Pedang Ular Merah Chapter 15

NIC

Ting Kwan Ek dan Ouw.Tang Sin cepat menyeret bangkai ketiga anjing itu dan melemparkannya keluar ruangan. Pada saat ituv terdengarlah suara ketawa bergelak dari luar dan muncullah seorang hwesio yang gemuk dan bundar.

"Ha, ha, ha I Para piauwsu dari Pek-eng Piauwkiok! Kalian semua hanyalah anjing-anjing kaki dua yang pengecut dan nasib kalian takkan jauh bedanya dengan tiga ekor anjing kaki empat itu, Ha, ha, ha!" Dengan tenang dan enaknya, hwesio gendut itu memasuki pekarangan depan lalu berjalan melenggang ke ruang depan menghampiri tuan rumah yang sudah siap dan berdiri dengan senjata di tangan itu.

"Hm, yang datang bukankah Ban Im Hosiang ketua dari Thiau-te Sam-kui?" Tanya Lo Beng Tat sambil menenangkan hatinya yang berdebar.

"Harap kau suka memandang mukaku, kalau mantuku Ouw Tang Sin telah melakukan pelanggaran, aku sanggup mintakan maaf!"

Hwesio itu tertawa lagi bergelak-gelak,

"Lo Beng Tat, kau seorang kepala rampok telah menyerahkan anakmu kepada seorang piauwsu, hal ini sudah amat ganjil dan menunjukan bahwa kau bukan seorang yang dapat dipercaya! Mana ada harimau yang mengawinkan anaknya pada seekor ular yang menjadi musuhnya? Aku tidak mau memandang muka seorang yang tak berharga seperti kau! Pula Pek-eng Piauw-kiok telah menghina Thian-te Sam-kui, maka hari ini harus hancur dan musnahl"

"Hwesio keparat!" Lo Beng Tat yang berwatak kasar itu memaki marah.

"Siapa takut padamu? Kau telah memilih jalan Kematianmu." Sambil berkata demikian Lo Beng Tat memberi tanda dengan tangan kanan dengan mengacungkan goloknya itu kepada Ban Im Hosiang. Pada saat itu terdengarlah bunyi "srr srr!!" susul menyusul dari atas genteng karena enam orang di sebelah kiri dan enam orang di sebelah kanan telah melepaskan anak panah ke arah tubuh yang gendut dari Ban Im Hosiang itu. Hwesio ini terkejut juga, akan tetapi benar-benar mengagumkan gerakannya yang amat tenang dan cepat. Biarpun tubuhnya dan sudah terancam oleh belasan batang anak panah itu, ia masih berlaku sigap sekali.

Dengan seruan keras ia mengenjot kakinya dan tubuhnya mumbul bagaikan sebuah balon karet tertiup angin, kemudian ia menarik kedua kakinya ke atas sehingga lututnya menempel pada perutnya dan kedua tangannya yang tertutup oleh lengan baju yang lebar dan panjang digerakkan sedemikian rupa sehingga dua potong lebihan kain itu merupakan segulung sinar putih yang melindungi seluruh tubuhnya.

Lo Beng Tat dan yang lain lain melihat dengan mata terbelalak betapa semua anak panah itu runtuh ke atas lantai ketika terkena sambatan gulungan sinar itu. Lo Beng Tat terkejut cekali dan dengan hati kecut ia melihat hwesio iiu telah turun kembali sambil tertawa bergelak-gelak,

"Ha, ha, ha! Lo Beng Tat, perampok rendah, Kau tidak malu mempergunakan akal pengecut"

"Hujani anak panah " teriak Lo Beng Tat ke atas, akan tetapi tidak ada anak panah lagi yang melayang turun, sebaliknya mereka lalu mendengar ribut ribut di atas genteng. Tak lama kemudian, nampak tubuh orang dilemparkan dari atas dan ketika tubuh orang-orang itu jatuh berdebuk di atas lantai, ternyata bahwa mereka ini adalah para piauwsu yang tadi membokong dan atas, dalam keadaan tidak bernyawa pula! Dua belas orang piauwsu itu semuanya telah ditewaskan dan kini mayat mereka bertumpuk-tumpuk di depan Lo Beng Tat!

