Mutiara Hitam Chapter 77

NIC

Pedang di tangan kanannya bergerak dan "brett"

Pedang itu berubah menjadi sinar hijau yang mengitari tubuh atas Po Leng In dan di lain saat baju atas wanita itu sudah robek-robek dan berjatuhan ke bawah, membuat tubuh bagian atas sebatas pinggang tidak berpakaian lagi"

Diam-diam Thai-lek Kauw-ong yang menonton permainan ini memuji. Hebat juga Si Banci ini. Menggerakkan pedang sedemikian cepat sehingga merobek semua baju luar dan dalam tanpa sedikit pun menggores kulit orang"

Po Leng In sudah tertotok lemas, akan tetapi ia masih sadar dan tahu bencana hebat yang menimpa dirinya. Sebagai seorang murid kepala Siang-mou Sin-ni yang biasa mempermainkan pria sesuka hatinya, kali ini ia dipermainkan orang, mengalami penghinaan seperti itu, tentu saja hebat penderitaan ini. Mukanya menjadi merah sampai terus ke leher dan dadanya yang tidak tertutup apa-apa, matanya memandang penuh kebencian dan sama sekali tidak membayangkan rasa takut. Hal ini membikin Bu-tek Siu-lam marah sekali. Biasanya kalau iblis ini mempermainkan orang dan sebelum membunuhnya, ia senang sekali melihat orang itu menggeliat-geliat ketakutan atau karena nyeri. Itulah sebabnya ketika tadi membunuh orang menggunakan guntingnya, ia tidak segera menggunting leher, melainkan menggunting kaki tangan. Iblis ini memang seorang yang kejam sekali dan hatinya senang kalau melihat orang lain menderita. Kalau melihat betapa Po Leng In sama sekali tidak takut dan bahkan memandangnya penuh kemarahan dan kebencian, tentu saja ia menjadi marah dan merasa terhina.

"Hendak kulihat sampai di mana ketabahanmu"

Gumamnya dan sekali pedangnya bergerak, ia telah membabat putus rambut yang panjang itu. Po Leng In adalah seorang wanita yang seperti gurunya, amat menyayang rambut panjangnya, maka tanpa disadarinya ia menjerit ketika rambutnya terpotong dan tubuhnya terbanting ke atas tanah dalam keadaan telentang.

"Hi-hik"

Kauw-ong, mari kita lihat bagaimana macam hati perempuan ini"

Sambil berkata demikian, Bu-tek Siu-lam berjongkok dan mendekatkan ujung pedang ke dada kiri Po Leng In yang berkulit halus putih. Alangkah marahnya tokoh banci ini ketika melihat jeritan tadi hanya dilakukan karena tak sadar, buktinya kini wanita itu masih memandangnya penuh kebencian dan sedikit pun tidak memperlihatkan rasa takut biarpun ujung pedang sudah menempel di kulit dada.

"Hi-hi-hik, akan kuiris perlahan-lahan, kukupas dulu kulit luarnya, baru dagingnya dan kubuat lubang yang cukup untuk tanganku merogoh dan mencabut jantungnya"

Kembali Thai-lek Kauw-ong kagum. Teman barunya itu benar-benar hebat, mempunyai perasaan dan hati yang dingin membeku sehingga dapat melakukan kekejaman yang tiada batasnya. Hal ini membuktikan bahwa Bu-tek Siu-lam sudah melakukan latihan yang amat tinggi dalam menguasai hati dan perasaannya. Pada saat maut sudah siap mencabut nyawa Po Leng In, tiba-tiba terdengar suara bentakan nyaring.

"Mahluk keji tak berjantung. Kau ini terang bukan manusia karena tidak mempunyai perikemanusiaan yang akan mencegah manusia berbuat serendah itu. Juga bukan binatang karena tidak mempunyai peri kebinatangan yang membuat binatang hanya membunuh untuk dimakan. Kau ini tentu iblis. Iblis pengecut yang hanya berani menghina seorang lawan yang lemah dan tak mampu melawan. Ih, Si Muka Tebal tak tahu malu. Lebih baik mampus saja daripada hidup tidak tahu malu"

Selama hidupnya, baru kali ini Bu-tek Siu-lam dimaki orang, apalagi makian demikian hebatnya. Saking heran dan kagetnya, ia urung menusuk dada kiri Po Leng In. Tadinya ia mengira bahwa tentu guru wanita ini yang datang, akan tetapi ketika ia memandang ke kanan kiri dari mana suara itu datang, ia melihat bahwa yang datang itu seorang gadis muda remaja yang amat cantik jelita dan yang memandangnya dengan mata berapi-api. Lebih-lebih lagi kagetnya ketika pada saat yang hampir sama, tiba-tiba tangannya yang memegang pedang menjadi tergetar hebat sehingga secara terpaksa ia harus melepaskan pedang itu yang jatuh ke tanah didekat tubuh Po Leng In.

