Pedang Kiri Pedang Kanan Chapter 77

NIC

"Hus, orang adalah tokoh kelas tinggi dunia persilatan, jangan sembarangan memaki!" damperat Ciamtay Cu-ih.

Terpaksa Ci-cun mengiakan dan tidak berani bersuara lagi.

Seketika Ciamtay Cu-ih tidak dapat meraba orang macam apakah pihak lawan.

Waktu ia berpaling, dilihatnya Thian-bun Tojin tenang2 saja seperti tidak mau tahu terhadap apa yang terjadi, Mendadak terpikir olehnya: "Ah, jangan2 orang itu berada di tengah orang banyak diruangan pendopo?" Segera ia mengajak Ci-cun ke ruangan besar, dilihatnya orang lagi ramai membicarakan kematian seorang murid Yan-san-pay dan seorang murid Tang-Wan.

Semua orang lantas bungkam demi nampak munculnya Ciantay Cu-ih.

Sorot mata Ciamtay Cu-ih yang tajam itu menyapu pandang wajah setiap orang.

Yang hadir disitu semuanya adalah jago angkatan muda, meski tidak banyak yang dikenalnya, tapi dari dandanan mereka hampir sebagian besar diketahuinya dari golongan atau aliran mana.

Ia menduga diantara jago angkatan muda ini pasti tiada yang memiliki tenaga dalam sekuat itu, apabila orang itu mencampurkan diri disini tentu akan kelihatan menyolok.

Se-konyong2 sorot matanya yang tajam berhenti pada diri satu orang.

Bentuk orang ini agak janggal dan memuakkan.

Entah sakit bisul atau sebab lain, mukanya tertempel beberapa potong koyok, punggungnya menonjol, jelas seorang bungkuk.

Mendadak Ciamtay Cu-ih teringat kepada satu orang, Ia terkejut.

Pikirnya: "Apakah mungkin dia" Konon orang ini mengasingkan diri jauh di utara yang dingin sana dan tidak pernah masuk ke Tionggoan, juga tiada sesuatu hubungan dengan Ngo-tay-lian-beng, mengapa dia bisa hadir di tempat Wi Kay-hou ini" Tapi kalau bukan dia, di dunia persilatan kan tiada orang bungkuk lain yang berbentuk seperti ini" Wah, jika betul dia, rasanya sukar dilayani." Pandangan semua orang serentak juga beralih kesana mengikuti tatapan Ciamtay Cu-ih.

Beberapa orang yang berusia agak lanjut dan berpengalaman segera bersuara heran.

Wi Kay-hou juga lantas tampil kedepan dan memberi hormat kepada orang bungkuk itu, katanya: "Maaf, sama sekali Cayhe tidak tahu kehadiran anda sehingga tidak melakukan penyambutan selayaknya." Padahal si bungkuk itu sama sekali bukan tokoh kosen dunia persilatan segala, dia tak-lain-tak-bukan ulah Soat Peng-say.

Dia menyamar sebagai orang bungkuk, tapi kuatir dikenal orang Tang-wan, maka sejak tadi dia selalu memencilkan diri dibelakang orang banyak dengan menunduk.

Sekarang pandangan orang banyak sama terpusat kepadanya, seketika Peng-say serba susah, cepat ia berbangkit dan membalas hormat Wi Kay-hou, katanya;"Ah, mana Cayhe berani menerima penghormatan sebesar ini." Wi Kay-hou tahu tokoh bungkuk yang disegani itu berasal dari daerah utara, tapi logat orang ini jelas orang dan daerah Tionggoan.

Umurnya juga tidak cocok, diam2 ia menjadi curiga.

Tapi iapun tahu tindak-tanduk tokoh bungkuk itu selamanya sukar diraba, maka dia masih tetap bersikap hormat dan berkata: "Cayhe Wi Kay-hou, mohon tanya siapa nama anda yang terhormat?" Melihat orang sudah berusia lanjut, juga tergolong Bulim cianpwe atau angkatan tua dunia persilatan, tapi sedemikian menaruh hormat kepada dirinya, betapapun Peng-say merasa rikuh, dengan gugup ia menjawab: ' O, Cayhe she Soat." "Apakah Soat artinya salju?"' tanya Wi Kay-hou.

