Naga Beracun Chapter 07

NIC

Gan Lui yang merasa semakin penas aran, menubruk dari samping kiri dan kedua tangan yang membentuk cakar harimau itu sudah menerkam ke arah leher dan dada

Pergilah!

Hong San membentak dan kini le ngan kirinya diputar menangkis , pergelangan tangannya berputar dan tangan dengan jari-jari terbuka mendorong ke arah Gan Lui

Orang tinggi kurus ini berseru kaget karena lengannya terasa sakit bukan main ketika ditangkis Hong San dan sebelum dia dapat mencegahnya, tubuhnya terdorong keras dan diapun terjengkang! Saat itu, sebatang kaki yang panjang dan besar menyambar ke arah perut Hong San

Itulah te ndangan kaki Gulana

Hong San hanya miringkan tubuh sedikit sehingga kaki itu menyerempet bajunya

Secepat kilat dia menangkap tumit dan mendorongnya ke atas dan Gulana terlempar sampai beberapa meter

Thio Ki Lok hendak mempergunakan kesempatan selagi Hong San diserang Gulana tadi untuk menerkam dari samping dan dia sudah berhasil merangkul leher Hong San, menggunakan ilmu gulatnya, kedua tangan memasuki bawah ketiak dan mencengkeram di belakang te ngkuk Hong San

Agaknya dia hendak membuat pemuda itu tidak berdaya dengan kuncian gulat Mongol itu

Akan te tapi, tiba-tiba dia berteriak kesakitan ketika kaki Hong San menendang ke belakang, mengenai kedua lututnya sehingga otomatis kakinya kehilangan tenaga dan kembali dia berte riak karena tangan Hong San sudah menangkap ibu jari kedua tangan yang mencengkram te ngkuk pemuda itu, sehingga tentu saja cengkeramannya mengendur karena kekuatan setiap tangan terletak pada ibu jarinya

Dalam keadaan kaki kehilangan tenaga dan cengkeraman mengendur itu, begitu Hong San membuat gerakan membungkuk dan melempar dengan pundak, tubuh pendek gendut itupun te rlempar melalui atas punggung Hong San dan jatuh te rbanting ke depan pemuda itu! Ketika tiga orang pengeroyok itu bangkit dengan muka menyeringai kesakitan

Pangeran Cian Bu Ong berte puk tangan memuji

Bagus, bagus! Engkau memang te lah membuktikan kemampuanmu, Hong San! Kami girang sekali mendapat bantuanmu dan mulai saat ini, engkau kami angkat menjadi pembantu utama! Akan tetapi jangan mengira bahwa dengan ilmumu itu, engkau akan dapat mengalahkan aku, ha ha ha!

Can Hong San adalah seorang cerdik

Dari cara pangeran itu tadi mengalahkan empat orang calon pembantu itu, diapun tahu bahwa pangeran itu lihai dan memiliki sin-kang yang kuat sekali, sehingga dia sendiri tidak berani yakin akan mampu mengalahkannya

Pula setelah dia diangkat menjadi pembantu utama, te ntu saja dia harus bersikap tunduk

Aku tahu bahwa engkau adalah seorang yang berilmu tinggi, Pangeran

Kalau tidak begitu, bagaimana mungkin kusuka untuk membantumu

Akan te tap kuharap engkau suka berhati-hati te rhadap murid Siauw-lim-pai ini.

Hong San menunjuk kepada Lie Koan Tek

Pendekar ini menentang pandang mata Hong San dengan penuh keberanian

Walapun dia tahu bahwa dia tidak akan menang kalau bertanding dengan pemuda yang lihai luar biasa itu, akan tetapi bukan watak pendekar Siauw-lim-pai ini untuk memperlihatkan perasaan takut

Hemm, aku adalah seorang laki-laki sejati yang sekali berjanji akan menepatinya sampai mati

Kurasa Pangeran harus berhati-hati te rhadapmu,Can Hong San.

Keparat! Majulah kalau engkau berani melawan aku dan kalau engkau sudah bosan hidup!

Hong San menantang dengan muka merah

Hemm, biarpun engkau lihai sekali jangan dikira aku akan takut menghadapi maut di tanganmu!

