Sebenarnya ia tak faham To-hoat atau ilmu permainan golok, gerak serangan ini hanya dia keluarkan berdasarkan Hui-hun-cio-hoat atau ilmu pukulan awan mengapung yang dipelajari dari sang guru, gerakan enteng gesit, tipu serangannya cepat ganas, pula ketiga orang itu takut pada tajamnya golok itu, maka mereka jadi terdesak sampai mundur2 terus.
Melihat ada kesempatan, segera Jun-yan melompat kedepan.
Tatkala itu para pekerja perusahaan pengawalan itu lagi berdiri disamping kereta muatan buat menonton pertempuran dan kereta2 itu berhenti ditengah jalan raya, ketika Jun-yan menerjang kesamping kereta itu, sekali kakinya melayang, dua orang disitu segera terpental pergi.
Menyusul mana Jun-yan cabut panji pertandaan diatas kereta itu dan sekali tekuk, ia patahkan panji itu menjadi dua terus dibuang sekenanya, habis itu goloknya untuk membacok kereta.
Keruan ketiga orang tadi sangat terkejut, berbareng mereka memburu datang.
Mendengar dari belakang ramai dengan tindakan orang, tanpa berpaling lagi Jun- yan ayun goloknya terus membabat kebelakang dengan gerakan heng-hun-liu-cui atau awan meluncur air mengalir, tapi mendadak ia robah menjadi liu-hun-tui-gan atau awan meluncur mengejar belibis.
Dasar golok pusaka Pek-lin-to lebar dan panjang, maka seperti tangan si gadis bertambah panjang, dan pula dimainkan dengan dasar bui hun-cio-hoat , maka terdengarlah segera suara creng-creng dua kali, menyusul sekali lagi suara jeritan orang yang ngeri.
Setelah ini, barulah Jun-yan memutar tubuh, dilihatnya toya kedua lawannya sudah terkutung semua, seorang lagi pundaknya terluka parah dan roboh ditanah.
Nyata dalam dua jurus saja tiga orang lawan sudah dikalahkannya.
Nah, bagaimana ? Cukup tidak untuk maukan perahu jamrudmu itu ? jengek Jun- yan kemudian sembari acungkan goloknya.
Tapi baru selesai ucapannya, tiba2 terlihat wajah ketiga orang itu mengunjuk rasa girang sembari berseru .
Sam-susiok ! Menyusul mana lantas terdengar dibelakangnya ada suara orang tua yang serak sedang berkata .
Perahu jamrud itu berada padaku, jika nona mau boleh mengambilnya, mari! Cepat Jun-yan berpaling, maka terlihatlah diatas kereta piau sana entah kapan sudah berdiri seorang tua berpakaian ringkas.
Wajah muka orang tua ini aneh luar biasa, mukanya lebar, diantara kedua alisnya terdapat sebuah belang panjang bundar hingga nampaknya seakan-akan punya tiga mata, tangan dan kakinya pendek, tapi tanpa senjata.
Kedua matanya bersinar tajam sedang memandangi Jun-yan.
Hm , tiba2 kakek itu menjengek pula, kau membawa Pek-lin-to kaum Khong-tong- pay, tapi terhadap Liok-hap-to-hoat sedikitpun tidak becus.
Ketiga murid keponakanku itu kena kau kelabui, sebab menyangka kau adalah anak murid Khong-tong-pay dan rada mengalah, karena itu, apakah kau lantas anggap diri sendiri tiada bandingan dikolong langit ini ? Melihat macamnya orang, diam2 Jun-yan menduga orang tua ini tentu yang disebut Sam bok-leng-koan Siang Lui, simalaikat bermata tiga.
Pikirnya kebetulan, memangnya aku bertujuan menyohorkan nama, kenapa aku tidak coba-coba tempur tokoh terkenal ini ? Maka dengan tertawa dingin iapun menyahut .
Huh, kalau golok pusaka Khong- tong-pay saja sudah berada di tanganku, lalu apa kau tidak pikir baik2 dulu, tapi ingin cari penyakit ? Dengan kata2nya itu, ia seakan-akan maksudkan .
jika golok pusaka Liok-hap-tong- cu Li Pong dari Khong-tong-pay saja dapat kurebut, lalu kau Sam-bok-leng-koan kira- kira bagaimana kalau dibandingkan Li Pong ? Tapi Sam-bok-leng-koan Siang Lui justru bertabiat sangat keras, meski banyak sabar sesudah tua, namun tak tahan juga oleh kata2 pancingan si gadis, sekali menggereng tertahan mendadak orangnya mendoyong kedepan dengan kaki masih menancap diatas kereta, lalu tangan kanannya tiba2 diulur, jarinya bagai kaitan terus mencengkeram kepundak si gadis.
