Setelah mendapat perkenan ayah ibu mereka, dua orang anak ini pergi menangkap katak hijau di tepi sungai
Cin Cin sudah hafal te mpat di mana te rdapat katak gemuk dalam jumlah bes ar, yaitu di te pi sungai yang merupakan rawa
Sebuah kantung kain yang mereka bawa sudah hampir penuh katak hijau
Ketika Cin Cin ingin mengajak Thian Ki pulang, tiba-tiba dia mendengar saudara misannya itu berteriak kesakitan
Dia cepat meloncat ke dekat Thian Ki
Ada apa, Thian Ki?
tanyanya sambil mengangkat obornya tinggi-tinggi agar dapat melihat lebih jelas
Ah, kakiku.......agaknya digigit sesuatu....
kata Thian Ki yang tadi melepaskan obornya
Dia mengambil obornya yang masih menyala, lalu mereka berdua melihat ke arah kaki Thian Ki
I hhhhh! Ular.......!
teriak Cin Cin yang melihatnya lebih dulu
Thian Ki juga melihat seekor ular melilit betisnya dan menggigit betis bagian bawah
Dia menggerakkan tangan hendak menangkap ular itu
Jangan sentuh!
Cin Cin berseru
Itu ular belang hitam, beracun sekali!
De ngan mendekatkan obor, Cin Cin hendak menggunakan kayu pemukul katak untuk melepaskan ular itu dari kaki Thian Ki
Akan tetapi, dia merasa heran karena ular itu agaknya sudah menempel di kaki Thian Ki dan sama sekali tidak bergerak-gerak biarpun sudah ia congkelcongkel dengan kayu
Ehhhhhh......
Ular ini sudah mati!
teriaknya heran
Tapi jangan pegang, Thian Ki
Lebih baik mari le kas pulang, lapor kepada orang tua kita
Engkau dapat berlari?
Dapat.......!
Dan keduanya berlari-larian pulang, meninggalkan kantong te risi katak yang sejak tadi mereka kumpulkan
Dan ular itupun masih menempel di kaki kiri Thian Ki
Tentu saja keluarga itu terkejut ketika dua orang anak itu datang berlari-larian, apalagi ketika Cin Cin berteriak
ular, ular!
setelah memasuki perkampungan mereka
Dapat dibayangkan betapa kaget hati mereka ketika melihat ular yang membelit betis kiri Thian Ki
Jangan sentuh! Itu ular belang hitam yang amat berbahaya!
teriak kakek Coa Song ketika melihat ular sebesar ibu jari kaki dan yang panjangnya hanya satu setengah kaki itu
Wajah kakek ini pucat ketika melihat betapa kepala ular itu masih menempel di betis cucu buyutnya, masih menggigit! Dia tahu bahwa gigitan ular itu boleh dibilang tidak ada obatnya! Dia cepat mengambil kain, menggunakan kain untuk melindungi tangan dan menangkap ular itu pada le hernya lalu dia menarik
Ular itu terlepas dan kakek itu terbelalak
Ular ini sudah mati!
Lan Ci sudah merangkul pute ranya dan Siang Lee juga memegang pergelangan tangan puteranya
Dia juga pucat dan khawatir sekali karena sebagai penduduk dusun itu diapun tahu bahwa gigitan ular belang hitam ini berarti maut
Kakek Coa Song, Kam Seng Hin dan Poa Liu Hwa juga merasa gelisah sekali
Mereka cepat mengambilkan air panas dan obat anti racun
Akan tetapi tiba-tiba Lan Ci berseru
Harap mundur dan biarkan aku memeriksa anakku
Minta lampu yang te rang, air panas dan pis au tajam!
Siang Lee maklum bahwa iste rinya adalah puteri Ban-tok Mo-li, karenanya isterinya te ntu ahli te ntang racun
Kakek Coa Song ingat akan hal itu, demikian pula Kam Seng Hin dan is te rinya yang sudah mendengar tentang toa-so mereka
Cepat mereka mundur dan memper siapkan semua yang diminta Lan Ci
De ngan tenang namun sigap Lan Ci mengangkat tubuh anaknya dan merebahkannya di atas meja
Lampu-lampu di dekatnya sehingga semua orang dapat melihat ular itu dengan jelas
Lan Ci cepat membalurkan obat bubuk kuning pada tangannya, lalu dengan berani ia memegang ular yang tadi sudah ditarik lepas dari kaki pute ranya
Ia harus memeriksa dulu racun macam apa yang ada pada ular itu agar dapat menentukan obat penawarnya
Akan tetapi ia terbelalak ketika memandang ular mati di tangannya itu
Tubuh ular itu seperti te rbakar hangus! Ia memandang kepada Cin Cin
Apakah engkau tadi membakar ular itu, Cin Cin
Membakar dengan obormu?
tanyanya sambil menoleh kepada Cin Cin
Tidak, supek-bo!
