kalau tidak, bila Thio-toaya mengamuk, tentu jiwamu bisa melayang!' Orang di luar kembali tertawa hahaha lagi.
Thio Yan-coan tidak menghiraukannya, segera ia hendak menarik bajuku pula, tapi orang di luar gua lantas tertawa terlebih keras.
Setiap kali orang itu tertawa, setiap kali pula Thio Yan-coan menjadi gusar.
Sungguh aku sangat berharap orang itu akan menolong diriku.
Akan tetapi rupanya orang itupun tahu kelihayan Thio Yan coan dan tidak berani masuk kedalam gua, ia masih tertawa saja di luar.
Tidak kepalang gemas Thio Yan-coan, mendadak ia menutuk pula Hiat-toku dan segera melompat keluar.
Tapi orang diluar itu sudah bersembunyi lebih dulu, ubek2an Thio Yan-coan mencarinya, tapi tidak bertemu, ia masuk lagi ke dalam gua.
Tapi baru saja dia berada disebelahku orang tadi kembali ter-bahak2 lagi di luar.
Aku merasa geli, tanpa terasa akupun tertawa." Ting-yat melototinya sekejap, katanya: "Apanya yang menggelikan" Jiwamu sendiri terancam, masa kau masih bisa tertawa"!" Muka Gi-lim menjadi merah, jawabnya: "Ya, Tecu juga merasa tidak pantas tertawa, tapi entah mengapa tanpa terasa lantas tertawa begitu saja.
Diam2 Thio Yan-coan lantas berjongkok dan merunduk ke mulut gua.
agaknya dia akan segera menerjang keluar bila orang tadi bersuara lagi.
Tak tersangka orang diluar itu teramat cerdik, dia tidak bersuara sedikitpun.
Sedangkan Thio Yan-coan masih terus menggeremet keluar, kupikir bila orang itu sampai tertangkap, maka urusan bisa celaka.
Maka waktu kulihat Thio Yan-coan hampir menerjang keluar, segera aku berteriak: "Awas, dia akan keluar!" Tapi tahu2 suara tertawa orang itu berkumandang dari kejauhan dan serunya: "Terima kasih! Tapi jangan kuatir, dia tak dapat menyusul diriku.
Ginkangnya tidak becus!" Padahal semua orang tahu Thio Yan coan itu berjuluk "Ban-li-lok-heng" atau berlaksa li selalu bersendirian, suatu tanda betapa lihay Ginkangnya dan selama ini jarang ada bandingannya.
Sekarang orang itu berani menyatakan Ginkang orang she Thio ini tidak becus, jelas maksud tujuannya hanya ingin memancing kegusarannya.
Terdengar Gi-lim lagi menyambung ceritanya.
sekonyong2 si jahat Thio Yan-coan melompat balik dicubitnya keras2, aku kesakitan dan menjerit, tapi secepat kilat dia lantas melompat ke gua sambil berteriak: 'Keparat.
mari kita coba2 berlomba Ginkang!' Dengan mencubit diriku supaya aku menjerit, agaknya penjahat Thio Yan-coan sengaja hendak memancing kedatangan orang luar itu.
Namun orang itu ternyata tidak mudah tertipu, sebaliknya Thio Yan-coan sendiri yang terpedaya.
Kiranya orang itu sudah bersembunyi lebih dulu didekat gua, begitu Thio Yan-coan melayang keluar diam2 ia lantas menyusup kedalam gua.
'Hiat-to mana yang ditutuknya"' Kujawab: 'Koh-hiat dan Goan-tiau-hiat.
Siapa anda"' 'Bicara lagi nanti, kubuka dulu Hiat-tomu,' habis berkata lantas mengurut kedua Hiat-to yang kusebutkan itu." Diam2 Ting-yat berkerut kening.
Ia pikir, lelaki dan perempuan tidak boleh berdekatan, apalagi kau sudah menjadi Nikoh.
Goan-tiau-hiat terletak dan sekarang mesti di-urut2 oleh seorang lelaki.
betapapun hal ini kurang pantas.
Cuma waktu itu dalam keadaan gawat, Kalau Hiatto itu tidak dibuka, tentu sukar untuk lari dan akan dicelakai bangsat Thio Yan-coan itu.
Mengingat untung ruginya ini, terpaksa ia pura2 tidak tahu dan tidak menegur.