Lie Koan Tek bangkit berdiri dan membusungkan dadanya

Pangeran Cian Bu Ong cepat melangkah maju menengahi

Ah, apa yang kalian lakukan ini

Kalian akan kubebaskan untuk membantuku, bukan untuk berkelahi dan saling bermusuhan sendiri! Apa gunanya aku membebaskan kalian, kalau hanya untuk melihat kalian saling bunuh?

Maafkan saya, Pangeran,

kata Lie Koan Tek yang segera melihat betapa tidak baiknya sikapnya tadi terhadap sang pangeran

Maaf,

kata pula Hong San yang tentu saja tidak ingin kalau Pangeran itu menjadi tidak suka kepadanya

Ketahuilah, aku sekeluarga dan para pengikut sedang hendak menyelamatkan diri keluar dari Po yang dan kalian kuminta membantu untuk melindungi

Kemudian kelak kalian membantuku menegakkan kembali kerajaan baru sebagai pengganti Kerajaan Sui yang telah jatuh

Dan selama kalian membantuku, kalian tidak boleh mementingkan perasaan dan urusan pribadi, harus mentaati semua perintahku

Sekarang tiba saatnya kalian berjanji

Kalau kalian mau taat, aku akan membebaskan kalian, kalau tidak mau, akupun akan meninggalkan kalian di s ini.

Lima orang itu serempak menyatakan janji mereka untuk menaati Pangeran Cian Bu Ong

Mereka maklum bahwa, jika mereka tidak dibebaskan oleh pangeran itu, tidak mungkin mereka melarikan diri atas usaha sendiri, karena mereka akan menghadapi ribuan orang prajurit penjaga, dan kalau mereka ditinggalkan di situ, mereka hanya akan menghadapi ancaman mati konyol

Tidak ada pilihan kecuali membantu pangeran ini

Lie Koan Tek sendiri menaruh harapan besar pada diri pangeran itu

Pemerintahan kaisar Kerajaan Sui yang lalu telah mendatangkan banyak kesengsaraan terhadap rakyat, bahkan Siauw-limsi juga diserbu dan dibakar karena Siauw-lim-si membela rakyat jelata

Dia mengharapkan kalau Pangeran Cian Bu Ong berhasll merebut tahta kerajaan, dia akan menjadi seorang kaisar yang baik budi dan memakmurkan kehidupan rakyat jelata

De mikianlah, lima orang hukuman yang lihai itu dibebaskan dengan mudah oleh Pangeran Cian Bu Ong dan mereka menjadi pengawal-pengawal keluarga pangeran itu yang melarikan diri dari Po yang

-ooo0dw0ooo-

Kongcu datang......!

Teriakan-teriakan gembira te rdengar dari para anggota Hek-houw-pang di gardu penjagaan pintu gerbang dusun Mo-kimcung

Biarpun sudah belasan tahun meninggalkan He k-houw-pang, namun para anggota He k-houwpang masih ingat kepada Siang Lee dan begitu Siang Lee muncul di depan pintu gerbang dusun, mereka menyambut dengan gembira sekali

Pemuda cucu ketua lama Hek houw-pang itu yang merupakan keturunan langsung dari keluarga Coa, meninggalkan He k-houw-pang karena urusan pribadi, karena kakeknya melarang dia menikah dengan pute ri Ban-tok Mo-li

Terhadap He k-houw pang Siang Lee tidak mempunyai kesalahan apapun, maka para anggota He k houw-pang masih memandangnya sebagal keluarga pimpinan mereka

Segera para murid He k-houw-pang merubung Siang Lee yang datang bersama isterinya, Sim Lan Ci dan pute ra mereka, Coa Thian Ki

Akan tetapi mendengar bahwa kakeknya, Coa Song, yang sudah tua sekali masih hidup, Siang Lee tidak mau berlama-lama bicara dengan para suheng dan sutenya, melainkan langsung saja mengajak anak isterinya berkunjung ke rumah induk perkumpulan itu, yang menjadi tempat tinggal ketua Hek-houw-pang

Karena pada waktu itu keadaan sedang tegang, para murid He k-houw-pang yang melakukan penjagaan ketat sehubngan dengan pesan dari komandan pasukan yang datang berkunjung, maka berita tentang kedatangan Coa Kongcu segera tersiar dengan cepat

Mendengar bahwa Coa Siang Lee pulang, ketua He k-houw-pang, Kam Seng Hin dan isterinya, Poa Liu Hwa segera keluar menyambut