Siang Lee juga mendekat untuk memeriksa
Ular itu benar sudah mati, mati te rbakar! Karena sukar memeriksa racun dari ular yang sudah gosong itu, Lan Ci lalu memeriksa luka di betis Thian Ki
Dan kembali ia terbelalak! Tidak nampak keracunan pada luka itu
Hanya luka kecil yang mengeluarkan sedikit darah
Bekas gigitan itu tidak ada tanda keracunan, seperti tertusuk duri saja! Ia memandang kepada Thian Ki yang juga memandangnya
Siang Lee kembali memeriksa te kanan nadi anaknya
N ormal!
Thian Ki....
Lan Ci memanggil anaknya
Kenapa, ibu
Tidak apa-apa, bukan?
Lan Ci menggeleng kepalanya,
Bagaimana rasanya
Apakah panas
Atau ada perasaan nyeri yang luar biasa, apakah kepalamu pening dan jantungmu berdenyut keras?
Thian Ki tersenyum, menggelengkan kepala dan bangkit duduk
Sama sekali tidak, ibu
Aku tadi hanya te rkejut dan rasa gigitan itu hanya perih sedikit, akan tetapi sekarang sudah sembuh lagi
Ular apakah itu, ibu?
Tentu saja semua orang menjadi terheran-heran, akan tetapi juga gembira bukan main
Kakek Coa Song seperti tidak percaya dan dia bahkan kini memeriksa sendiri
Akhirnya dia tersenyum le bar penuh kelegaaan hati
Cucu buyutnya itu memang sama sekali tidak keracunan, betapapun tidak mungkinnya hal itu
Apakah ular itu sudah kehilangan racunnya ketika menggigit anakmu?
tanyanya kepada Lan Ci
Nyonya muda itu mengambil ular itu, lalu sebatang tusuk sanggul perak dicabutnya dari sanggulnya
Di bawah pandang mata semua orang, nyonya muda itu menggosok-gosok ujung tusuk sanggul perak itu ke mulut ular, di antara taringtaringnya
Dan semua orang mengeluarkan seruan ngeri karena segera tusuk sanggul yang tadinya putih bersih itu tiba-tiba menjadi kehijauan lalu menghitam! Lan Ci juga terbelalak menoleh kepada pute ranya yang hanya ikut memandang tidak mengerti
Racun di mulut ular ini cukup kuat untuk membunuh sepuluh orang dewasa!
kata Lan Ci
Aku akan memeriksa apa yang membuat binatang ini mati terbakar.
Lan Ci menggunakan pis au menyayat tubuh ular itu, memeriksa di bawah sinar lampu yang te rang
Dan iapun memandang kepada suaminya dengan mata terbuka le bar, penuh keheranan dan kekagetan
Ada apa?
Siang Lee bertanya khawatlr
Ular ini......
terserang racun yang amat hebat!
Tentu saja ucapan ini membuat semua orang te rkejut dan terheran-heran dan bertanya-tanya
Lan Ci diam saja, hanya mengerling sejenak kepada suaminya lalu kepada puteranya
Bangkai ular ini harus dikubur yang dalam
Kalau ada anjing makan dagingnya, anjing itu akan mati.
Kam Seng Hin lalu menyuruh seorang anggota He k-houw-pang untuk melakukan penguburan itu di kebun belakang
Peristiwa ini membuat semua orang bertanya-tanya
Akan tetapi mereka semua memaklumi ketika Lan Ci mengajak pute ranya itu memasuki kamar
Siang Lee yang masih berkhawatir mengikuti dari belakang
Kini Cin Cin yang dirubung semua orang dan anak ini menceritakan te rjadinya peristiwa yang mengejutkan dan menggelisahkan tadi
Setelah semua orang memasuki kamar masingmasing, Kam Seng Hin memberi nasehat kepada Cin Cin,
Anakku, engkau lihat tadi sikap Thian Ki
Biarpun nyawanya te rancam maut, dia begitu te nang, begitu tabah
Engkau harus mencontoh sikapnya itu
Menjadi seorang gagah haruslah te nang dan tabah, biar menghadapi maut sekalipun
Jangan cengeng seperti seorang perempuan lemah.
