(“suatu perbuatan biadab .....!") Tio Tiang Cun memaki didalam hati; dan terpaksa dia harus menggali liang untuk mengubur mayat sepasang suami istri itu, sementara didalam hatinya merasa bertambah banyak yang harus dia pikirkan, diantaranya siapakah sebenarnya Goei San Hok ? Apakah Goei San Hok dibunuh, karena telah menolong dan mengajak Tio Tiang Cun lari ?
Dan siapakah Goei Han Seng yang dikatakan sebagai 'orang atasan' itu ? Mengapa namanya mirip benar dengan nama Goei Han Siang ? Sekaligus tiga nama marga Goei yang telah dikenal oleh Tio Tiang Cun; yang dua sudah dia temui orangnya yakni Goei Han Siang dan Goei San Hok. Hanya Goei Han Seng yang belum dia temui orangnya ! Tetapi dimanakah tempatnya Goei Han Seng itu ? Apakah dirumah gedung besar dan mentereng itu ?
Menurut pendapat Tio Tiang Cun, dia yakin bahwa Goei Han Siang dan Goei Han Seng merupakan kakak beradik. Lalu apa kedudukan Goei San Hok didalam hubungan marga Goei itu?
Sukar rasanya buat Tio Tiang Cun membuka tabir rahasia dari berbagai peristiwa yang sedang dia hadapi. Dia beristirahat sebentar sehabis dia mengubur jenazah Goei San Hok dan isterinya; setelah itu dia meninggalkan rumah itu untuk dia kembali ke tempat penginapan.
Tepat seperti yang memang diduga oleh Tio Tiang Cun, didekat tempat dia menginap kelihatan dijaga oleh beberapa orang diantaranya dia kenali sebagai bekas lawan dia bertempur tadi.
Oleh karena merasa tidak ada gunanya untuk bertempur lagi melawan orang-orang itu, maka Tio Tiang Cun menghindar; dan melalui genteng dia memasuki kamarnya, dengan merusak daun jendela memakai pedangnya.
Didalam kamarnya itu Tio Tiang Cun mengemasi bungkusan bawaannya, setelah itu dia meninggalkan uang perak diatas meja; dan melalui jendela pula dia meninggalkan tempat penginapan itu.
Diantara kegelapan malam Tio Tiang Cun kemudian berlari-lari mendaki gunung Tong-kiong san, sampai kemudian dia tiba dan memasuki gubuknya Goei Han Siang.
Setelah memasang api pelita, maka Tio Tiang Cun sempat melihat seluruh isi gubuk Goei Han Siang; namun dia tidak menemui sesuatu yang mencurigai hatinya. Segala perabot yang terdapat didalam gubuk itu, merupakan barang-barang sederhana yang kebanyakan dibikin dari bahan kayu, termasuk tempat tidur yang juga dibikin dari bahan kayu. Kemudian Tio Tiang Cun memperhatikan pintu bekas dia tendang rusak, setelah itu dia tutup dan dia beristirahat diatas tempat tidur, sehingga dia pulas sampai hari esoknya.
Pagi harinya Tio Tiang Cun menyambangi lagi makam Lie Kong Cin sekeluarga. Di dekat kekasihnya, Tio Tiang Cun mengenangkan masa-masa lampau selagi mereka masih bersama-sama berada di wilayah utara, yang tentunya merupakan kenangan manis selama mereka saling memadu kasih.
Kemudian Tio Tiang Cun menyusuri gunung Tong kiong san hendak mencari sarapan pagi, dan secara kebenaran dia menemukan seorang penjual tudung caping yang lebar, sehingga dengan memakai tudung itu mukanya tidak mudah terlihat orang.
Tio Tiang Cun memilih sebuah tudung yang sesuai ukurannya buat dia. Sebelum dia membayar harga tudung itu, secara iseng dia menanya, kalau kalau orang itu kenal dengan nama Goei Han Seng.
Diluar dugaannya, begitu mendengar Tio Tiang Cun menyebut nama Goei Han Seng, maka si penjual tudung caping itu lari kabur, tanpa menghiraukan dia belum menerima uang !