Bukan main kagetnya semua orang menyaksikan pemandangan yang mengerikan ini dan ketika terdengar suara tertawa mengejek dari atas, maka nampaklah berkelebat bayangan Ban Hwa Yong melompat dari atas genteng sebelah kiri dan bayangan Ban Yang Tojin dari genteng sebelah kanan. Ternyata bahwa kedua oranc inilah yang telah menewaskan para piauwsu tadi. Kini Thian-te Sam kui ketiga iblis itu, lengkap ketiga tiganya telah hadir di situ! Ban Yang Tojin dengan senjatanya tombak berujung bintang di tangan, sedangkan Ban Hwa Yong dengan sepasang senjatanya yang melengkung ujungnya seperti kaitan. Bahkan Ban Im Hosiang sambil tertawa besar juga sudah mengeluarkan senjatanya yang hebat, yakni sebatang pedang perak yang berkilau saking tajamnya.

Merasa bahwa tidak ada gunanya untuk bercakap pula dengan tiga orang musuh yang datang dengan nafsu memburuh ini. Ting piauwsu lalu bersetu keras dan melompat maju, menyerang dengan goloknya. Juga Ouw piauwsu, Lu Kim Bwe, Lo Houw, dan Lo Beng Tat cepat pula maju mengeroyok tiga orang lawan itu.

"Suheng, jangan dirusak bunga indah ini!" Ban Hwa Yong tertawa berkata kepada koedua suhengnya, kemudian manusia cabul ini lalu menubruk maju menghadapi Lo Kim Bwe yang menyerangnya dengan sepasang goloknya. Sekali saja Ban Hwa Yong menangkis dengan sepasang senjatanya, kedua golok itu terlempar dari tangan Kim Bwe dan sebelum nyonya muda cantik ini sempat mengelak, Ban Hwa Yong telah mengulur tangan kirinya menangkapnya! Kim Bwe hendak melawan akan tetapi dengan gerakan yang cepat, Ban Hwa Yong sudah menotok pundak nyonya ini sehingga tubuh Kim Bwe menjadi lemas tidak berdaya lagi. Sambil tertawa bergolak Ban Hwa Yong lalu mengalihkan senjata di tangan kanan semua dan menggunakan tangan kiri nya untuk memeluk tubuh nyonya itu dan mengempitnya dengan cara yang kurang ajar sekali.

"Bangsat rendah lepaskan isteriku " Ouw Tang Sio maju menyerangnya dengan golok yang dimainkan secara hebat sekali.

Melihat gerakan ini, Ban Hwa Yong maklum bahwa ilmu golok Ouw piauwsu tak boleh dibuat permainan, maka dengan tangan kanan ia menangkis keras. Biarpun Ouw-piauwsu merasa betapa tangannya sampai tergetar karena tangkisan itu, namun ia masih dapat mempertahankan goloknya dan tidak sampai terlepas. Ia lalu menyerang lagi dengan hebat. Ban Hwa Yong sedang mengempit tubuh Kim Bwe, maka tentu saja gerakannya tidak leluasa lagi dan ia hanya dapat menggerakkan senjatanya menangkis.

"Twa-suheng, tolong bereskan dulu cacing ini " serunya sambil tertawa dan ketika Ban lm Hosiang menggerakkan pedangnya dari samping, Ouw Tang Sin cepat menangkis pedang yang bersinar terang ini.

