Manusia Aneh di Alas Pegunungan Chapter 06

Sobat tidak jadi mengaso, ada perlu apakah maka keluar lagi? demikian Jing-ling- cu coba membujuk.

Diluar dugaannya, mendadak dari tenggorokan orang itu mengeluarkan suara gerungan kalap, kelima jarinya bagai kail terus mencengkeram kearah Jing-ling-cu.

Melihat serangan itu, sebagai kawan karib tuan rumah, Tong-ting-hui-hi Bok Siang- hiong menjadi terkejut, dilihatnya serangan orang itu cepat luar biasa, dan pula Jing- ling-cu tanpa siap siaga, cepat ia mewakili bertindak, sepasang senjatanya Hun-cui-go- bi-ji , yakni semacam cundrik (badik panjang berujung lancip) yang biasa dipakai kaum nelayan, ia tarik keluar terus menghadang dimuka Jing-ling-cu sambil gunakan tipu siau-hu-kiat-khiang atau sejodoh ikan selamat bahagia, kontan ia tusukkan dada orang aneh itu.

Tapi orang aneh itu mendadak berdiri tegak.

Ujung cundrik yang gemerlapan itu berhenti di depan dadanya sekira satu-dua dim saja hingga tak sampai mengenai sasarannya.

Sebaliknya karena senjatanya sudah diulurkan sepenuhnya dan tidak mengenai sasaran, selagi Bok Siang-hiong hendak mengganti serangan tahu2 sesudah tertegun sejenak, orang itu terus baliki tangannya mencengkram, dan sebelum Bok Siang-hiong sempat menghindarkan diri, senjata Hun-cui-go-bi-ji sudah kena terbetot olehnya.

Senjata Hu-cui-go-bi-ji atau cundrik pemisah air yang dipakai Bok Siang-hiong ini terbikin dalam bentuk segi empat dan tajam tiada bandingan, tapi ketika dipegang oleh orang aneh itu dan ditarik kesamping, sesaat genggaman Bok Siang-hiong menjadi sakit tak tertahan dan tahu2 senjatanya sudah berpindah tangan.

Dalam kagetnya cepat2 ia melompat mundur.

Sebaliknya meski orang itu berhasil merampas senjata orang, tapi tak urung tangannya juga terluka oleh mata Go-bi-ji yang tajam, namun seperti tak berasa sakit saja, tiba2 kedua tangannya menekuk, sepasang senjata andalan Tong-ting-hui-hi Bok Siong-hiong itu telah kena dipatahkan menjadi empat potong terus dibuang kelantai.

Berbareng dari tenggorokan si orang aneh mengeluarkan suara kruk-kruk yang tak terhempas, mulutnya yang jelek, karena bibir atasnya sudah gerowak, menganga lebar, hingga terlihat kedua gusinya yang merah darah lantaran giginya sudah ompong seluruhnya, kesemuanya itu membikin orang2 yang memandangnya menjadi ngeri.

Dan kalau melihat gerak geriknya, agaknya orang itu seperti hendak mengucapkan sesuatu, cuma tak mampu bersuara, sebab itulah ia menjadi kelabakan sendiri.

Melihat macam orang yang menakutkan bagai setan itu, tapi tampaknya hendak mengucapkan sesuatu perkataan, Lou Jun-yan menjadi menaruh belas kasihan.

Maka lantas menegur .

He, apakah kau hendak menga..........

Tapi belum lagi selesai pertanyaannya mengatakan sesuatu diucapkan tiba2 dari tenggorokan orang itu mengeluarkan semacam suara siulan gembira, lalu kedua tangannya dipentang terus menubruk kearah si gadis.

Keruan Jun-yan menjerit kaget.

Baiknya ilmu ginkangnya sudah terlatih sangat matang, sekali kakinya menutul dengan gerakan Koan-im-seng-thian atau Budha Koan-im naik ke langit, tubuhnya terus mencelat keatas dan menggunakan tangannya memegangi belandar paseban kuil itu, hingga tubuhnya bergantung di udara.