Karena terpesona dengan kejadian itu, maka Tio Tiang Cun lupa mengejar. Sebaliknya lagi-lagi dia harus berpikir; namun menambah keyakinannya bahwa Goei Han Seng adalah sipenghuni rumah gedung yang mentereng, karena orang-orang sangat takut waktu Tio Tiang Cun menanyakan siapa si penghuni rumah gedung itu, sama seperti si penjual tudung yang menjadi ketakutan ketika dia menanyakan nama Goei Han Seng.
Jadi kalau menurut seperti keyakinan Tio Tiang Cu, maka Goei Han Seng adalah si pemilik rumah gedung yang mentereng itu; dan apa yang dikatakan sebagai orang atasan adalah Goei Han Seng itu.
Sambil terus berpikir, maka tanpa merasa Tio Tiang Cun telah mengikuti langkah kakinya dan mendatangi dusun Tong kiong tin, dimana dia lalu mencari sebuah kedai nasi yang kecil dan dia makan sekaligus sebagai sarapan pagi dan makan siang.
Selama menghadapi makanannya, Tio Tiang Cun tetap memakai tudungnya yang lebar, dan pemuda ini bergirang hati karena agaknya orang-orang tidak mengenali dia yang membikin keributan didepan rumah penginapan kemarin; secara demikian Tio Tiang Cun dapat menghindar dari gerombolannya Goei Han Seng.
Sehabis bersantap, maka Tio Tiang Cun lalu menuju ke arah tempat letak rumahnya Goei Han Seng; oleh karena Tio Tiang Cun hendak melakukan penyelidikan.
Didekat pintu rumah gedung yang besar dan mewah itu, Tio Tiang Cun melihat adanya empat orang penjaga. Oleh karena itu maka Tio Tiang Cun jalan terus dengan menundukkan kepala, lalu ketika dia mendapati dijalanan itu keadaannya sunyi serta tiada seseorang yang memperhatikan dia, maka dengan menggunakan ilmu 'pek- houw yu chong' (cecak merayap ditembok) dengan cepat Tio Tiang Cun merambat naik keatas tembok halaman rumah yang tinggi, lalu secara berhati-hati dia melihat kebagian dalam dari halaman rumah itu, dan waktu dia tidak melihat adanya seseorang, maka dengan tabahkan hati Tio Tiang Cun lompat turun untuk disaat berikutnya dia berada diatas pohon yang cukup lebat, untuk dia meneliti keadaan disekitar rumah gedung yang mentereng dan besar itu. ('memasuki sarang harimau, harus menangkap biang harimau ....') pikir Tio Tiang Cun didalam hati; sehingga dia memutuskan hendak menangkap Goei Han Seng supaya semua anak buahnya mati daya. Tetapi, dimanakah Goei Han Seng berada pada saat itu ?
Dibeberapa ruangan didalam rumah gedung itu, Tio Tiang Cun melihat adanya berbagai kesibukan yang dilakukan oleh beberapa orang lalu ada ruangan lain yang kelihatan sunyi. Oleh karena itu Tio Tiang Cun lompat turun dari atas pohon, dan dia berlari dengan waspada keruangan yang kelihatan sunyi itu.
Baru beberapa detik Tio Tiang Cun berada didalam ruangan itu, mendadak dia melihat adanya tiga orang yang sedang lari mendatangi sambil berteriak :
"Lekas tangkap, ada tawanan melarikan diri ...!"
Tio Tiang Cun terkejut dan heran, oleh karena menganggap orang-orang itu menyangka dia sebagai tawanan yang hendak melarikan diri. Dan pada saat itu Tio Tiang Cun tak sempat berpikir lama, sebab dengan suatu gerak yang cepat dia telah memanfaatkan pedangnya, sehingga dalam waktu sekejap dia berhasil membinasakan ketiga orang-orang yang berteriak dan mendekati itu.
Sebagai akibat dari suara teriakan ketiga orang tadi, maka ada lima orang rekan mereka yang kemudian memergoki Tio Tiang Cun, dan sekali ini Tio Tiang Cun tidak dapat dengan mudah membinasakan para pengepungnya, oleh karena kelima orang itu memiliki kepandaian silat yang lebih baik daripada yang tiga orang tadi.