Melihat tangan orang pendek-pendek saja pula jarak mereka lebih dari lima kaki, Jung yan menaksir pasti cengkeraman orang itu tidak sampai, maka ia anggap sepi.
Tak terduga, di waktu kecil Siang Lui bertiga pernah mendapat guru kosen dan masing-masing mendapatkan pelajaran ilmu yang lihay, sejak masih muda Siang Lui sudah berhasil melatih ilmu thong-pi-kong atau ilmu lengan sakti, walaupun lengannya pendek, tapi bila dijulurkan buat mencengkeram, sekali lengan kiri sedikit mengkeret, segera lengan kanan memanjang lebih dari dua kali.
Karena tak ter-sangka2 akan kepandaian orang, hampir-hampir saja Jun-yan kena dicengkeram, cepat ia balikkan goloknya dengan tiy hun-li-yu-liong atau naga melayang didalam awan, segera ia bermaksud membabat lengan musuh.
Akan tetapi sudah terlambat, tahu-tahu goloknya telah kena tercengkeram, ketika Siang Lui gunakan jari telunjuknya terus menjentik, maka nadi tangan Jun-yan kena tertutuk, separoh tubuh si gadis terasa kaku kesemutan, tubuhnya pun ter-huyung2 mundur beberapa tindak dan golok pusaka Pek-lin-to sudah pindah ke tangan Siang Lui.
Ternyata sekali gebrak saja, segera golok pek-lin-to sudah dapat direbut Siang Lui, hal ini benar salah Jun-yan sendiri yang lengah, tapi kalau dibandingkan sungguh2, keuletan Siang Lui memangnya juga jauh diatas si gadis, seumpamanya sekali gebrak tak berhasil, dalam sepuluh jurus hendak merebut golok, rasanya juga tidak sulit baginya.
Setelah golok dirampas orang, Jun-yan berdiri tertegun ditempatnya tanpa berdaya.
Sementara itu Sam-bok-leng-koan Siang Lui telah berkata lagi dengan dingin .
Nah, perahu jamrud itu apakah nona masih inginkan pula ? Dibawah pandangan orang banyak, Jun-yan menjadi malu dan gusar, sesaat ia berdiri kaku tanpa bisa menjawab, dan selagi hendak nekad menubruk maju buat adu jiwa dengan Siang Lui, tiba2 terdengar suara ting-ting keleningan, Suseng menunggang keledai tadi tahu2 telah menyelak masuk kelingkaran orang banyak terus bersoja kepada Siang Lui.
Sam-bok-leng-koan , sapa pemuda itu, sudah lama namamu tersohor, kenapa harus main2 dengan seorang nona cilik? Jika melihat dia membawa Pek-lin-to, dengan sendirinya dia ada hubungan dengan Liok-hap-tong-cu janganlah sampai dari kawan nanti menjadi lawan ? Siang Lui tergerak hatinya oleh kata2 si pelajar, sahutnya .
Lalu, dua orangku dicelakai, apa lantas selesai begitu saja? Kejadian itu aku juga melihatnya tadi , kata Suseng itu pula.
Asalnya disebabkan kata-kata orangmu yang kasar hingga terjadi salah faham, maka menurut aku, tidakkah lebih baik dianggap selesailah sudah! Meski usianya muda, tapi caranya berkata ternyata seperti orang tua.
Memangnya Jun-yan lagi serba susah, kini dapat diketengahi orang, hatinya benar2 berterima kasih.
Sesudah memikir sejenak, kemudian Siang Lui menjawab .
Kata-katamu memang tidak salah, tapi golok ini harus ditinggalkan padaku biar kelak kalau pekerjaanku sudah selesai akan kuhantarkan sendiri ke Khong-tong san untuk diserahkan pada Li Pong! Mendengar golok pusaka itu akan ditahan, Jun-yan menjadi gusar lagi dan segera hendak mendamprat, tapi suseng itu telah kedipi matanya mencegah, lalu terdengar ia berkata .
