Manusia Aneh di Alas Pegunungan Chapter 03

Ketika Tai-lik-kim-kong Tong Po hendak menarik tangan orang itu, karena tubuh Tong Po yang besar tegap hingga meng-aling2i penglihatan kawan2nya yang berada dibelakangnya, maka apa yang terjadi sebenarnya tidaklah diketahui, hanya Tong Po yang terpental hingga berjumpalitan itu, tampaknya sangat runyam, ia tak mampu mengerem tubuhnya hingga meja bundar dibelakangnya kena diseruduk hingga pecah berantakan, begitu pula senjatanya, perisai yang besar itu, terjatuh kelantai dan menerbitkan suara yang gemerontang keras.

Sebaliknya ketika memandang manusia aneh itu, ternyata masih tetap berdiri kaku ditempatnya tadi, kedua tangannya juga masih menutupi mukanya.

Tong-heng tidak sampai terluka, bukan? segera Jing-ling-cu menanya.

Namun Tong Po sudah lantas gembar-gembor.

Cepat benar gerakan tangannya ! Siau-yau ih-su, dia adalah orang dari Jing-sia-pay kalian.

Tadi ketika aku hendak menarik tangannya, mendadak tangannya membalik, kedua jarinya terus hendak mengarah kedua mataku.

Bukankah gerakan itu adalah tipu Siang-hong-jak-hun dari aliran Jing- sia-pay kalian ? Coba, kalau kurang cepat aku berkelit, mungkin dua biji mataku ini cacat.

Lihatlah, nih ! Betul juga, ketika semua orang memandang muka Tong Po, ternyata kulit kelopak matanya terlihat lecet sedikit.

Aneh, demikian ujar Cu Hong-tin heran.

Setahuku, dari yang tua sampai yang muda, dalam Jing-sia-pay kami belum pernah ada orang seperti ini? Habis itu, iapun berbangkit dan dengan lenggang2 ia mendekati orang itu serta bertanya .

Sobat, dari angkatan keberapakah kau ini dalam Jing-sia-pay kita ? Akan tetapi orang itu tetap tidak menjawab bagai tidak mendengar.

Orang ini kecuali makan minum, selalu menjublek kaku bagai patung dan selamanya tak pernah bicara , demikian Jing-ling-cu menyela, namun ia memiliki ilmu kepandaian yang hebat terang ia adalah seorang kosen yang belum dikenal, pinto sendiri sampai kini pun belum bisa melihat wajahnya yang asli.

O , hanya sekali Cu Hong-tin bersuara, habis ini, mendadak dua jari tangannya menjulur terus mengarah kedua mata orang itu.

Gerak tipu inilah yang disebut Siang- hong-jak-hun atau sepasang puncak gunung menembus awan, seperti dikatakan Tong Po tadi.

Siapa duga, belum lagi serangannya tiba, mendadak orang itu menjentikkan jarinya -ciong dan siang-yang dua jalan darah diujung kedua jarinya Cu Hong-tin tadi, bahkan jentikan itu diiringi pula sambaran angin tajam yang menuju ke mukanya.

Biasanya Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin sangat agulkan dirinya, ketika tadi menyaksikan orang itu berdiri kaku bagai patung sesudah dibawa keluar Jing-ling-cu, pula tiada sesuatu tanda2 yang luar biasa, meski tadi Tong Po terkecundang, boleh jadi karena kepandaiannya yang kurang becus, sebab itulah, waktu maju, Cu Hong-tin tidak menaruh prasangka apa2.

Tapi kini demi nampak dimana jari orang itu menjentik, sambaran angin yang terbawa terasa dingin bagai es ketika menyambar sampai mukanya, dengan latihan Iwekangnya masih berasa juga panas pedas.

Maka barulah ia terkejut dan kenal kelihayan orang.

Lekas2 ia tarik kembali serangannya tadi, namun tidak urung Siang- yang-hiat diujung jarinya sudah terkena ditutuk orang dengan perlahan, hingga seketika tangannya kesemutan.

Cepat ia kumpulkan Iwekangnya untuk mendesak tempat yang tertutuk itu hingga perasaan pegal kesemutan itu menjadi buyar.

Namun begitu cepat iapun sudah melompat mundur kesamping terus berteriak .

