Manusia Aneh di Alas Pegunungan Chapter 12

Ai, toako ini! demikian sambung yang lain seperti dua pelawak yang lagi main dagelan, kenapa dia memaki orang? Siapa tahu kalau dia telah penujui kita berdua! Hahaha! Begitulah mereka bergelak ketawa, masih ada tiga-empat orang kawannya yang dengan sendirinya ikut terbahak-bahak.

Sebenarnya mulut Lou Jun-yan tidak kalah tajamnya, ditambah kecerdasannya, biasanya tokoh persilatan mana saja kalau kebentur dia, tentu akan merasa kewalahan.

Seperti halnya Siau-yau-ih-su yang dipermainkannya diatas Ciok-yong-hong, tapi tak mampu membalas.

Tapi kini menghadapi dua lelaki bangor dengan kata-katanya yang bersifat rendah kotor, sebagai seorang gadis dengan sendirinya tak ungkulan menandinginya.

Keruan mukanya menjadi merah mendengar apa yang dikatakan kedua orang Piau- kiok tadi, pikirnya .

Mereka berteriak membuka jalan memang sudah menjadi peraturan Piaukiok, salahku sendiri tadi memaki mereka, kini rugi sendiri! maka sembari melototi kedua orang itu dengan sengit, tanpa buka suara lagi ia keprak kudanya berlari mendahului.

Kalau si nona sudah terima salah, sebenarnya urusan menjadi beres, tapi dasar kedua orang Piaukiok itu memang lelaki bangor, mereka masih tidak kenal selatan, dikiranya Jun-yan hanya seorang gadis biasa yang mudah digoda.

Tiba-tiba merekapun keprak kuda menyusul bahkan sambil bergembar-gembor dengan kata2 kotor yang tak sedap untuk didengar.

Sungguh hati Jun-yan tak bisa bertahan lagi, diam2 ia pikirkan nama perusahaan Sam-thay-piau-kiok yang diteriakan mereka tadi, logat mereka juga logat daerah Soatang, nama Sam-thay-piau-kiok di Soatang memang sangat terkenal, cuma siapa pemimpinnya ia sudah lupa.

Kini ia hendak memberi hajaran setimpal pada laki2 bangor itu, iapun tak pikir bakal cekcok dengan siapa nanti.

Maka segera ia menahan kudanya sambil menoleh, ia menggapaikan tangan dan memanggilnya .

Marilah, kalian kemari ! Melihat itu, mengira kalau si nona sungguh2 kepincut, saking senangnya, tulang kedua orang itu se-akan2 lemas seluruhnya.

Maka dengan suara sahutan yang di-bikin2, segera merekapun keprak kuda kedepan.

Diluar dugaan, baru mendekati si gadis, mendadak sinar pecut berkelebat, pandangan mereka menjadi silau tar-tar dua kali, muka kedua orang itu terkena sabetan pecut, saking kesakitan hingga mereka ber-kuik2 bagai babi disembelih, terus merosot kebawah kuda.

Rasa gusar Jun-yan masih belum reda, sekali lompat turun sret golok Pek-lin-to asal milik Li Pong itu ia lolos hingga memancarkan sinar hijau, dan sekejap kemudian, daun telinga kedua orang itu sudah berpisah dengan tuannya, menyusul mana si gadis ayunkan kakinya hingga tubuh mereka terpental jauh ke tepi jalan.

Meski perbuatan Jun-yan dilakukan dengan cepat sekali, namun tempat dimana terjadi itu adalah jalan raya yang sangat ramai.

Maka demi melihat seorang gadis jelita memegangi sebilah golok yang gemerlapan, sedang dua orang lagi ber-guling2 ditanah penuh darah dimuka, karuan orang yang berlalu disitu menjadi kacau.

Tapi Jun-yan tidak peduli, sedang ia hendak melanjutkan perjalanannya, tiba2 terdengar lagi suara keleningan yang ber-ning2.

Waktu ia memandang, kiranya keledai putih yang bertelapak kaki dan ekor hitam itu lagi yang sudah balik kembali dan berhenti sejauh dua-tiga tombak darinya.