Baiklah, begitu juga boleh! Habis itu, keledainya ia keprak mundur ke samping Jun-yan dan berkata pula .
Marilah kita pergi saja ! dan sedikit tubuhnya menggeser, tangannya diulur, tahu2 Jun- yan telah ditarik keatas keledainya, ketika suara keleningan berbunyi lagi, keledai itu segera pentang kaki berlari cepat, sekejap mata saja sudah jauh meninggalkan tempat itu.
Karena merasa terima kasih, maka Jun-yan pun tidak anggap sembrono kelakuan Suseng itu, tanyanya kemudian .
Belum lagi aku menanya namamu yang terhormat, banyak terima kasih atas pertolonganmu ! Tiba2 suseng tertawa dan menjawab.
Keledaiku ini disebut oh-hun-hoan-hui (mega hitam ber-gulung2), disebut juga soat-li-song-than (menghantar orang dibawah salju), adalah binatang pilihan yang susah didapatkan, kalau siang bisa mencapai ribuan li, bila malam sanggup berlari ber-ratus2 li! nyata jawabannya menyimpang dari yang ditanya.
AHA, kau ini sungguh lucu, orang tanya namamu, tapi kau jawab tentang keledai! kata Jun-yan sambil tertawa geli.
Eh, kiranya nona menanya namaku yang rendah ? Tapi bukankah nona juga ingin tahu betapa bagusnya keledai ini, supaya kalau ada kesempatan lantas turun tangan merampasnya kata suseng itu mengunjuk heran.
Ternyata rahasia hati Jun-yan dengan tepat telah kena dibongkar oleh pelajar itu, keruan muka si gadis menjadi merah.
Tapi iapun benar2 seorang gadis yang bersifat ke-kanak2an, segera iapun bertanya .
He, darimana kau tahu ? Mudah saja , sahut suseng itu.
Aku melihat nona mengincar keledaiku terus ketika aku larikan dengan cepat, malahan nona berdiri keatas punggung kuda buat melihatnya, mengapa aku tak mengerti maksud nona? Mendengar itu Jun-yan semakin kikuk, diam-diam ia merasa pelajar itu sangat menyenangkan, kalau melihat sifatnya yang ramah tamah tapi tentu juga orang kalangan Bulim, sudah tahu dirinya hendak mengincar keledainya, namun masih sudi menolong padanya, kalau dibandingkan, nyata dirinya yang terlalu tak berbudi.
Karena pikiran ini, disamping berterima kasih, Jun-yan jadi menaruh hormat juga padanya.
Pesat sekali keledai itu berlari, tidak lama 40-50 li sudah dilalui, tiba2 suseng itu menahan keledainya, perlahan sekali tangannya mengebas, tiba2 Jun-yan merasa didorong oleh sesuatu kekuatan yang maha besar, tahu2 orangnya terpental dari punggung keledai terus berdiri tegak baik2 diatas tanah.
Sedang si gadis heran dan bingung sementara suseng itu sudah berkata.
Harap nona jaga diri baik2 dalam perjalanan selanjutnya, aku masih ada urusan lain, sekarang juga kumohon diri , ketika mengucapkan kata2 mohon diri itu, orang berikut keledainya sudah berada belasan tombak jauhnya.
Dengan ter-mangu2 Jun-yan terpaku ditempatnya, sampai bayangan orang sudah menghilang, barulah ia seperti tersadar dari impian.
Aneh juga, hatinya yang selama ini tiada ganjelan, tiba2 timbul semacam perasaan kesal, ia merasa kalau bisa hendak menyusul suseng itu untuk diajak ngobrol, dengan begitu hatinya yang kesal akan terhibur.
Sesudah merenung sejenak, dengan masgul iapun meneruskan perjalanannya.
Petangnya, ia sampai disuatu kota dan mendapatkan suatu penginapan, didalam kamarnya, ia masih merasa kesal, sembari bersandar pada jendela, ia memandang jauh keluar, pikirannya me-layang2 pada suseng tampan itu.
Pada saat itulah diluar terdengar suara ramai berisik, kiranya kereta barang Sam- thay Piaukiok itu juga menginap pada hotel yang sama, tapi Jun-yan tidak ambil pusing.