"Betul, betul, Soat artinya salju." jawab Peng-say.

Jawaban ini membuat beberapa orang bersuara kaget pula.

Sebab tokoh bungkuk yang tinggal di daerah utara yang dingin dan sepanjang tahun diliputi salju itu memang she Soat.

Orang she Soat tidak banyak, sekarang diketahui Pengsay mengaku she Soat, bentuknya juga bungkuk dan bermuka jelek, segera orang menyangka dia ini benar2 tokoh bungkuk dari utara itu.

Tapi setelah Wi Kay-hou memancingnya lebih cermat, diketahuinya usia Peng-say selisih terlalu jauh dengan tokoh yang terkenal itu, rasanya tidak mungkin si tokoh itu sendiri, andaikan ada hubungannya, paling2 juga cuma angkatan mudanya.

Maka dia lantas bertanya: "Cara bagaimana anda menyebut Say-pak-beng-to Soat-tayhiap" Apakah beliau itu angkatan tua anda?" Karena Ciamtay Cu-ih masih menatapnya dengan sikap garang Peng-say kuatir penyamarannya diketahui, bilamana hal ini terjadi, lalu setelah ditanya dan diketahui pula dirinya bukan anak murid Lam-han, besar kemungkinan Ciamtay Cu-ih akan mendesak pula pengakuan Kiau Lokiat tentang siapa yang ikut membunuh anaknya, dan kalau Kiau Lo-kiat mengaku, maka dirinya bisa celaka.

Dalam keadaan kepepet begini dilihatnya Wi Kay-hou sangat menghormat kepada pendekar besar yang juga she Soat itu, diam2 Peng-say merasa akan lebih aman jika untuk sementara dirinya mengikuti arah angin saja agar penyamarannya tidak diketahui Ciamtay Cu-ih, maka dia lantas menjawab pertanyaan Wi Kay-hou tadi.

"Kau tanya tentang Say-pak-beng-to Soat-tayhiap" Hehe, beliau memang boleh dikatakan angkatan tua kami!" Karena tidak menemukan orang lain yang mencurigakan di ruangan ini, Ciamtay Cu-ih menduga orang yang mengerjai kedua muridnya itu pasti si bungkuk ini.

Jika menghadapi Say-pak-beng-to (si unta sakti dari utara) Soat Ko-hong sendiri, mungkin dirinya harus berpikir dua kali, tapi orang ini hanya angkatan muda keluarga Soat, kenapa mesti takut padanya.

Apalagi dia yang mencari perkara lebih dulu kepada Tang-wan, Sebagai satu di antara Su-ki yang disegani, selama hidup Ciamtay Cu-ih tidak pernah tunduk kepada siapapun juga, sekarang iapun tidak rela Tang-wan dihina orang.

Segera ia mendengus: "Hong-hoa-wan dan Soat-siansing dari Say-pak selamanya tiada sesuatu sengketa apapun, entah sebab apa anda telah meaghajar muridku yang tak becus ini?" Menghadapi Ciamtay Cu-ih, Peng-say jadi ingat orang ini sengaja menyuruh anaknya berbuat se-wenang2, bahkan menyuruhnya menikahi puterinya sendiri, perbuatan demikian tiada ubahnya seperti hewan, seketika darah bergolak di rongga dada Peng say, saking gemasnya segera ia hendak memakinyi sebagai hewan.

Tapi segera teringat lagi akibatnya jika dirinya bertindak ceroboh, mungkin gagal menolong adik Leng, sebaliknya jiwa sendiripun akan melayang disini.

Karena tidak tahu apa maksud ucapan Ciamtay Cu-ih tadi, tapi iapun mengikuti nada orang dan menjawab: "Anakmu sendiri berbuat jahat, muridmu pasti juga bukan orang baik2.

Selama hidup Say-pak-beng-to Soat-cianpwe suka melakukan kebajikan, menumpas kaum lalim dan membantu kaum lemah.

Aku yang menjadi angkatan muda beliau dengan sendirinya juga ingin mewakilkan beliau untuk memberi hajaran kepada muridmu." Tidak kepalang gusar Ciamtay Cu-ih sehingga mukanya merah padam.