Benar kata ayahmu, Cin Cin
Engkau harus menjadi orang yang gagah perkasa dan sikap Thian Ki tadi memang mengagumkan sekali
Sungguh heran kalau anak seperti itu tidak diajar ilmu silat,
kata Poa Liu Hwa
Sementara itu, setelah Thian Ki tidur pulas , Lan Ci memberi is yarat kepada suaminya
Mereka turun dari pembaringan dan bercakap-cakap dengan suara berbis ik di sudut kamar, menjauhi pembaringan itu
Tadi mereka berdua melakukan pemeriksaan lagi dengan teliti kepada tubuh putera mereka, sampai mereka merasa yakin benar bahwa Thian Ki tidak keracunan
Aku khawatir sekali,
kata Sim Lan Ci dengan suara berbisik
Hemm, kenapa
Bukankah dia sama sekali tidak keracunan
Kita sepantasnya bersyukur, kenapa engkau malah khawatir?
tanya Siang Lee, juga berbisik
Lan Ci mengerutkan alisnya
Tadinya aku sendiri merasa heran melihat gigitan ular yang amat berbisa itu tidak membuat dia keracunan
Akan tetapi setelah aku memeriksa keadaan ular itu, mengertilah aku dan akupun merasa khawatir bukan main.
Apa yang kaukhawatirkan?
Siang Lee yang melihat wajah isterinya berubah pucat, merangkulnya dengan penuh sayang
Jangan membikin aku bingung, katakan apa yang mengkhawatirkan hatimu.
Dan begitu dirangkul suaminya, Lan Ci menangis di dada suaminya! Tentu saja Siang Lee menjadi semakin kaget dan heran
Didekapnya isterinya dan diusapnya air matanya
Aih, e ngkau membikin aku menjadi semakin bingung
Kenapakah, sayang?
Lan Ci mengeraskan hatinya dan membiarkan suaminya mengusap air matanya
Kemudian ia berhasil menenangkan hatinya dan beberapa kali ia menghela napas panjang
Dahulu, sebelum aku ikut denganmu, ibuku pernah bercerita bahwa ibu senang mempelajari cara membuat seorang anak menjadi Tok-tong (Anak Beracun)
Aku tidak begitu memperhatikannya dan sudah melupakan hal itu lagi ketika ibu menjadi nikouw
Akan tetapi melihat keadaan Thian Ki, aku tahu bahwa anak kita telah menjadi Tok-tong!
Ahh.....!!!
Siang Lee te rbelalak memandang kepada is terinya, lalu ke arah Thian Ki yang tidur pulas di pembaringan
Tok-tong.....
Apa artinya itu.....?
Artinya, anak kita yang kita ingin didik menjadi orang yang tidak mengenal ilmu silat itu kini telah memiliki tubuh yang membuat dia menjadi orang yang amat berbahaya! Engkau lihat saja tadi buktinya
Seekor ular berbisa yang amat berbahaya, setelah menggigit dia, tidak membuat Thian Ki keracunan, bahkan ular itu sendiri yang keracunan dan mati seperti terbakar
.Apalagi kalau ada manusia yang menyerangnya!
Aduhh.......! Ba.....Bagaimana ini......?
Siang Lee menjadi pucat dan dia memandang ke arah pute ranya
Dia harus disembuhkan
Racun itu harus dibuang dari tubuhnya!
De ngan sedih Lan Ci menggeleng kepalanya
Tidak mungkin
Aku te ringat sekarang semua keterangan ibu
Anak yang akan dijadikan Toktong itu bukan saja diberi minum racun, juga tubuh digodok dengan air beracun, kemudian ditusuki jarum beracun dan dimasuki hawa beracun yang hanya dapat dilakukan oleh ibu
Otomatis badan anak itu menjadi beracun, seperti binatang beracun lainnya dan tidak ada yang dapat menghilangkan racun itu dari tubuhnya.
Celaka! Ya Tuhan, kenapa ia melakukan itu kepada anak kita?
Siang Lee mengepal tinju dan mukanya berubah merah karena marah