Saying bahwa kadang-kadang manusia lupa akan dirinya kalau sudah mabuk kekuasaan. Bukan hanya arak yang memabukkan, akan tetapi juga semua hal yang mendatangkan kesenangan dapat memabukkan seseorang. Harta, nama, kekuasaan dapat membuat orang menjadi mabuk dan lupa diri. Demikian pula halnya dengan Kaisar Yang Ti. Saking semangatnya, saking senangnya melihat kemajuan-kemajuan dan hasil-hasil yang diperolehnya, dia lupa diri dan mulailah terjadi tindakan yang berlebihan. Untuk membangun terusan- terusan yang merupakan pekerjaan besar, berat dan sukar, demi melihat segera tercapainya hasil baik, dia melakukn tekanan kepada bawahannya sehingga para bawahan itu pun mulai menekan kebawah lagi.
Akibatnya, banyak rakyat dipaksa bekerja berat untuk membangun pembangunan terusan. Semacam kerja paksa atau kerja rodi ! tentu saja hal ini tidak diketahui oleh kaisar yang selalu sibuk itu. dan mulailah terdapatgolongan yang tidak setuju, bahkan mulai membenci pemerintah, terutama di kalangan para pendekar yang selalu memperhatikan keadaan rakyat jelata.
Memang benar bahwa terusan itu dibangun demi kepentingan pertanian, akan tetapi caranya membangun itu yang tidak menyenangkan hati para pendekar karena banyak rakyat yang ditekan, bahkan banyak pula yang menjadi korban dan tewas dalam pembangunan yang amat besar itu.
Dan timbullaah semacam dongeng diantara rakyat bahwa tentu akan ada anak naga yang keluar dari sungai Kuning. Biasanya, kalau terjadi sesuatu yang besar, tentu akan muncul seekor anak naga di bagian sungai itu yang dinamakan Pusaran naga! Tempat itu merupakan sebuah kedung, bagian yang dalam dari sungai itu, di sebuah tikungan dan disitu terdapat pusaran yang amat kuat arusnya.
Para nelayan tidak ada yang berani melintasi arus pusaran ini apabila sedang pasang, dan dalam keadaan biasa pun nelayan selalu menjauhi pusaran yang berada di tengah- tengah sungai yang membelok itu.
Ada yang mendongengkan bahwa pusaran ini menembus sampai kelaut timur. Entah sudah berapa banyak perahu yang tiba-tiba diserang air berpusing itu dan lenyap bersama para penumpangnya, tersedot kedalam pusaran dan terus kebawah entah kemana. Dan ditempat itulah dikabarkan munculnya anak naga selama beberapa puluh tahun sekali, atau kalau ada terjadi hal-hal besar yang menggegerkan rakyat. Dan setiap kali tanda-tandanya, yaitu bahwa pusaran itu pasang dan sedang keras-kerasnya sehingga air berpusing keras di tempat itu.
Tentu saja ada sebab-sebab yang tidak diketahui rakyat mengapa terjadi pusingan air yang demikian kerasnya pada waktu-waktu tertentu pula. Mungkin sekali ada hubungannya dengan perubahan musim, dengan bergantinya musim hujan dengan musim kering, atau bergantinya musim dingin yang digantikan musim panas. Mungkin ada pula terjadi pergerakan di bawah tanh, tepat di bawah air berpusing di Sungai Kuning itu.
Yang jelas, berita bahwa pada tahun itu akan muncul anak naga, segera terdengar oleh dunia kang-ouw dan tentu saja orang-orang yang paling tertarik oleh berita ini adalah para tokoh dunia persilatan. Hanya orang-orang dunia persilatan yang memiliki ilmu silat yang tinggi, ilmu kepandaian yang hebat saja merasa tertarik dan berani mendatangi tempat itu. dan hanya orang-orang dunia persilatan saja yang berkepentingan dengan munculnya anak naga itu, untuk diperebutkan karena anak naga itu dianggap memiliki khasiat yang mukjijat bagi orang-orang dunia persilatan itu.
Bagi rakyat jelata, mendengar adanya berita tentang anak nagaa itu saja sudah mendatangkan rasa takut. Apalagi semua orang tahu belaka betapa berbahaya pusaran air di Sungai Kuning itu yang mereka sebut Pusaran Maut. Lebih lagi dengan berkumpulnya banyak tokoh dunia persilatan, tentu saja diantara mereka banyak pula tokoh kaum sesat disamping kaum pendekar, rakyat jelata semakin tidak berani mendekati. Biasanya, kalau terjadi pertemuan antara kedua pihak itu, ada atau tidak adanya anak naga, tentu akan terjadi perkelahian besar-besaran dan rakyat merasa lebih aman kalau menjauhi tempat seperti itu.
Memang mirip dongeng, akan tetapi nyata karena pada suatu hari, kedua tepi sungai besar itu nampak sibuk dengan banyak orang berdatangan dan hilir-mudik, lalu mereka semua itu menuju ketepi dimana terdapat pusaran air yang dihebohkan itu.