Terdengar Gi-lim bercerita pula: "Tak terduga tenaga tutukan Thio Yan coan itu sangat lihay, meski orang itu telah mengurut sekuatnya.
sampai sekian lama Hiat-to yang tertutuk tetap tak dapat buyar.
Sementara itu suara siulan Thio Yan-coan sudah terdengar, agaknya dia telah putar balik lagi.
Dengan kuatir kukatakan kepada orang itu: 'Lekas lari, jika kepergok, bisa kau dibunuhnya.' Dia menjawab: 'Ngo-tay-lian-beng, senapas setanggungan, Siaumoay ada kesulitan kan pantas jika kutolong"' "Dia juga orang dari Ngo-tay-lian-beng?" tanya Ting-yat.
"Suhu, dia itulah Sau Peng-lam, Sau-toako!" jawab Gi-lim.
"Ooo!" tanpa terasa Ting-yat, Thian-bun, Ciam-tay Cu-ih, Ho Sam-jit, Bun-siansing, Wi Kay-hou dan lain2 sama bersuara lega.
Kim Lo-kiat juga menghela napas lega.
-ooo0dw0ooo- Diantara hadirin memang sudah ada yang menduga orang yang diceritakan Gi-lim itu bisa jadi Sau Peng-lam, tapi harus menunggu penjelasan Gi-lim sendiri barulah dapat dipastikan.
Begitulah Gi-lim lantas menyambung pula: "Mendengar suara suitan Thio Yan-coan itu makin dekat.
Sau-toako lantas minta maaf padaku dan mendadak aku dipondongnya dan dibawa keluar gua, kami bersembunyi ditengah semak2 rumput yang lebat.
Baru kami bersembunyi, segera terlihat Thio Yan-coan menyusup kedalam gua.
Dengan sendirinya dia tidak menemukan diriku.
dia mengamuk dan mencaci-maki, banyak kata2nya yang sukar ditirukan, akupun tidak tahu artinya.
Lalu dia keluar lagi dengan pegang pedangku yang hujan, bintang dan rembuian suram, dia tidak melihat kami, tapi dia menaksir kami pasti tidak dapat lari jauh dan mungkin bersembunyi disekitar situ, maka dia masih terus membacok dan menabas.
Satu kali sungguh sangat berbahaya, pedangnya menyambar lewat diatas kepalaku, hanya selisih satu-dua inci kepalaku hampir tertabas.
-Setelah membacok dan menabas sekian lama ia tetap tidak berhasil, disertai caci-maki ia terus menuju kedepan sambil masih terus membabat kian-kemari dengan pedangnya.
Se-konyong2 kurasakan ada barang cairan menetesi mukaku, berbareng itu kucium bau anyirnya darah.
Dengan terkejut kutanya dengan suara tertahan: 'Apakah kau terluka"' Sau-toako membekap mulutku, selang sejenak, terdengar suara tabasan pedang Thio Yan-coan sudah semakin menjauh barulah dia menjawab dengan lirih: 'Tidak berhalangan.' -Dia lantas melepaskan tangannya yang mendekap mulutku itu.
Akan tetapi kurasakan tetesan darah pada mukanya makin lama makin deras, aku menjadi kuatir, kataku: 'Lukamu cukup parah, darah harus dihentikan dulu, aku membawa obat luka Tbian-hiang toan-liok-ciau.' Dia mendesis pula agar aku jangan bersuara keras2.
Terpaksa aku meraba lukanya.
Pada saat itulah mendadak Thio Yancoan berlari balik lagi sambil berteriak: 'Aha, kiranya kalian sembunyi disini, sudah kulihat, hayo lekas berdiri!' Diam2 aku mengeluh karena menyangka tempat sembunyi kami benar2 diketahui Thio Yan-coan, segera aku bermaksud berdiri, tapi kaki tidak mau bergerak .
" "Kau tertipu," sela Ting-yat.
"Keparat she Thio itu hanya main gertak saja, sebenarnya dia tidak melihat kalian." "Memang betul.
Suhu sendiri tidak berada disana, darimana Suhu tahu?" tanya Gi-lim.
"Apa sukarnya menebak kejadian itu?" ujar Ting-yat, "Jika dia benar2 melihat kalian, buat apa ber-gembor2, cukup dia mendekati kalian dan sekali bacok membinasakan Sau Peng-lam.
Tampaknya bocah she Sau itupun masih hijau dan mudah tertipu." "Tidak, seperti Suhu, Sau-toako juga dapat menerkanya." tutur Gi-lim "Mendadak ia mendekap mulutku karena kuatir aku bersuara.