Tak tersangka, tahu-tahu orang aneh itu seperti bayangan saja yang selalu mengikuti gerak tubuhnya, iapun ikut meloncat keatas terus meraup, tiba-tiba Jun-yan merasa kakinya terbetot, tapi syukur segera terlepas, kiranya sebuah sepatu yang terbuat dari kulit rusa itu telah lepas kena ditarik manusia aneh itu.

Dalam kaget dan takutnya, cepat si gadispun melompat turun kesamping.

Orang aneh itu ternyata tidak memburunya lebih jauh, hanya sebelah sepatu si gadis itu dipeganginya kencang-kencang, sambil tiada hentinya ditempelkan kepipinya dengan lakunya yang lucu bagai sijejaka lagi bercumbu rayu dengan sang kekasih.

Melihat itu, Tai-lik-kim-kong Tong Po menjadi geli .

Hahaha, mungkin sekali orang ini berpenyakit gila perempuan! Ngaco-belo! semprot Jun-yan dengan wajah merah jengah.

Maklum seorang gadis remaja tidak layak mendengarkan kata2 semacam itu.

Tapi karena suaranya itu, tiba2 orang aneh itu sisipkan sebelah sepatunya itu kedalam bajunya, lalu bagai anak panah terlepas dari busurnya, cepat sekali ia menubruk kearah si gadis sambil tangan dipentang.

Lekas-lekas Jun-yan berkelit kesamping hingga orang aneh itu menubruk tempat kosong, dan begitu seterusnya sampai dua-tiga kali luput menubruk sasarannya, namun masih tetap ia memburu kearah mana si gadis menyingkir dan menyusul menubruk lagi, hingga keduanya undak-undakan kian kemari mengitari ruangan sampai beberapa kali.

Ketika sekilas Jun-yan mengetahui sikap Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin yang lagi senang2 lantaran menyaksikan dirinya diuber orang aneh itu, tiba-tiba iapun mendapatkan akal, cepat ia berkelit dari tubrukan si orang aneh dan mengumpet kebelakang tubuh Cu Hong-tin sembari mengeluarkan suara tertawa terkikih-kikih untuk memancing datangnya si orang aneh itu.

Dan aneh juga, entah mengapa, asal mendengar suara si gadis, pasti orang aneh itu pentang mulut mengeluarkan suara ah-ah-ah yang tak jelas terus menubruk kearahnya.

Sekali ini pun tidak terkecuali, kontan ia menubruk lagi ketika mendengar suara tawa si gadis, dan sudah tentu yang pertama-tama harus menghadapinya adalah Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin yang dibuat tameng.

Cu Hong-tin tadi sudah merasakan betapa lihaynya orang aneh itu, keruan ia sangat terkejut oleh tubrukan itu, lekas-lekas ia mengegos kesamping, namun Lou Jun yan juga terus menempel disebelahnya sambil tertawa pula, hingga tentu saja diuber lagi oleh si orang aneh.

Setelah berkelit beberapa kali masih terus diudak saja, akhirnya Cu Hong-tin menjadi kalap.

Sekali kebutnya mengebas, bulu kuda kebut itu mekar bagai berdiri, dengan gerak serangan hun-hoa-hut-liu atau menebar bunga mengebut pohon liu, segera ia menyabet kedada orang aneh itu.

Diwaktu mengubar Lou Jun-yan, kedua tangan orang aneh itu selalu dipentang lebar2 se-akan2 hendak merangkul si gadis kepelukannya.

Dalam sikap demikian, dengan sendirinya dadanya menjadi terbuka tidak terjaga.

Maka serangan Cu Hong-tin itu boleh dikata dapat makanan empuk , apalagi bulu kebutnya itu hanya satu perempat terbuat dari bulu kuda, sedang tiga perempat lainnya adalah benang emas putih yang sangat lembut, bahkan pada tiap2 ujung benang emas itu berkait kecil.

Senjata ini adalah dahulu dimasa mudanya ia berkelana ke daerah barat, dimana ia dapat menawan dua orang pandai emas, ia tutup mereka didalam suatu kamar dan paksa mereka selama tujuh bulan untuk membuatkan benang emas berkait dari bulu kebut itu.

