Malamnya sehabis dahar, kembali Jun-yan ter-mangu2 menghadapi pelita didalam kamar, sesudah capek akhirnya ia tidur.
Tapi sebelum hari terang tanah ia telah mendusin.
Diluar dugaan, ketika ia menggeliat bangun, se-konyong2 terasa angin lembut berkesiur, menyusul daun jendela berbunyi keriut sekali, dimana jendela terbuka se- akan2 ada seorang melompat keluar dengan cepat luar biasa terus menghilang.
Karena baru mendusin, matanya masih sepat, dan pula gerakan orang itu hampir tiada mengeluarkan suara, hanya sekejap saja orang sudah menghilang, Jun-yan menjadi ragu2 akan pandangannya sendiri yang kabur, maka dengan sangsi ia rebahkan diri buat tidur pula.
Bila kemudian ia mendusin pula, ini disebabkan oleh suara orang yang keras bagaikan guntur sedang ber-cakap2 diluar kamar.
Segera juga Jun-yan dapat mengenali itu adalah suaranya Sam-bok-leng-koan Siang Lui.
Sementara itu terdengar lagi Siang Lui membentak.
Bagus, kapal terbalik didalam selokan! kalian tidur dengan mengelilingi kereta2 kawalan, masa tidur kalian sedemikian nyenyak seperti babi mati? Lalu seorang dengan suara gemetar, telah menyahut.
Sung...
sungguh kami ti...
tidak merasa sa...
sama sekali! Hm , terdengar Siang Lui mengejek.
Jika manusia sembarangan rasanya tak berani membentur Sam-thaypiaukiok, bila bukan orang sembarangan, tak nanti berbuat secara sembunyi2.
Coba periksa adakah sesuatu tanda yang ditinggalkan, mungkin sobat baik siapa yang telah bergurau dengan kita! Sudah kami periksa , sahut orang tadi, tiada sesuatu tanda2 yang ditinggalkan, golok Pek-lin-to dan perahu jamrud itupun lenyap semuanya! O, jangan2 Liok-hap tong-cu yang menyesali aku? Tapi rasanya tak mungkin Ujar Siang Lui men-duga2 sendiri.
Menyusul mana lantas terdengar suara tindakannya yang mantap.
Rumah penginapan itu sebenarnya sudah kuno, dan mungkin Sam-bok-leng-koan Siang Lui sudah gusar luar biasa, maka diwaktu berjalan tindakannya menjadi berat luar biasa, sampai hotel itu se-akan2 ikut tergoncang.
Mendengar percakapan itu, diam2 Jun-yan senang sekali, ia bersyukur Sam-bok- leng-koan ini bisa kehilangan barang2, benar2 Thian maha adil.
Segera ia hendak ber-kemas2 untuk keluar buat melihat apa yang sebenarnya sudah terjadi.
Diluar dugaan, baru ia bangun berduduk, tiba2 dilihatnya golok pusaka Pek-lin-to justru terletak diatas mejanya dengan mengeluarkan sinar kemilauan, malahan disamping golok ada pula sebuah bungkusan besar sepanjang hampir satu meter, cuma apa isinya belum diketahui.
Kembali Jun-yan ter-heran2.
Pikirnya, golok ini sudah dua kali mendadak datang padanya, pertama kali terang direbut langsung dari tangannya Li Pong, dan kini terang dicuri dari orang2nya Sam-thay Piaukiok ini, maka dapatlah dibayangkan betapa pandai orang yang melakukannya ini, cuma entah mengapa selalu golok ini diserahkan pada dirinya ? Cepat ia melompat bangun sambil betulkan rambutnya yang terurai, lalu membuka kain sutera bungkusan itu, meski didalamnya masih dibungkus lagi oleh selapis kertas, tapi segera sudah kelihatan cahaya hijau yang menyilaukan.
Ketika kertas dibuka, kiranya isinya adalah sebuah kapal kumala hijau yang diukir sebagai Liong-cun atau kapal naga, didalam kapal itu terukir pula berpuluh penumpangnya yang semuanya beberapa senti besarnya, tapi gayanya seperti hidup sungguhan, benar2 semacam benda pusaka yang jarang diketemukan dan harganya tak ternilai.