Dengan menutup diri dan mengatur penyerangan bagaikan angin topan yang mengamuk; akhirnya Tio Tiang Cun merubuhkan dua orang dari kelima para pengepungnya; sementara yang tiga orang itu tetap melakukan perlawanan meskipun mereka harus terdesak mundur.
Belum lagi Tio Tiang Cun dapat mengalahkan musuh yang tiga orang itu, maka di ruangan itu telah bertambah dengan belasan musuh lain dipimpin oleh seorang pemuda yang cukup dikenal oleh Tio Tiang Cun dan yang sangat mengejutkan hatinya, sebab pemuda yang memimpin belasan orang itu ternyata adalah Goei Han Siang !
('kurang ajar ! Benar benar aku telah ditipu ...') Tio Tiang Cun memaki didalam hati; lalu dengan gerak tipu "harimau buas menerkam anak kelinci', maka tubuh Tio Tiang Cun melayang dan dia menyerang Goei Han Siang, namun ada tiga orang yang telah mewakili pemuda itu untuk menangkis serangan Tio Tiang Cun.
Dengan hati geram Tio Tiang Cun lakukan perlawanan yang dahsyat, hasrat hatinya ingin benar dia menyerang dan membikin Goei Han Siang tidak berdaya; akan tetapi rintangan yang dia hadapi ternyata bukan merupakan sembarangan perintang, sebab mereka merupakan lawan lawan berat yang tak mudah dikalahkan.
SELAGI Tio Tiang Cun mengamuk di tengah belasan para pengepungnya, maka di pihak musuh kembali datang tiga orang yang berlari-lari; namun kedatangan mereka ternyata bukan untuk bantu melakukan pengepungan, sebaliknya mereka membawa berita bahwa diruangan belakang telah terjadi sesuatu kebakaran, sedangkan si tawanan berhasil melarikan diri!
Tio Tiang Cun sempat mendengar berita yang baru dibawa oleh ketiga orang-orang itu. Didalam hati dia menyadari bahwa yang dikatakan "si tawanan" oleh pihak musuh, ternyata bukan dia. Akan tetapi pada saat itu Tio Tiang Cun tidak sempat berpikir tentang siapa gerangan si tawanan itu sebaliknya dia menjadi kecewa karena melihat Goei Han Siang meninggalkan tempat pertempuran itu, oleh karena agaknya Goei Han Siang lebih mementingkan untuk mengatasi bahaya kebakaran yang mengancam gedungnya itu.
Sementara itu Tio Tiang Cun menjadi sangat kecewa, sebab dia tidak mendapat kesempatan buat mengejar Goei Han Siang. Pihak pengepungnya telah melakukan penyerangan secara rapat sehingga dia bahkan merasa sukar buat menolong diri, dan kemungkinan dia justeru akan tertangkap dan dibinasakan oleh pihak musuh.
Di lain saat kelihatan Tio Tiang Cun merobah cara dia bertempur, oleh karena kelihatannya dia sudah tidak menghiraukan lagi keselamatan dirinya; sehingga seringkali dia melakukan serangan nekad selagi dia diserang, dan perbuatan nekadnya itu ternyata membawa hasil tiga orang yang dapat dia binasakan.
Namun demikian, cara bertempur yang nekad dari Tio Tiang Cun itu, sudah pasti tidak dapat berlangsung lama; sebab setiap detik dapat mengakibatkan tewasnya pemuda itu. Syukur bagi Tio Tiang Cun, disaat jiwanya sedang terancam, maka datang bantuan berupa seorang mahasiswa muda yang memakai pakaian serba putih serta dengan senjata istimewa yang berupa sebuah kipas dari bahan baja.
Gerak tubuh mahasiswa muda berbaju putih itu sangat lincah dan gesit. Dia melesat kian kemari dan dimana saja dia tiba, atau kapan saja dia mendekati salah seorang lawan yang sedang mengepung Tio Tiang Cun; maka sudah pasti lawan itu kena dirubuhkan tidak berdaya, entah karena kena tangan atau pun kena senjatanya yang istimewa itu ! "Lekas lari ... !" seru mahasiswa muda berbaju putih itu didekat Tio Tiang Cun.