Hai, lau-Tong, gerak orang ini tadi sudah kau saksikan, bukan ? terang sekali itu adalah Tai-lik-kim-kong-jiu-hoat, cuma kemahirannya masih jauh diatasmu ! Melihat kedua kawannya ber-turut2 kecundang, Tong-ting-hui-hi Bok Siang-hiong menjadi getol ingin coba2, mendadak ia lompat bangun hingga tinggi, kemudian baru tancapkan kakinya kelantai dengan enteng sekali.

Si Ikan terbang dari danau Tong-ting ini mempunyai dua macam kepandaian yang diagulkan, pertama adalah ginkang atau ilmu entengkan tubuh, dan yang lain adalah kemahiran renang.

Maka terdengarlah ia berkata .

Tong-heng, harap pinjamkan perisaimu yang besar itu ! Sembari berkata tanpa tunggu jawaban yang empunya perisai lagi, segera ia angkat senjata itu terus mengemplang keatas kepala orang itu.

Hai, hai! Dia toh tiada permusuhan apa2 dengan kau, mengapa kau turun tangan sekeji itu ? tiba2 si gadis tadi berseru kuatir.

Namun belum selesai teriakannya, tahu2 terdengarlah suara trang yang keras, hanya sedikit orang aneh itu angkat sebelah sikutnya keatas, maka terbenturlah perisai besar yang beratnya hampir seratus kilo itu, kontan pula Bok Siang-hiong berikut perisainya mencelat terbang keatas, malahan akhirnya iapun tak kuasa memegangi perisai besar itu yang terus menerobos atap dan jatuh keluar Lo-seng-tian, sedang Bok Siang-hiong sendiri lalu melayang turun kebawah dengan enteng sambil memandang kepada Cu Hong-tin serta Tong Po.

Aneh, bukankah gerakannya tadi adalah Jian-kin-cun-tui (palu sikut beribu kati), kepandaian Thi-thau-to dari Ngo-tai-pay? demikian mereka bertiga sama2 menyatakan keheranannya.

Memang benar, ujar Jing-ling-cu.

Orang ini hampir kenal dan memiliki kepandaian istimewa dari segala aliran dan golongan, bahkan melebihi jago2 tertinggi dari aliran- aliran bersangkutan.

Maafkan bila aku boleh mengatakan terus terang, seperti gerak tipunya tadi.

Siang-hong-jak-hun dan Kim-kong-jiu-hoat terang masih lebih unggul dari kalian berdua, begitu pula benturan jian-kin-cun-tui tadi, sekalipun umpamanya Thi-thau-to dari Ngo-tai-san datang kemari juga mungkin tiada sehebat seperti dia! Sedang mereka bicara, dua imam kecil sudah menggotong masuk perisainya Tong Po yang terbang keluar kuil tadi.

Ketika Tong Po periksa senjatanya itu, nyata pelat baja yang berat dan tebal itu sampai dekuk meski hanya perlahan terkena sikutan orang itu.

Menyaksikan semuanya itu, sungguhpun Cu Hong-tin yang biasanya sangat tekebur, kini mau tak mau harus mengakui juga akan kebenaran kata2 Jing-ling-cu tadi.

Diam2 ia memikirkan tokoh2 kalangan Bu-lim yang sekaligus merangkap memiliki kepandaian dari berbagai cabang silat, terang sudah jarang terdapat, apalagi ilmu silat dari cabang orang lain sampai melebihi penganut cabang itu sendiri.

Lantas siapakah gerangan orang yang berada dihadapannya ini ? Jing-ling Toyu, segera ia menanya, dari manakah orang ini kau ketemukan ? Dapatkah kau ceritakan ? Cerita ini agak panjang, kata Jing-ling-cu lantas hendak menutur.

Kira2 setengah bulan yang lalu.......

Tapi baru sampai disini, tiba2 si gadis tadi telah menukas.

Jing-ling Totiang, biarkan aku mencobanya juga, ingin kulihat apakah iapun kenal akan ilmu silat Thong-thian-bun kami ! Mendengar itu, kembali hati Cu Hong-tin tergetar, serupa ketika melihat andeng2 merah kecil di-tengah2 dekuk pipi si gadis tadi, ia tertegun sejenak.

Sementara itu Tai-lik-kim-kong Tong Po lantas mengejek si gadis dengan tertawa dingin .

Hm, baiknya kau tinggalkan namamu dulu, nona! Supaya kami nanti dapat mengabarkan pada gurumu, bahwa kau telah ketimpa malang disini ! Ya, nona harus hati2, begitu juga Jing-ling-cu memperingatkan.