Dengan adanya benda itu, seketika Jun-yan malah menjadi terperanjat, lekas2 ia bungkus kembali kapal jamrud itu, dalam hatinya ia menjadi ragu-ragu dan serba salah.
Terang sudah baginya kapal jamrud itu adalah benda kawalan Siang Lui yang memang nilainya tak terkatakan, jika ia ambil apa gunanya? Tadi Sam-bok-leng-koan Siang Lui marah2 diluar, tentu disebabkan kehilangan kapal ini, dan seharusnya sekarang juga ia kembalikan barang orang.
Tapi karena masih mendongkol kecundang oleh Siang Lui kemarin, jika bukan dilerai oleh suseng itu, entahlah bagaimana kesudahannya? Kalau teringat si suseng itu, hati Jun-yan jadi tergerak, diam-diam ia memikirkan gerak-gerik pemuda yang tampaknya lemah gemulai itu, tapi sebenarnya memiliki ilmu kepandaian yang sangat tinggi, hal ini telah terbukti ketika ia dinaik-turunkan keledainya itu, bukankah dengan mudah suseng itu sedikit kebaskan tangannya.
Maka terang sudah betapa tinggi tenaga dalamnya.
Jangan2 dialah yang malam tadi menggerayangi barang kawalan Sam-bok-leng-koan Siang Lui sekedar untuk bergurau saja? Karena kemungkinan itu memang ada, tanpa merasa hati si gadis berlaut-madu.
Ia termenung-menung sendiri, kemudian golok pusaka Pek-lin-to ia masukkan kebungkusan kapal jamrut itu dan di luarnya dibungkus lagi dengan sehelai kain kasar, ia pikir biarkan Siang Lui kelabakan sendiri, toh dirinya tiada pekerjaan lain, mengapa kapal jamrud ini tidak kuhantarkan sekalian ke Sam-thay Piaukiok di Soatang ? Sesudah ambil keputusan ini, segera ia angkat bungkusannya, lalu hendak keluar kamar, tapi tiba-tiba dilihatnya diujung ranjangnya sana terdapat lagi secarik kertas putih, waktu ia menjemputnya dan dilihat, ternyata diatas-kertas itu tertulis dua huruf Jing-kin yang mencang menceng, gaya tulisannya mirip seperti apa yang diketemukan waktu pertama kalinya orang menghantarkan golok dulu.
Untuk sesaat Jun-yan tertegun, ia heran apakah artinya Jing-kin ini? Ia pikir, hal ini mungkin harus ditanyakan pada suseng itu.
Tapi bila ia pikir lagi, tak mungkin orang yang pertama kali menghantarkan golok padanya itu adalah si suseng, sebab waktu itu kenal saja mereka belum, tentu percuma saja bertanya padanya.
Karena kenyataan yang bertentangan itu, hati Jun-yan menjadi bingung, dengan murung ia melangkah keluar kamarnya hendak berangkat.
Ia lihat Sam-bok-leng-koan Siang Lui sambil menggendong tangan lagi berjalan mondar-mandir di tengah ruangan hotel, mukanya mengunjuk rasa gusar, sedang orang2nya dan ketiga pembantunya yang kemarin itu berdiri dipinggir, semuanya diam tak berani buka suara.
Tapi Jun-yan tak peduli, mendekati meja pengurus hotel dan berseru.
Hai, kuasa, ini rekening saya! sembari berkata, ia letakkan serenceng uang perak di atas meja terus putar tubuh hendak pergi.
Diluar dugaan, mendadak dari samping tubuhnya angin menyerempet lewat, tahu- tahu Siang Lui sudah menghadang diambang pintu sambil melototkan mata padanya.
Hei, maukah kau minggir, aku masih ada keperluan harus lekas-lekas berangkat! demikian Jun-yan mencoba berkata dengan sopan.
Siapa tahu Siang Lui terus memaki.
Budak maling! habis itu, mendadak ia ulur tangan mencengkram kemuka si gadis.
Lekas-lekas Jun-yan melompat mundur menghindarkan serangan itu.
Sementara itu Siang Lui sudah berteriak-teriak lagi.
ayoh, kenapa kalian masih diam saja, kapal jamrud justru berada padanya! Jun-yan menjadi heran, dari manakah orang bisa tahu, dan bila ia memeriksa bungkusannya, barulah ia insyaf, kiranya dalam ter-gesa2nya waktu membungkus tadi, kain sutera pembungkus kapal jamrud itu ada sebagian terkacir keluar.