Selang sejenak, Thio Yan-coan berkaok2 lagi dan tetap tidak mendengar sesuatu suara, lalu dia berpindah tempat dan membacoki rumput pula.
Sesudah jauh dia pergi, dengan suara tertahan Sau-toako berkata padaku: 'Sumoay, jika kita dapat bertahan setengah jam lagi, setelah jalan darahmu lancar kembali, dapatlah kubuka Hiat-tomu yang tertutuk.
Cuma kukuatir keparat she Thio itu akan putar balik lagi dan mungkin akan kepergok.
Maka kita harus menyerempet bahaya, biarlah kita bersembunyi saja di dalam gua.
" Bercerita sampai disini, tanpa terasa Bun-si-susing.
Ho Sam-jit, Wi Kay-hou dan lain sama2 bertepuk tangan memuji.
"Bagus.
berani dan cerdik!" seru Bun-si-siansing.
"Tapi aku menjadi takut, namun rasa kagumku kepada Sau-toako saat itu sudah tiada taranya, jika dia menghendaki begitu, kuyakin pasti tidak salah lagi.
Maka aku lantas mengiakan.
Lalu aku dipondongnya pula dan menyusup ke dalam gua.
Dia menaruh diriku ditanah.
Aku berkata padanya: 'Di bajuku ada obat luka mujarab, boleh ambil dan bubuhkan pada lukamu.' Tapi dia menjawab: 'Kurang leluasa jika kuambil sekarang.
biarlah nanti saja bila kau sendiri sudah dapat bergerak.' -'Ia lantas melolos pedangnya dan memotong lengan bajunya untuk membalut bahu kirinya yang terluka.
Baru sekarang kutahu.
rupanya lantaran hendak melindungi diriku, waktu bersembunyi ditengah semak2 rumput itu, tabasan pedang Thio Yan-coan yang ngawur itu berhasil mampir di bagian bahunya, namun begitu dia tetap tidak bergerak dan tidak bersuara walapun dapat kubayangkan dia pasti sangat kesakitan Waktu itu.
Syukur dalam kegelapan Thio Yan coan juga tidak mengetahui kejadian itu.
Aku merasa susah dan tidak mengerti, mengapa Sautoako bilang tidak leluasa mengambil obat dalam bajuku.
" "Hm, jika begitu.
jadi Sau Peng-lam itu adalah Cing-jin-kun-cu (orang baik2 dan lelaki sejati)," dengus Ting yat Suthay.
Terbelalak mata Gi-lim yang bening itu, ia merasa heran, katanya: "Dengan sendirinya Sau-toako adalah orang baik kelas satu Selamanya dia tidak kenal padaku, tapi tanpa menghiraukan keselamatan sendiri dia tampil kemuka menolong diriku." Tiba2 Ciamtay Cu-ih menjengek: "Meski kau tidak kenal dia, mungkin sebelumnya dia sudah pernah melihat kau, kalau tidak masakah begitu bersemangat dia berusaha menolong kau?" Dibalik ucapannya itu se-akan2 hendak mengatakan bahwa sebabnya Sau Peng-lam menolongnya dengan mati2an adalah karena terpikat oleh kecantikan Gi-lim yang luar biasa itu.
Gi-lim menjawab; "Tidak, Sau-toako sendiri mengaku belum pernah melihat diriku.
Tidak nanti Sau-toako berdusta padaku, pasti tidak!" Ucapannya sangat tegas dan pasti.
meski suara tetap lembut, tapi cukup meyakinkan.
Diam2 Ciamtay Cu-ih berpikir: "Sebabnya keparat Sau Peng-lam itu berbuat nekat begitu, besar kemungkinan dia sengaja hendak bertempur dengan Thio Yan coan agar namanya bisa tambah terkenal di dunia Kang-ouw." Terdengar Gi-lim bertutur pula: "Sesudah Sau-toako membalut lukanya sendiri, lalu dia mengurut pula Hiattoku.
Tidak lama kemudian, terdengar suara kresekan diluar gua dan makin lama makin dekat, rupanya Thio Yan-coan benar2 putar balik lagi dan masih terus membabati rumput diluar sana.
Tentu saja hatiku berdebar.
Terdengar dia masuk gua lagi terus berduduk tanpa bersuara apa-pun.
Sedapatnya aku bertahan, sampai bernapas saja tidak berani.