Penunggangnya, sipelajar muda itu yang menunggang keledai secara mungkur, lagi ter-senyum2 kearahnya diatas binatang tunggangannya.

Pikir Jun-yan, kebetulan ular mencari penggebuk , memangnya dirinya lagi hendak merampas keledai itu, kini ia sendiri yang datang kembali, kenapa tidak sekalian dilakukan sekarang, tokh tadi sudah terjadi onar? Dengan keputusan itu, sedang ia hendak melesat kesana, tiba-tiba dilihatnya ada tiga kuda bagus sedang menerobos rombongan kereta dan berjalan menuju kearahnya, tiga orang penunggangnya nampak cekatan sekali diatas kudanya hingga sekejap saja sudah datang menghadang didepan si gadis.

Belum lagi Jun-yan mengamat-amati ketiga orang itu, dilihatnya si Suseng tadi sedang bertepuk tangan sambil tertawa dan berkata .

Hahaha, bakal ramai, bakal ramai, tentu bakal ramai sekali! Jun-yan menjadi mendongkol, ia mendelik kearahnya.

Tapi tiba-tiba dilihatnya sewaktu pelajar itu bertepuk tangan tadi, tangannnya gemerlapan dengan sinar kuning emas, bila ditegasinya, baru diketahui bahwa kedua telapak tangan pemuda itu ternyata halus rata tanpa satu jaripun, kecuali ditangan kanannya pada jari telunjuknya memakai sebuah salut emas yang bersinar kuning mengkilap.

Melihat itu, diam2 Jun-yan gegetun sendiri.

Sungguh sayang seribu kali sayang, seorang pemuda yang begitu tampan ganteng ternyata tangannya cacat tanpa jari.

Karena itu, tanpa merasa ia memperhatikan pula sekejap pada orang, sebaliknya Suseng itupun lagi tersenyum padanya, entah mengapa, Jun-yan menjadi merah jengah dan lekas-lekas melengos.

Ketiga penunggang kuda yang memburu datang tadi, sebenarnya mula-mula berwajah sangat gusar, tapi ketika melihat ditangan si gadis membawa Pek-lin-to, mereka jadi tercengang dan mengunjuk rasa heran.

Segera yang berdiri ditengah yang berumur paling tua melangkah maju serta menegur.

Sam thay-piaukiok kami selamanya tiada permusuhan dengan Khong-tong- pay, guru kami Sam-jiu ji-lay Hang-It-wi dengan Liok-hap-tong-cu malahan adalah sobat kental, kenapa sekarang nona mencegat ditengah jalan hendak merampas piau (barang kawalan) kami ditengah hari bolong ? Meski lagu perkataan orang ini tidak kasar tapi terang bersifat menuduh tanpa sebab musababnya, walau sudah kenal juga golok pusaka yang berada ditangan si gadis adalah Pek-lin-to pusaka Khong-tong-pay.

Keruan Jun-yan menjadi marah.

Hm, jadi kalian bilang aku hendak merampas barang kawalanmu? jengeknya segera.

Ketiga orang itu tertegun, tapi toh menjawab juga .

Rasanya juga tidak mudah, jika itu memang maksudmu ! Sebenarnya tiada maksud sama sekali pada Jun-yan hendak merampas barang kawalan orang, tapi kini ia benar2 dibikin marah.

Tiba2 terdengar Suseng muda tadi dari samping malahan ikut mengipasi, katanya dingin.

Aha, orang sudah terlalu mendesak, kalau tidak turun tangan, kemanakah muka harus disembunyikan! Sementara itu ketiga orang tadi sudah ambil kedudukan sejajar, masing2 mengeluarkan toya Sam-ciat-kun , yaitu toya tekuk tiga, hingga menerbitkan suara gemerincing karena rantai penyambungnya.

Tentu saja hal mana sangat menarik perhatian orang yang berlalu lalang disitu, segera penonton merubung makin lama makin berjubel, se-akan2 tinggal menunggu Jun-yan yang memulai turun tangan.

Dasar anak murid Thong-thian-sin-mo Jiau Pek king yang tindak tanduknya terkenal aneh, setiap perbuatan hatinya menurut panggilan hati seketika, sedang akibatnya tak pernah dipikir.