Besok malam adalah malam bulan purnama, sat dimana anak naga akan muncul, demikian menurut cerita dari mulut ke mulut dan turun temurun. Akan tetapi sehari sebelumnya, sudah banyak orang berkeliaran di sekitar tempat itu! dan bermacam-macam orang yang bermunculan disitu. Banyak diantara mereka yang kelihatan menyeramkan, baik mukanya maupun pakaiannya yang aneh-aneh dan nyentrik. Ada pula yang berpakaian pengemis, pendeta, ada yang berpakaian sastrawan. Akan tetapi, mudah diduga bahwa mereka ini bukanlah pendeta, pengemis atau sastrawan biasa, karena biasanya siapa yang berani datang ke tempat itu, sudah pasti orang-orang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi atau setidaknya yang merasa memiliki kelihaian.
Diantara para toh kang-ouw yang aneh-aneh yang nampak berkeliaran di tempat itu, terdapat seorang laki-laki setengah tua yang tinggi besar dan gagah perkasa, namun berpakaian sederhana sekali. Tidak seperti orang-orang lain, laki-laki tinggi besar ini sejak muncul hanya duduk saja di tepi sungai dan selain sebuah buntalan besar yang diturunkan dari punggung dan diletakkan diatas tanah di dekatnya, dia pun membawa dua buah papan tebal.
Dia duduk bersila dan matanya dipejamkan, kadang- kadang dibuka untuk memandang kearah sungai dimana mulai terdapat orang-orang berperahu, akan tetapi selalu menjaga agar perahu mereka tidak memasuki daerah pusaran yang amat berbahaya itu, yang berada di tengah Sungai.
Laki-laki itu bukan lain adalah Liu Bhok Ki. Seperti kita ketahui, dia terluka oleh pedang Cui-mo Hek-kiam ditangan Sim Lan Ci, dan racun pedang ini jahat bukan main. Pengobatan biasa ditambah pengerahan sinkangnya tidak mampu mengusir hawa racun yang mengeram di pundaknya, dan karena menurut ucapan Sim Lan Ci, selain obat penawar yang ada pada ibunya, Ban-tok Mo-li, juga mustika di kepala naga akan dapat menyembuhkannya, maka Liu Bhok Ki segera pergi ke Pusaran Maut untuk ikut memperebutkan anak naga. Kebetulan sekali kemunculan anak naga yang diharap- harapkan itu akan terjadi, hanya beberapa hari setelah dia terluka dan tempat tinggalnya tidak begitu jauh dari Pusaran Maut itu, hanya perjalan tiga hari saja. Diapun mengharapkan bahwa berita tentang anak naga itu akan menarik pula wanita yang berjuluk Ban-tok Mo-li ke tempat itu.
Dengan demikian, maka ada dua kemungkinan baginya untuk menyembuhkan lukanya. Pertama, merebut anak naga kalau benar muncul, dan kedua mencari Ban-tok Mo-li dan minta obat penawarnya! Dia pun sudah siap dengan sebuah perahu kecil yang disewanya dari seorang nelayan, diikatnya di sebuah patok dan dia akan mempergunakannya kalau perlu.
Karena sudah dua puluh tahun lebih Liu Bhok Ki tidak pernah muncul di dunia kang-ouw, maka tidak ada orang yang mengetahuinya. Dia sendiri masih mengenal beberapa orang yang kebetulan lewat disitu, antaranya Kiu-bwe-houw (Harimau kor Sembilan) Gan Lok, seorang jagoan dari Tai- goan, aliran utara yang dulu pernah bentrok dengan dia hanya dengan susah payah dia dapat mengalahkannya.
Ada pula Kim-kauwpang Paouw In Tiang, ahli tongkat emas yang lihai ilmu tongkatnya, jagoan dari Luliang-san. Kedua orng ini usianya sekitar lima puluh dua sampai lima puluh lima tahun, tidak banyak selisihnya dengan usianya sendiri, namun karena sudah dua puluh tahun lebih tidak pernah bertemu, maka mereka itu agaknya sudah lupa padanya.
Dia dulu adalah seorang pemuda yang ganteng dan berpakaian rapi, tidak seperti sekarang, seorang laki-laki setengah tua yang berpakaian sederhana, mendekati pakaian jembel. Diapun mengenal Tung-hai Cin-jin, seorang tosu perantau dari pantai timur yang bertubuh pendek kecil itu. Dia masih ingat betapa lihainya tosu ini yang sekarang sudah berusia tujuh puluh tahun dan masih nampak gesit dan sehat. Ada lagi seorang yang amat mudah dikenalnya. Orang ini berusia enam puluh tahun, bertubuh tinggi kurus dan pakaiannya pengemis. Akan tetapi Liu Bhok Ki tahu bahwa orang itu bukanlah jembel sembarangan, melainkan berjuluk Sin-Ciang Kai-ong (Raja Jembel Bertangan Sakti), seorang datuk dari Hok-kian yang lihai sekali ilmu tangan kosongnya. Masih banyak yang dapat dikenalnya di tempat itu dan diam- diam dia merasa ikut gembira. Akan ramai sekali nanti kalau benar-benar ada anak naga yang muncul di permukaan air yang berbahaya itu.