pang. Sejak saat itu maka Goei Han Seng selalu mengancam Goei Han Siang, dan Goei Han Siang pasti sudah dibinasakan, andaikata pihak Goei Han Seng sudah memperoleh harta warisan itu.
Kecurigaan Goei Han Seng kemudian dialihkan kepada Lie Kong Cin, karena Goei Han Seng menganggap adiknya sengaja menitipkan harta warisan itu kepada Lie Kong Cin. Dengan demikian, maka pada suatu hari Goei Han Seng mengajak sejumlah orang-orang Hong bie pang yang tinggi ilmunya untuk mendatangi rumah keluarga Lie Kong Cin, sehingga terjadi pertempuran yang mengakibatkan maut bagi Lie Kong Cin dan isterinya, sementara Lie Sian Nio terluka parah terkena senjata rahasia yang mengandung bisa racun, namun untung dapat dilarikan oleh Goei Han Siang yang datang tepat disaat dara itu terancam nyawanya.
Dipihak Goei Han Seng, sengaja dia tidak membinasakan adiknya sebelum dia berhasil menemukan harta yang dia cari. Dari itu dia biarkan adiknya melarikan diri bersama dara Lie Sian Nio, yang dia anggap menjadi kekasih adiknya.
Disaat dara Lie Sian Nio menderita karena lukanya, maka waktu itu Goei Han Siang bertemu dengan Kiang Cun Gee, si mahasiswa muda berbaju putih, dan Kiang Cun Gee menolong mengobati luka Lie Sian Nio, sambil dia mendengarkan kisah yang diceriterakan oleh Goei Han Siang, mengenai kegiatan Hong bie pang yang memang sudah dikenal oleh Kiang Cun Gee.
Kemudian diatur siasat seolah-olah dara Lie Sian Nio tewas karena luka terkena senjata rahasia yang mengandung bisa racun, dan dibuat tiga makam yang dicantumkan nama sebagai makam dari Lie Kong Cin sekeluarga sedangkan pada makam dara Lie Sian Nio digunakan sebagai tempat buat menyimpan harta warisan yang hendak direbut oleh pihak Goei Han Seng.
Ketiga muda mudi itu kemudian menempati rumah almarhum Lie Kong Cin, yang ternyata mempunyai ruang dibawah tanah yang tidak mudah diketahui orang; sedangkan Kiang Cun Gee kemudian memerintahkan seorang pengemis buta, melakukan penjalanan ke kota Tong kiong shia, mengambil tenaga bantuan dari pihak orang-orang Kay-pang, untuk selanjutnya mereka hendak membasmi persekutuan Hong bie pang cabang Tong kiong tin.
"Dengan adanya dia berwenang meminta bantuan dari orang-orang Kay pang, tentunya dia pernah memberikan jasa baik bagi persekutuan kita ..” tiba-tiba si pengemis tua Ciu Thong Han nyelak bicara, karena sesungguhnya dia merasa tertarik dengan kisahnya Tio Tiang Cun.
“Kiang toako merupakan buyut dari Kiang locianpwee yang dulu menjadi penasehat dari Kwee lo pangcu..” si pengemis muda Boe Hong Kin ikut bicara, mewakilkan Tio Tiang Cun buat memberikan penjelasan kepada Ciu Thong Han, sedangkan dengan "Kwee lo pangcu" yang dia maksud adalah Kwee Ceng dedengkot kaum Kay pang setelah Kwee Ceng menikah dengan Oey Yong.
Sementara itu si pengemis tua Ciu Thong Han juga menjadi teringat dengan cerita lain tentang sejarah orang orang gelandangan, dan dia kemudian menanya lagi;
"Lalu bagaimana selanjutnya dengan Goei Han Siang itu