Karena perbuatannya sudah konangan, ia pun tak mau unjuk kelemahan, cepat ia tarik Pek-lin-to dari bungkusannya terus mengayun kebelakang hingga orang2 yang mengepung di belakangnya itu terdesak mundur.
Lalu dengan suara keras ia berseru .
Sam-bok-leng-koan, katanya kau adalah Bu-lim cianpwe, kau tahu malu tidak ? Tapi Siang Lui sudah terlalu murka, mendadak ia melangkah maju, tangan kiri mengebas kesamping sekuatnya, walaupun kebasan itu tidak langsung menyerang Jun- yan, tapi tiba2 si gadis merasa ada suatu tenaga yang maha besar se-akan2 menyedot dirinya kesamping hingga hampir saja ia terjungkal, dan pada saat itulah, cepat sekali Siang Lui sudah baliki tangannya terus mencengkeram kemukanya lagi.
Tenaga kebasan Siang Lui itu sebenarnya bertujuan untuk membikin miring tubuh Jun-yan, menyusul terus mencengkeram.
Kalau tubuh Jun-yan sudah terhuyung-huyung kesamping, maka pasti akan kena dicengkeram seperti sengaja memapakkan sendiri.
Dalam keadaan terancam, ternyata Jun-yan tidak kurang akal, mendadak ia jatuhkan dirinya kelantai dengan berduduk, berbareng golok Pek-lin-to ia babatkan kedepan dua kali, habis itu, ujung golok ia tutulkan kelantai dan tubuhnya meloncat kesamping.
Sam-bok-leng-koan , dampratnya, kemudian mengancam, Jika kau berani maju lagi, segera aku bacok kapal jamrud ini hingga hancur, coba kau mampu membunuh aku tidak? Siang Lui menjadi mati kutu, ia pikir, sekalipun gadis itu ia cincang, tapi kalau kapal pusaka itu sudah remuk, kemana harus dicari ganti benda yang tiada taranya itu? Lalu, kau mau apa? tanyanya kemudian kewalahan, tapi dalam hati gusar tidak kepalang.
Sebenarnya kapal jamrud ini aku tak inginkan, cuma.......ah, meski aku ceritakan juga kau takkan percaya, lebih baik tak diceritakan , demikian sahut Jun-yan.
tapi golok ini biar tinggalkan padaku saja, nanti aku yang kembalikan pada Liok-hap-tong-cu! Sejak Sam-bok-leng-koan Siang Lui malang melintang di kangouw, belum pernah ia dibikin mendongkol seperti sekarang ini.
Maka sembari mendengar iapun sambil mencari akal.
Ketika Jun-yan lagi senang2 hampir selesai mengucapkan kata2nya, mendadak Siang Lui menggertak.
Ngaco-belo! dan sekali tubuhnya bergerak, secepat kilat ia menubruk maju, tangan kiri mengulur, seketika mulur hampir dua kali lipat, terus membalik hendak menampar muka si gadis.
Keruan Jun-yan terkejut, tapi cepat pula ia angkat goloknya buat menangkis.
Namun tahu2 tangan kiri Siang Lui sudah mengkeret lagi, sebaliknya tangan kanan yang mulur terus memegang buntalan dipinggang si gadis, ia barengi mendorong dengan tenaga dalamnya hingga gadis itu ter-huyung2 kebelakang sambil berseru.
Sambuti! dan segera orang2nya menyambut buntalan itu dengan hati2.
Merasa kecundang lagi, Jun-yan gusar tidak kepalang, sesudah berdiri tegak kembali, mendadak sinar tajam berkelebat, ia putar golok pusaka Pek-lin-to dan menghujani bacokan kepada Siang Lui.
Karena tidak bisa menggunakan golok, meski Jun-yan mainkan dengan menurut ilmu pukulan Hui-hun-cio-hoat namun tetap tak ungkulan melawan Siang Lui.
Sesudah beberapa jurus, ia sudah terdesak kalang kabut, keruan ia gugup dan sengit, permainan goloknya semakin cepat, ia menyerang mati2an tanpa pikir.