"Kelihatannya Ciau Kong Lee ini bukan seorang jahat," memikir pemuda kita. "Mungkin dulu dia telah berbuat salah tetapi sekarang ia sudah insaf dan menyesal. "
"Suhu!" tiba-tiba seru seorang murid.
"Oleh karena suhu berkeputusan tidak hendak lawan mereka," berkata murid ini dengan jawabannya, "marilah malam ini juga kita berangkat untuk menyingkirkan diri, sedikitnya untuk sementara waktu. "
"Mana dapat tindakan itu diambil?" berseru seorang murid yang lainnya. "Suhu kenamaan, apa mungkin kita jeri terhadap musuh?"
"Apa sih kenamaan atau tidak kenamaan?" kata Ciau Kong Lee, orang tua itu. "Sekarang ini aku tidak pikiri soal kenamaan lagi. Menyingkir juga tak dapat kita menyingkir untuk selama-lamanya. Maka besok pagi, kamu semua berangkat, aku akan berdiam sendirian disini, untuk layani mereka!"
Kedua murid itu menjadi sibuk.
"Aku suka temani suhu!" berseru mereka. "Apa?" berseru juga sang guru. "Selagi ancaman malapetaka mendatangi, kau tak suka dengar perkataanku?"
Dua murid itu tunduk, mereka bungkam.
"Pergilah, kamu bantui subo berkemas-kemas," Ciau Kong Lee menitah. "Juga lihat, kereta sudah siap atau belum."
"Baik suhu," sahut kedua murid, akan tetapi kaki mereka tidak bergerak. Mereka seperti terpaku disitu.
Ciau Kong Lee awasi mereka itu, ia menghela napas pula.
"Baik, kamu suruh semua berkumpul disini!" akhirnya guru ini.
Baru setelah titah ini, kedua murid itu bertindak keluar.
Sin Cie ajak Ceng Ceng segrea menyingkir kepojok yang gelap. Tapi justeru karena menyingkir kesitu , selagi pasang mata, mereka lihat dua tubuh sedang mendekam dipojok tembok sebelah barat. Sin Cie mengawasi, hingga samar- samar ia kenali tubuh seperti tubuhnya Ban Hong, sedang yang satunya lagi adalah satu tubuh langsing dengan baju merah, hingga ia pun kenali Hui Thian Mo-lie Sun Tiong Kun.
Jadi rupanya, setelah tadi menuju kebelakang, orang she Ban itu pergi sambut kawan perempuan itu.
Gemas Sin Cie apabila ia ingat ketelengasan si Hantu Wanita tadi, yang secara getas membabat kutung sebelah lengannya Lo Lip Jie. Orang Hoa San Pay tak selayaknya berbuat demikian bengis dan kejam. Maka mau ia memberi ajaran.
"Kau berdiam disini, aku larang kau bergerak!" pemuda ini pesan Ceng Ceng, dikuping siapa ia berbisik. Nona itu geraki tubuhnya, ia bersenyum. "Aku justru ingin bergerak..."katanya.
Sin Cie tidak menegur, ia malah bersenyum juga. Lantas ia menyelinap ditempat gelap itu, ia jalan mutar, hingga ia berada di sebelah belakangnya Ban Hong dan Sun Tiong Kun.
Dua pengintai itu sedang memasang mata kedalam kamar, perhatian mereka dipusatkan, hingga mereka tidak tahu orang membayangi mereka. Rupanya mereka tak curiga sedikit juga.
Sin Cie hunjukkan kegesitannya. Setelah datang dekat, dia lompat melesat kebelakang nona Sun itu, selagi lewat, tangannya diulur, akan menyambar pedang, sehingga pedang itu sekejab saja berpindah tangan tanpa si nona engah!
Ceng Ceng lihat kawannya kembali kepadanya, tapi kapan ia tampak kawan ini curi pedangnya Sun Tiong Kun, ia tidak puas.
"Kau simpan ini!" kata Sin Cie dengan pelahan seraya sodorkan pedang curian itu.
Melihat ini, Barulah Ceng Ceng girang. Ia lantas sambuti pedang itu. Kemudian berdua mereka mengintai pula di jendela.
Selama itu, hampir beruntun, datang dua-puluh orang lebih. Karena mereka terlihat tegas, kenyataan yang paling tua berusia kira-kira empat puluh dan yang termuda Baru belasan tahun. Tidak salah lagi, mereka adalah murid- muridnya Ciau Kong Lee ini. Sesampainya didalam kamar, semua murid itu beri hormat pada guru mereka, lantas mereka berdiam diri, tidak ada yang buka suara.