Ketika Coa Siang Lee dengan isteri dan anaknya tiba di ruangan depan rumah keluarga Coa itu, dia disambut oleh Kam Seng Hin dan isterinya, juga anak mereka, Kam Cin

Beberapa orang murid He k-houw-pang yang tadi mengikuti tamu itu sudah membisikkan kepada Siang Lee bahwa ketua He k-houw-pang sekarang adalah murid Hekhouw-pang yang bernama Kam Seng Hin dan yang menikah dengan Poa Liu Hwa, cucu luar Coa Song atau adik misannya

Tentu saja dia mengenal keduanya dan dia merasa bergembira

Dia mengenal Kam Seng Hin sebagai sutenya (adik seperguruannya) yang gagah perkasa

Coa suheng (kakak seperguruan Coa)!

Kam Seng Hin dan isterinya menyambut dengan gembira sambil member hormat

Kam sute, engkau menjadi pangcu dari He khouw-pang sekarang

Dan engkau menjadi suami dari adikku Liu Hwa ini

Ah, aku girang sekali, sute

Perkenalkan, ini isteriku, dan ini anakku Coa Thian Ki.

Kam Seng Hin memberi hormat kepada Lan Ci dan menyebut

toa-so

(kakak ipar)

Liu Hwa juga menyambut Lan Ci dengan sikap ramah dan manis, lalu ia memperkenalkan pute ranya, Kam Cin

Ketika Kam Cin diperkenalkan dengan Thian Ki, dengan sikap ramah dan lincah Cin Cin, demikian panggilan akrabnya lalu memegang tangan Thian Ki

Mereka sebaya, sama-sama lima tahun usianya

Thian Ki, mari kita bermain di taman belakang

Kami mempunyai kolam ikan di sana dan kemarin seorang paman memberi sepasang ikan emas yang lucu bermata besar

Mari......!

Kam Cin....

panggil Siang Lee melihat betapa keponakannya itu sudah menarik Thian Ki diajak bermain-main

Cin-Cin berhenti dan memandang kepada Siang Lee dengan sikap tidak malu-malu

Supek (uwa guru), semua orang memanggilku Cin Cin, harap supek , pek-bo dan ju ga Thian Ki menyebut aku Cin Cin saja.

Siang Lee dan isterinya te rtawa

Kam Cin atau Cin Cin itu seorang anak yang mungil, tampan, tabah dan kelihatan cerdik sekali

Baiklah, Cin Cin, kuminta engkau jangan mengajak Thian Ki pergi bermain-main dulu

Dia harus lebih dulu kuperkenalkan kepada kakek buyutnya.

Ah, jangan khawatir, supek

Sekarang juga akan kuajak Thian Ki menghadap kakek buyut!

Setelah berkata demikian, Cin Cin sudah menarik tangan Thian Ki, berlari keluar dari ruangan itu

Melihat ini Siang Lee dan Lan Ci te rtawa, demikian pula ayah dan ibu Cin Cin

Cin Cin memang bandel dan manja sekali,

kata Liu Hwa

Baiknya dia tidak nakal,

sambung suaminya

Kulihat anak kalian itu cerdik dan lincah

Mari kita menghadap kongkon g (kakek) lebih dulu,

kata Siang Lee dan mereka berempat lalu pergi ke kamar kakek Coa Song yang berada di bagian belakang

Ketika mereka memasuki kamar yang besar itu, te rnyata dua orang anak itu sudah berada di situ, duduk di atas lantai dekat kedua kaki kakek Coa Song yang nampak gembira bukan main

Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci segera menjatuhkan diri berlutut menghadap kakek itu, diiringkan ole h Kam Seng Hin dan Poa Liu Hwa

Kong-kong......

kata Siang Lee dengan suara penuh keharuan

Dia tadi sudah mendengar sepintas dari Kam Sen Hin bahwa kakeknya seringkali menanyakan dirinya, dan nampaknya kakeknya sudah melupakan perte ntangan yang telah lampau

Melihat betapa kakeknya menarik Thian Ki dengan wajah gembira itu sudah membuktikan kebenaran keterangan Kam Seng Hin itu

Kong-kong......

Lan Ci juga memanggil dengan sikap hormat

Sejak tadi kakek Coa Song yang usianya sudah mendekati delapanpuluh tahun itu telah menyambut kemunculan cucunya itu dengan wajah cerah dan mata berseri

Posting Komentar