Namun anak dara itu ternyata cukup bandel, ia malah melototi Tong-Po, lalu dengan gaya yang lincah ia menjawab Jing-ling-cu .

Aku mengertilah ! Habis itu, cepat sekali ia memutar tubuh terus berkata kepada orang aneh itu sembari memberi hormat .

Aku bernama Lou Jun-yan.

Ingin kumohon melihat wajah aslimu.

Bila tidak biarlah kau merasakan tipu pukulan lihay dari Thong-thian-bun kami! Cara berkata si gadis begitu sungguh2, tapi kalimatnya justru tidak masuk akal, keruan Tong Po yang per-tama2 bergelak ketawa geli.

Sebaliknya si gadis, Lou Jun-yan ternyata tidak merasa lucu sedikitpun, per-lahan2 ia mendekati manusia aneh itu, dengan teliti ia meng-amat2i sejenak, ia lihat muka orang itu meski ditutupi kedua tangannya, tapi jarinya terdapat sela2.

Pikiran cerdiknya tergerak, segera ia cabut seutas rambutnya yang panjang.

Diam2 semua orang memperhatikan apa yang hendak dilakukan anak dara itu, maka terlihatlah sebelah ujung rambut itu ia ikat dijarinya, lalu rambut yang panjangnya belasan senti itu tiba2 menjengkit lurus kedepan, nyata gadis itu telah menyalurkan Iwekangnya keatas rambut melalui jarinya yang lentik.

Sebagai tokoh silat terkemuka, sudah tentu Jing-ling-cu dan yang lain2 tahu akan hal itu, diam2 mereka kagum akan kepandaian si gadis yang masih muda belia, tapi Iwekangnya sudah terlatih cukup sempurna.

Nyata di bawah pimpinan panglima tangkas tiada prajurit yang lemah alias dibawah guru pandai tiada yang bodoh! Sementara itu dengan wajah gembira, seperti menyusup kelubang jarum saja, Lou Jun-yan menyisipkan rambutnya melalui sela2 jari orang aneh itu terus dimasukkan kelubang hidungnya.

Melihat itu, Tai-lik-kim-kong yang berwatak polos jujur, meski tadi kena digoda Lou Jun-yan hingga marah2, tapi kini dialah yang paling kagum oleh kecerdikan si gadis, maka ia telah ber-teriak2.

Bagus! Akal bagus ! Dan karena di-kilik2 lubang hidungnya, mendadak orang aneh itu bersin.

Haiiiiih! Sebab itu untuk sesaat kedua tangannya yang menutupi muka menjadi kendor dan sedikit terbuka kebawah.

Lou-jun-yan sendiri segera gunakan gerakan le-hi-pak-teng atau ikan lele melentikan tubuh, terus melompat pergi.

Sedang yang lain2 menjadi terkejut ketika sekilas dapat melihat jelas macam muka orang itu, begitu juga Jun-yan tidak terkecuali, saking kagetnya sampai ia menjerit terus menutupi matanya tak berani memandang pula.

Hanya sekejap saja tangan orang aneh itu kendor, sebab segera ia tutupi lagi mukanya kencang2 seperti tadi.

Keruan semua orang hanya saling pandang terkesima setelah dapat melihat wajah sebenarnya orang itu.

Kemudian Jing-ling-cu yang mendekati orang itu, dengan perlahan ia tepuk2 pundaknya dan membujuk .

Lebih baik kau masuk istirahat saja, sobat.

Habis itu, kain selubung kepala tadi ia tutupkan pula keatas kepala orang aneh itu, maka kedua tangan yang menutupi muka pun lantas diturunkan kembali.

Ketika Jing- ling-cu mendorongnya, barulah ia bertindak, tapi gerak-geriknya tak bersemangat, mirip orang gendeng belaka.

Aduh mak ! Muka orang itu mengapa begitu menakutkan ? kata Jun-yan kemudian dengan lega sesudah orang aneh itu memasuki ruangan belakang.

Nona, siapakah gerangan nama ibumu ? se-konyong2 Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin menanya.

Karena pertanyaan itu, Tai-lik-kim-kong Tong Po menjadi geli.

Cu-heng, macam apakah kau ini, kenapa tanya2 ibu orang? godanya tertawa.

Mendadak wajah Lou-jun-yan berubah hebat.

Hidung kerbau, apakah kau kenal ibuku? balasnya menanya.

Posting Komentar