Bu Keng Cu terkejut dan cepat ia memutar tubuh untuk menghindarkan dua serangan berbahaya ini. Akan tetapi siapa duga baru saja tubuhnya terputar, sebuah tendangan tepat mengenai pantatnya sehingga tanpa dapat dicegahnya lagi, tubuhnya terlempar ke bawah panggung. Tepuk sorak riuh-rendah menyambut kemenangan Ciam-lokai ini, sebaliknya para pengemis pengikut kaum sesat menjadi pucat wajahnya. Kiranya tosu yang menyombongkan diri sebagai utusan Bu-tek Siu-lam itu ternyata hanya sebuah gentong kosong belaka, kalah oleh Ciam-lokai yang tua dan kurus kering.
Pada saat itu, di antara riuh-rendahnya para pengemis yang menjagoi Ciam-lokai bersorak-sorak, berkelebat bayangan Bu Liang Cu, dan begitu berhadapan dengan Ciam-lokai, ia langsung mengirim serangan bertubi-tubi, mengeluarkan jurus-jurus paling lihai dari Im-yang-kun. Kiranya tosu yang menjadi suheng Bu Keng Cu ini tadi juga menyaksikan keanehan terjadi dalam pertandingan itu. Ia yakin bahwa Im-yang-kun mengatasi ilmu silat Ciam-lokai, akan tetapi mengapa pada saat-saat tertentu jembel itu merubah gerakannya dan begitu tepat mengisi lowongan yang melemahkan pertahanannya? Oleh karena inilah, dengan hati penasaran ia lalu maju dan langsung menggunakan jurus-jurus Im-yang-kun untuk mencoba apakah benar-benar Ciam-lokai paham dan ahli Ilmu Silat Im-yang-kun. Hebat bukan main terjangan Bu Liang Cu karena ia lebih pandai dari pada sutenya.
Karena kejadian ini tak terduga-duga dan tiba-tiba, maka Ciam-lokai tak dapat mengharapkan bisikan-bisikan ketuanya, maka cepat ia memutar kedua tongkat dan meloncat ke belakang. Akan tetapi karena perhatiannya dicurahkan untuk menghindarkan serangan tangan kanan Bu Liang Cu, ia kurang cepat menghindar ketika tangan kiri tosu itu bergerak cepat sekali menyambar pergelangan tangan kanannya. Jari-jari tosu itu sudah menyentuh kulit lengannya. Ciam-lokai terkejut, menarik tangannya. Akan tetapi ia tidak dapat mencegah lagi tongkatnya yang di tangan kanan terampas sedangkan tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang. Keadaannya berbahaya sekali karena jika tosu itu melanjutkan serangannya, celakalah ia.
"Heh, tosu bau, jangan main curang kau."
Tiba-tiba Gak-lokai sudah melayang maju menghadapi Bu Liang Cu.
"Lawanmu adalah aku karena rekanku Ciam-lokai sudah mengalahkan kawanmu"
Tosu itu berdongak dan tertawa bergelak.
"Ha-ha-ha-ha. Siapa yang curang? Suteku tidak pernah kalah oleh jembel busuk itu. Ada kecurangan tak tahu malu di pihakmu"
"Benar. Mari kita hadapi mereka, Suheng. Hayo majulah dan biar kita lihat bersama apakah benar kalian berdua dapat mengalahkan kami"
Bu Keng Cu berseru dan ia pun sudah melompat lagi, ke atas panggung, berdiri dekat suhengnya. Ia memang tidak terluka. Kini kedua orang tosu itu berdiri berdampingan dan memasang kuda-kuda Im-yang-kun. Ilmu silat Im-yang-kun ini memang hebat, akan tetapi kalau dimainkan oleh dua orang, lebih ampuh lagi. Gak-lokai yang tidak tahu akan bantuan yang dilakukan diam-diam oleh Suling Emas kepada Ciam-lokai, menjadi marah sekali.
"Saudaraku Ciam, mari kita hajar dua orang tosu kerbau ini"
Akan tetapi, tiba-tiba terdengar suara halus Suling Emas.
"Tahan dulu Gak-lokai dan Ciam-lokai, kalian mundurlah. Aku hendak bicara dengan mereka."