Kwi Lan, gadis remaja yang baru datang itu, tentu saja tidak tahu bahwa pedang di tangan Bu-tek Siu-lam terlepas dan jatuh karena lengan tangan tokoh itu disambar sebuah batu kerikil, dan mengira bahwa orang aneh itu melepaskan pedang karena gentar akan tegurannya tadi. Ya, gadis yang menegur Bu-tek Siu-lam dengan kata-kata pedas itu bukan lain adalah Kwi Lan. Sayang ia datang terlambat, kalau lebih pagi sedikit saja ia tentu akan bertemu dengan bibi dan gurunya, Si Wanita Berkerudung. Biarpun sejak masih kanak-kanak ia dilatih ilmu silat yang aneh-aneh dan tinggi, namun gadis ini tidak pernah mendapat gemblengan untuk menjadi seorang pendekar sehingga segala sepak terjangnya hanya menurutkan perasaan saja. Akan tetapi oleh karena Kwi Lan adalah keturunan pendekar maka dasar wataknya juga tidak suka melihat si lemah tertindas dan si kuat sewenang-wenang.

Di samping ini, ia suka dan kagum melihat kegagahan. Oleh karena inilah, melihat sikap Po Leng In yang sama sekali tidak takut menghadapi ancaman maut itu, ia menjadi kagum dan tanpa mempedulikan bahwa wanita itu adalah murid Siang-mou Sin-ni yang ia pernah dengar dari gurunya adalah seorang di antara Thiante Liok-kwi, ia segera melompat maju dan memaki-maki Bu-tek Siu-lam untuk menolong wanita itu. Bu-tek Siu-lam tidak memandang kepadanya dan hal ini mengherankan hati Kwi Lan. Laki-laki yang tinggi besar dan tampan itu kini sudah meloncat berdiri dan membelakanginya. Sama sekali tidak mempedulikan dia dan caci makinya tadi. Setelah laki-laki tinggi besar itu bangkit berdiri dan melihat gunting besar terselip di ikat pinggangnya, barulah Kwi Lan dapat menduga dengan pasti siapa orang itu.

"Hei, bukankah kau si iblis Bu-tek.."

Akan tetapi ia tidak melanjutkan teriakannya karena tiba-tiba sekali Bu-tek Siu-lam sudah meloncat ke depan dan tahu-tahu gunting besar itu sudah berada di tangannya, menyambar ke arah rumpun bunga di bawah pohon.

"Klik-klik"

Hanya dua kali guntingan dan tetumbuhan itu terbabat habis. Akan tetapi Bu-tek Siu-lam terbelalak heran karena di belakang gerombolan itu tidak tampak bayangan manusia. Padahal tadi ia tahu jelas bahwa orang yang menyambit kerikil ke arah lengannya bersembunyi di balik rumpun ini. Ke mana perginya orang itu dan bagaimana dapat pergi tanpa ia ketahui?

Tiba-tiba terdengar suara ketawa bergelak, suara ketawa yang nyaring dan terbahak keras. Kwi Lan terkejut dan menengok ke kiri. Suara ketawa itu ia kenal benar dan ternyata dugaannya tidak keliru. Dari balik sebatang pohon besar muncul seorang pemuda tampan dan tertawa-tawa dengan wajah berseri. Siapa lagi kalau bukan Tang Hauw Lam. Golok besar sudah tercabut di tangan kanan dan ia berdiri dengan gagah, kedua kakinya terpentang lebar dan ia menudingkan telunjuknya ke arah Bu-tek Siu-lam.

"Huh, kiranya Bu-tek Siu-lam hanya seorang laki-laki yang suka mengganggu wanita. Alangkah jauh bedanya dengan namanya yang menjulang tinggi"

Hauw Lam mengejek.

"Eh kau Berandal.."

Tiba-tiba Kwi Lan berseru saking gembiranya bertemu dengan pemuda itu yang sama sekali tidak disangka-sangkanya. Pemuda itu mengerling ke arahnya, bibirnya tersenyum lebar.

"Heiii, kau.. Mutiara Hitam..?"

Kiranya pemuda itu baru saja tiba dan sama sekali tidak tahu bahwa Kwi Lan berada di situ. Sejenak mereka saling pandang.

"Awas.."

Tiba-tiba Kwi Lan berseru.

Akan tetapi Hauw Lam bukanlah pemuda yang sembrono, sungguhpun ia suka berkelakar. Sambaran gunting yang hebat itu telah diketahuinya dan ia cepat meloncat ke kiri sambil menyabetkan goloknya dengan kuat ke arah lengan lawan yang memegang gunting. Bu-tek Siu-lam yang tak berhasil menggunting leher pemuda itu, kini melihat betapa orang muda itu malah mengancam lengannya segera menekuk siku dan guntingnya membalik, menyambut golok.

"Traaanggg.."

Bunga api berpijar menyilaukan mata, akan tetapi alangkah kaget dan heran hati Bu-tek Siu-lam bahwa golok itu tidak patah-patah. Juga tidak terlepas dari pegangan tangan pemuda itu. Hal ini benar-benar amat aneh. Jarang ada orang sanggup menahan senjata yang terpukul, apalagi tergunting oleh senjatanya. Pemuda ini bukan orang sembarangan.

"Bocah, engkau siapa dan murid siapa? Mengapa kau berani main-main dengan aku dan menyerang secara menggelap?"

Posting Komentar