Sedangkan Wi Kay-hou bertambah yakin Soat Peng-say pasti anak murid Soat Ko-hong, setelah mendengar jawabannya itu, ia menjadi kuatir Ciamtay Cu-ih akan menyerang Soat Peng-say, akibatnya tentu akan mendatangkan pembalasan Soat Ko-hong yang terkenal sukar dilayani itu.

Maka cepat ia menengahi, katanya: "Ciamtay-wancu dan Soat-heng, kalian berkunjung kemari, dengan sendirinya kalian adalah tamu agungku.

Hendaklah kalian ingat diriku dan sudilah minum secawan perdamaian.

Hayo ambilkan arak!" Segera kaum pelayan mengiakan dan menuangkan arak! Sudah tentu Ciamtay Cu-ih tidak gentar terhadap si bungkuk muda ini, tapi teringat kepada macam2 tindakan keji Soat Ko-hong seperti yang tersiar di dunia kangouw, betapapun ia sungkan untuk bermusuhan dengan orang begitu.

Akan tetapi ketika arak disodorkan oleh pelayan, ia tidak lantas menerimanya, ia ingin tahu dulu bagaimana sikap lawan.

Sebaliknya Soat Peng-say juga sangat gemas terhadap Ciamtay Cu-ih, terutama bila ingat orang ini mengharuskan adik Leng menjanda selama hidup bagi anaknya, meski dia jeri terhadap kepandaian orang, namun hal ini tidak mengurangi rasa bencinya kepada Ciamtay Cu-ih.

Karena itulah iapun memandang Ciamtay Cu-ih dengan melotot, iapun tidak menerima arak yang disodorkan kepadanya.

Malahan mestinya dia ingin memaki orang, tapi terpengaruh oleh wibawa Ciamtay Cu-ih, ia tidak berani bersuara.

Mendadak Ciamtay Cu-ih menjengek: "Eh, marilah kita berkawan .

.." berbareng itu secepat kilat dia jabat sebelah tangan Soat Peng-say.

Cepat Peng-say meronta, tapi tidak terlepas, segera ia merasakan tangannya kesakitan, tulang telapak tangan sampai bunyi berkeliutan, rasanya akan hancur teremas.

Tapi Ciamtiy Cu-ih tidak lagi mengerahkan tenaga remasannya, maksudnya cuma hendak membikin Soat Peng-say kesakitan dan minta ampun saja.

Tak terduga Peng-say memang anak bandel.

biarpun sakitnya merasuk tulang, namun karena bencinya terhadap Ciamtay Cu-ih, biar matipun dia tidak sudi minta ampun, Maka sama sekali ia tidak bersuara,, ia hanya meringis kesakitan dan tetap bertahan.

Wi Kay hou dapat melihat butiran keringat sebesar kedelai menghiasi dahi Soat Peng-say, namun anak muda ini masih tetap bertahan tanpa bersuara, diam2 iapun kagum terhadap kekerasan hati Peng-say.

Segera ia bermaksud melerai.

Tapi sebelum dia bersuara, se-konyong2 seseorang berseru dengan suara melengking tajam! "Ciamtay-wancu, kenapa kau iseng dan merecoki anak Soat Ko-hong"!" Waktu semua orang berpaling, terlihatlah di depan pintu berdiri seorang bungkuk pendek gemuk.

Muka orang bungkuk ini penuh panu, banyak pula toh hijau dan berbulu, mukanya sungguh jelek, tubuhnya gemuk dan sangat pendek, ditambah lagi punggungnya yang menggunung, dipandang dari jauh mirip satu biji bakpao raksasa.

Kebanyakan hadirin tidak pernah melihat muka asli Soat Ko-hong.

Sekarang pendatang ini memberitahukan namanya sendiri dan cocok dengan potongannya yang aneh itu, maka terkesiap juga orang banyak.

Yang lebih hebat lagi, si bungkuk yang buntak ini tampaknya sangat lambat gerak-geriknya tapi entah cara bagaimana, tahu2 dia telah menggelinding kesamping Soat Peng-say.

إرسال تعليق