Karena ketua mereka yang memberi perintah, biarpun ogah-ogahan, kedua orang kakek pengemis itu lalu mundur. Suling Emas lalu melangkah maju dengan langkah perlahan dan tenang, menghadapi dua orang tosu yang sudah siap-siap untuk mengadu nyawa. Biarpun ia menyamar sebagai ketua kai-pang namun Suling Emas tak dapat menyembunyikan sikapnya yang halus dan sopan terhadap golongan pendeta. Maka ia segera menjura dengan hormat dan berkata.
"Ji-wi Toyu, sudah lama sekali saya mendengar tentang Im-yang-kauw sebagai sebuah perkumpulan agama yang besar di perbatasan barat, bahkan pernah saya mendapat kehormatan beramah-tamah dengan Kauwcu (Ketua Agama) Sin-hong Locianpwe. Menurut pendapat saya, jalan hidup yang ditempuh golongan Ji-wi (Tuan Berdua) dan golongan kai-pang tidaklah banyak bedanya. Namun, dalam urusan partai masing-masing, tidak selayaknya kalau kedua pihak saling mencampuri. Harap Ji-wi sudi mendengar alasanku ini dan persilakan Ji-wi menghentikan semua kesalahpahaman ini."
Dua orang tosu itu saling pandang, kemudian Bu Liang Cu yang beralis putih segera berkata, lagaknya angkuh,
"Yu Kang Tianglo, bagaimana pinto berdua dapat bicara dengan orang yang hanya mengaku bernama Yu Kang Tianglo akan tetapi yang menutupi mukanya?"
Suling Emas menarik napas panjang.
"Sesungguhnya saya sudah mengambil keputusan untuk mengundurkan diri dari dunia ramai. Akan tetapi mendengar betapa kai-pang-kai-pang dicemarkan oleh penyelundup-penyelundup sesat, terpaksa saya turun tangan. Hanya karena kepentingan kai-pang saya turun tangan, bukan kepentingan pribadi, maka apa perlunya saya memperkenalkan muka? Harap Ji-wi Toyu suka memandang perkenalan saya dengan Sin-hong Locianpwe Kauwcu dari Im-yang-kauw dan menghabiskan permusuhan yang tiada sebabnya ini."
Tiba-tiba kedua orang tosu itu tertawa mengejek dan kini Bu Keng Cu yang berkata dengan suara nyaring, agaknya dengan maksud agar didengar oleh semua pengemis yang hadir di situ.
"Ha-ha. Perkenalanmu dengan Sinhong Locianpwe tak perlu kau sombongkan. Kakek itu sudah tewas karena kesalahan terhadap Locianpwe Bu-tek Siu-lam. Kini Locianpwe Bu-tek Siu-lam yang memimpin kami, bahkan beliau pula yang akan memimpin semua kai-pang di dunia. Engkau ini berani lancang tangan membunuh lima orang pimpinan Khong-sim Kai-pang dan mengangkat diri sendiri menjadi bengcu di sini tanpa perkenan Locianpwe Bu-tek Siu-lam. Sungguh tak tahu diri"
Suling Emas adalah orang yang sudah matang jiwanya. Kesabarannya sudah sampai pada dasar batinnya, maka ia pun tidak marah mendengar ucapan yang sombong ini. Namun, ia terkejut juga mendengar bahwa Ketua Im-yang-kauw yang memang pernah dikenalnya itu tewas di tangan Bu-tek Siu-lam. Ia tahu bahwa Ketua Im-yang-kauw itu seorang pendeta yang suci, juga memiliki ilmu kepandaian tinggi. Kalau Ketua Im-yang-kauw itu sampai terbunuh oleh Bu-tek Siu-lam, terbuktilah berita bahwa Bu-tek Siu-lam memiliki kepandaian yang hebat. Jelas bahwa tokoh ini merupakan ancaman di dunia.
"Hemm, Ji-wi Toyu tak dapat menerima kata-kata halus. Masa bodoh dan terserahlah, karena saya sebagai orang Khong-sim Kai-pang, tetap hendak mempertahankan kai-pang dari tangan-tangan jahat, juga menghukum mereka yang menyeleweng daripada peraturan kai-pang."
"Bagus. Tadi dengan Coam-im-kang (Tenaga Mengirim Suara) kau telah membantu kakek jembel dan mengalahkan Suteku secara curang. Sekarang lawanlah kami berdua secara berterang. Hendak kami lihat apakah kau pantas menjadi Ketua Khong-sim Kai-pang."
Dengan sikap tenang Suling Emas menjawab.