Dikalangan kang-ouw, kebutannya itu terkenal dengan nama siau-yau-kek-lok-hut atau kebut pesiar kesorga.

Nama itu diambil oleh karena ilmu permainan kebutnya yang berjumlah tiga puluh enam jurus itu disebut Kek-lok-hut-hoat atau ilmu kebut riang gembira, setiap jurus mempunyai nama yang indah.

Pula dengan kebutnya itu entah sudah berapa banyak korbannya yang sudah dikirim ke sorgaloka.

Begitulah, sebab kebutnya cepat lagi ganas, dan orang aneh itu justru menubruk kedepan, maka telah kena disabet.

Tapi orang aneh itu pun amat sigapnya, cepat sebelah tangannya membalik hendak menangkap ekor kebut lawan.

Namun Cu Hong-tin sudah sempat menarik kembali senjatanya, bahkan berbareng sikunya digunakan untuk menyikut Lou Jun-yan yang berada dibelakangnya, malahan kebutnya yang ujung benangnya berkait itu terus dikebaskan pula buat menyerempet si orang aneh itu.

sekali gerakan dua serangan yang amat lihay.

Sebaliknya karena tahu dirinya hendak disikut, cepat Jun-yan melompat pergi, sedang orang aneh itupun berusaha hendak bungkukan tubuhnya menghindarkan serangan, namun demikian, dimana kebut Cu Hong-tin menyamber, terdengarlah suara bret , kain baju dibagian dada orang aneh tetap tersobek sebagian besar, hingga tulang iganya yang menonjol bagai jeruji pagar itu tampak jelas.

Sementara itu karena serangannya berhasil, hati Cu Hong-tin menjadi besar, mendadak kebutnya ia sentak, tahu2 bulu kebut itu menjengkit terkumpul menjadi satu hingga ujungnya yang lancip itu ditutukan kearah Jin-tiong-hiat dijidat si orang aneh.

Tipu serangan itu terkenal dengan nama gwa-ho-seng-thian atau menumpang bangau menjulang kelangit, cepat lagi ganas luar biasa.

Tapi sama sekali orang itu tidak berkelit, tanpa menggeser tubuh, tahu-tahu badannya menyondong kebelakang mengeluarkan ilmu tiat-pan-kio atau jembatan papan besi yang maha hebat.

Dan pada saat itu Cu Hong-tin hendak ayunkan kebutnya terus, mendadak ia sendiri menjerit kaget, kebutnya yang sudah dikebaskan itu ia tarik kembali mentah-mentah, habis itu ia maIah terhuyung2 mundur kebelakang dengan muka pucat lesi dan sinar matanya nyata sekali menunjukkan rasa ketakutan.

Tadi waktu orang aneh itu mengeluarkan kepandaian tiat-pan-ko , oleh Jing-ling-cu, Tong Po dan kawan-kawannya dapat melihat dengan jelas bahwa kedua tangannya menurun kebawah tanpa mengadakan pembelaan diri sedikitpun, tapi kenapa mendadak Cu Hong-tin malah terhuyung-huyung mundur dengan wajah ketakutan ? Ada apakah, Cu-heng? Kau tidak apa-apa, bukan ? demikian sebagai kawan mereka lantas menanya.

Namun Cu Hong-tin tidak menjawab, bahkan terus putar tubuh dan melangkah keluar kelenteng, hingga sekejap saja orangnya sudah pergi jauh.

Hai, hai, hidung kerbau, utangmu kali gaplokan tadi masih belum kulakukan! segera Jun-yan ber-teriak2.

Tapi tahu bila dengar suaranya itu, tentu si orang aneh akan menubruknya lagi, maka segera iapun menggeser tubuhnya terus mengumpet dibelakangnya Jing-ling-cu.

Saat itulah tubuh si orang aneh telah membal keatas, lalu tancap kaki kembali kebawah, dan pada saat yang sama, Jun-yan juga sudah berdiri tegak dibelakang pelindungannya.

Ia lihat orang aneh itu tengak-tengok kesana kemari sambil kepalanya meleng-meleng seperti ingin mendengarkan sesuatu.

Posting Komentar