Rupanya sifat ini sedikit banyak juga menurun pada diri Jun-yan.

Maka dengan tertawa dingin segera jengeknya .

Baiklah, katakan terus terang barang apa yang kalian kawal, jika nonamu tidak penuju, boleh jadi tidak sudi turun tangan! Ketiga orang itu berwatak berangasan dan tinggi hati, berkat nama besar Sam-thay piaukiok pula dengan tiga pemimpinnya, yaitu terdiri dari tiga saudara perguruan, yang tua bernama Sam-jiu-ji-lai Hang It-wi, kedua Sam-pi lo-jia Tiat Gin, ketiga Sam-bok-Ieng- koan Siang Lui.

Kesemuanya memiliki kepandaian tunggal yang lihay, pergaulannya luas diseluruh negeri, sejak membuka Sam-thay piaukiok, dari kalangan mana saja suka memberi bantuan seperlunya dan selamanya tak pernah gagal.

Sebab itu sedikit banyak orang2nya menjadi terkebur, apalagi kini melihat Jun-yan hanya seorang gadis jelita, lebih2 tak dipandang sebelah mata oleh ketiga orang itu.

Maka dengan tertawa dingin orang yang tadi menjawab .

Yang kami kawal adalah benda berharga yang bernilai belasan laksa tahil emas, ada diantaranya sebuah kopiah bertabur mutiara yang besar-besar, ada pula sebuah perahu jamrud yang panjangnya hampir satu meter warna seluruhnya hijau dan terukir dari batu kumala asli, betapa hidup ukiran perahu itu hingga beberapa puluh penumpangnya diatas perahu juga seperti hidup sungguh2.

Nah, dapatkah barang2 itu menarik perhatianmu ? Begitu terkeburnya, hingga barang2 berharga yang mereka kawal, benar2 ia beritahukan pada Jun-yan.

Padahal biasanya benda apa yang dikawal, justru harus dirahasiakan, tak nanti sembarangan boleh diketahui orang, kini caranya bilang terus terang, jelas sekali Jun-yan di pandang sepele saja.

Keruan hati si gadis semakin geram, ia pikir sekalipun nantinya harus berurusan dengan Sam jiu-ji-lai bertiga, hari ini sudah pasti aku akan menahan piau ini, bila tidak, mukaku ini harus ditaruh dimana seperti kata si Suseng tadi ? Mengingat akan pelajar muda itu, tanpa terasa ia melirik pula kearahnya dan tertampak orang masih berpeluk tangan sambil bersenyum saja menonton disamping.

Dasar watak Jun-yan memang tak mau dikalahkan orang, apalagi sejak kecil sudah dimanjakan sang guru, maka begitu ambil keputusan, segera ia membentak .

Nah, jika begitu, semuanya tinggalkan untuk nonamu disini! Habis itu, goloknya bergerak, selarik sinar hijau segera menyambar dari atas kebawah.

Cepat ketiga orang itu bersuit, lalu memencar tanpa balas menyerang.

Tapi orang yang berdiri ditengah-tengah tadi telah menjadi incaran Jun-yan, ia menyusul cepat dan mengirim tusukan dari samping.

Lekas-lekas orang itu ayun toyanya untuk menangkis hingga menerbitkan suara gemerincingan.

Mendadak dari menusuk Jun-yan baliki golok pusakanya terus membabat kebawah, maka terdengarlah suara creng yang keras, toya yang bertekuk tiga itu sudah kena ditabas kutung sebagian.

Ha, benar-benar Pek-lin-to pusaka Khong tong-pay! seru orang itu dengan muka berubah.

Mungkin tadinya ia masih ragu-ragu apakah anak murid Khong-tong-pay bisa melakukan pembegalan.

Sementara itu Jun-yan telah tertawa dan berkata .

Nah, jika sudah kenal kelihayanku, tinggalkan barangmu, biar jiwamu nonamu ampuni! sembari berkata, goloknyapun terus membacok dan membabat ber-runtun2 beberapa kali.

Posting Komentar