Suaranya tegas mengandung wibawa, sehingga bagaikan orang yang terpengaruh maka Tio Tiang Cun patuh menurut, membuka jalan darah dengan dibantu oleh si mahasiswa muda berbaju putih itu; sehingga dalam waktu yang cukup singkat Tio Tiang Cun telah berhasil keluar dari rumah gedung yang membahayakan nyawanya itu.
Setelah berhasil melewati tembok halaman yang dia lompati; maka Tio Tiang Cun melarikan diri dengan dikejar oleh beberapa orang musuh. Tetapi ditengah kesibukan orang orang yang berlalu lintas, maka Tio Tiang Cun berhasil membebaskan diri dari para pengejarnya. Tetapi suatu hal yang disesalkan oleh pemuda itu adalah dia telah kehilangan si mahasiswa muda berbaju putih yang telah menolong dia.
Betapa pun halnya, Tio Tiang Cun tahu benar bahwa penolongnya setelah berhasil melepas diri dari kepungan musuh, bahkan pula keluar dari rumah gedung yang berbahaya itu. Tetapi si mahasiswa muda berbaju putih itu menghilang ditengah kesibukan lalu lintas di jalanan tadi, sehingga Tio Tiang Cun yakin bahwa penolongnya sengaja memisahkan diri.
Tetapi siapakah si mahasiswa muda berbaju putih itu? Kembali Tio Tiang Cun merasa ditimbuni dengan suatu pemikiran baru; sedangkan yang dia sudah pecahkan adalah perihal 'orang atasan' yang ternyata adalah Goei Han Siang, yang rupanya sengaja memakai dua nama !
Dan langkah kaki Tio Tiang Cun menuntun dia untuk mendaki gunung Tong kiong san, sehingga di lain saat dia telah memasuki gubuk Goei Han Siang, dimana dia beristirahat sambil memikirkan si mahasiswa muda berbaju putih yang tinggi ilmu silatnya, melebihi kepandaian yang dia miliki.
oooo)X(oooo
Mungkin karena sangat letihnya, atau mungkin juga terlalu banyak yang dipikirkannya; maka tanpa terasa Tio Tiang Cun pulas tertidur sampai hari melewati waktu lohor.
Waktu dia terbangun dari tidurnya, dia duduk termenung seorang diri, oleh karena dia baru saja bermimpi lagi bahwa dia telah kedatangan kekasihnya dengan tubuh penuh berlumuran darah !
Teringat dengan mimpinya itu, maka Tio Tiang Cun tinggalkan gubuk milik Goei Han Siang, untuk dia mendatangi makam Lie San Nio.
Akan tetapi didekat makam kekasihnya itu dia berdiri terpesona bagaikan suatu patung yang tidak bernyawa; sebab pada saat itu dia melihat kekasihnya sedang berdiri membelakangi dia atau dengan kata lain, Lie San Nio sedang mengawasi makamnya sendiri, dan makam itu kelihatan habis dibongkar seseorang; karena yang kelihatan hanya satu liang kosong !
Meskipun Tio Tiang Cun menjadi seorang pemuda yang mahir ilmu silatnya, namun pada saat dia sedang memikir tentang kemungkinan dia menghadapi hantu kekasihnya, maka terasa bulu kuduknya bangun berdiri, lalu bagaikan tanpa terasa dia menyapa dengan suara perlahan :
"Lie-moay ?”
Tio Tiang Cun terkejut sendiri karena mendengar dia menyebut nama panggilan yang biasanya dia gunakan buat kekasihnya, dan pemuda itu menjadi lebih terkejut lagi sebab melihat hantu kekasihnya itu memutar tubuh; mengawasi dia dengan sinar mata hampa, disertai dengan air mata yang membasah.
Kemudian dilihat pula oleh Tio Tiang Cun, bahwa secara mendadak hantu kekasihnya berlari mendekati dia; lalu menerkam dan merangkul lehernya !
('mati aku ... !') teriak Tio Tiang Cun didalam hati; namun dia benar-benar tak kuasa lari karena saat itu dia bagaikan sedang kehilangan tenaga.