"Trangl" golok di tangan Ouw Tang Sin terlepas ke atas lantai, bukan golok itu saja, bahkan jaga lengannya yang tadi memegang golok, telah terputus oleh pedang itu sebatas sikunya, Ouw Tang Sio menjerit ngeri dan pada saat itu, Ban Hwa Yong menyusulkan pula dengan serangan senjatanya dan terkaitlah perut Ouw-piauwsu oleh senjata itu. Sekali Ban Hwa Yong menarik tangannya, robeklah perut Ouw-piauwsu, tubuhnya roboh dan menggeletak dengan perut terbuka, tewas pada saat Itu juga.

Sementara itu, setelah menolong sutenya, Ban Im Hosiang dan Ban Yang Tojin mengamuk hebat dan tentu saja para lawannya yang berkepandaian jauh di bawah tingkat kepandaian mereka itu bagaikan rumput kering menghadapi api. Sebentar saja Ting Kwan Ek terguling mandi darah, demikian pula Lo Houw dan Lo Beng Tat. Belum sampai dua puluh jurus, seluruh isi rumah dan pemimpin Pek-eng Piauwkiok telah tewas semua, kecuali Kim Bwe yang masih dikempit oleh lengan kiri Ban Hwa Yong.

Tiga Iblis Bumi Langit ini lalu melakukan perampokan, mengambil semua barang berharga, bahkan lalu membunuh semua orang yang berada di dalam rumah itu! Celakalah nyonya Ting dengan anak-anakya, karena nyonya ini biarpun telah dibujuk oleh suaminya, tetap tidak mau meninggalkan rumah itu. Ketika Ban Hwa Yong melihat nyonya Ting, timbul pula pikiran jahatnya untuk menculik nyonya yang muda dan manis Ini, akan tetapi nyonya Ting melakukan perlawanan hebat sehingga ia lalu dibunuh berikut anak-anaknya yang masih kecil. Benar-benar musnah dan hancur lebur Pek-eng Piauwkiok, cocok dengan ancaman tiga orang Iblis jahat itu. Benar-benar mengerikan sekali! Tidak kurang dari dua puluh orang melayang nyawanya di dalam tangan Thian tu Sam-koi!

Sambil tertawa-tawa, rnembawa hasil rampokan dan menculik Kim Bwe, tiga orang manusia yang berhati iblis itu meninggalkan rumah itu dan dengan cepatnya melarikan diri keluar kota Hun-leng. Para tetangga yang mendengar teriakan-teriakan dan pertempuran itu, cepat menyembunyikan diri dan biarpun keadaannya sudah sunyi, mereka masih tidak berani keluar dari pintu .

Belum lama setelah ketiga orang iblis itu pergi, nampak bayangan yang ramping dan gesit melompat memasuki pekarangan Pek-eng Piauwkiok. Bayangan ini adalah Eng Eng yang hendak mengambil pakaiannya lebelum melanjutkan perjalanannya. Ia merasa heran melihat keadaan yang amat sunyi di sekitar rumah itu, dan ketika ia memasuki ruangan depan gadis ini berdiri terbelalak bagaikan patung. Ia melihat tumpukan tubuh manusia yang sudah menjadi mayat dan darah memenuhi ruangan itu! Ketika melpat para piauwsu, Lo Beng Tat, Lo Houw, dan Ouw Tang Sin menggeletak menjadi mayat hatinya tidak merasa apa paa, akan tetapi ketika ia melihat Ting Kwan Ek berada di situ pula rebah mandi darah dengan tangan kanan masih memegang goloknya bukan main kagetnya.

"Ting-twako........" serunya dan cepat

ia melompat ke dekat tuouh Ting piauwsu. dilihatnya Ting piauwsu membuka mata dan menggerak. gerakkan bibirnya.

"Ting-twako, siapa yang melakukan perbuatan ini?" tanya Eng Eng sambil berjongkok di dekat tubuh orang yang bernasib malang itu.

Ting Kwan Ek masih dapat menggerakkan bibirnya dengan amat lemah, dan akhirnya dapat juga bibir itu mengeluarkan kata kata yang perlahan sekail,

"Thian-te Sam-kui...!"

Posting Komentar