Kisah Si Bangau Merah Chapter 25

NIC

Pada saat itu, muncul seorang laki-laki yang tinggi kurus dan orang itu berseru,

"Saudara Mo Si Lim, selamat datang! Maafkan kawan-kawanku. Mereka hendak mengujimu, apakah engkau dapat menyimpan rahasia kami!"

Mo Si Lim mengerutkan alisnya dan memandang Si Tinggi Kurus.

"Ah, Saudara Ciang Sun, apakah sampai sekarang engkau masih belum percaya kepadaku? Kalau tidak ada saling kepercayaan, lebih baik tidak ada hubungan saja! Bukankah aku hanya akan membantu Thian-li-pang?

"Sekali lagi maafkan, Sobat. Nah, duduklah dan bagaimana hasil dan jawaban surat dari pang-cu (ketua) kami?"

Tanya Ciang Sun,

Si Tinggi Kurus yang menjadi orang kepercayaan Thian-li-pang untuk melakukan operasi penting itu, yaitu mencari dana untuk perkumpulan orang-orang gagah yang hendak menentang pemerintah penjajah itu, dan mengatur rencana untuk mencoba melakukan pembunuhan terhadap Kaisar Kian Liong. Dia memperoleh kepercayaan ini karena Ciang Sun merupakan seorang di antara pembantu-pembantu utama yang memiliki kepandaian silat tinggi di samping kecerdikan dan keberanian. Mo Si Lim duduk di atas kursi, berhadapan dengan Ciang Sun, sedangkan delapan orang anggauta Thian-li-pang berdiri di sudut-sudut ruangan itu, berjaga-jaga dengan sikap gagah. Dengan hati masih merasa mendongkol atas penyambutan tadi, Mo Si Lim lalu mengambil sikap angkuh.

"Saudara Ciang Sun, surat dari ketua kalian telah berkenan diterima oleh Yang Mulia Puteri Siang Hong-houw kemarin sore."

"Kenapa baru kemarin sore? Bukankah surat itu telah kami serahkan kepadamu lima hari yang lalu?"

Ciang Sun bertanya tiada suaranya menegur.

"Hemm, kalian ini ingin mudah dan enaknya saja. Menghadap Siang Hong-houw dengan membawa surat rahasia seperti itu, tentu saja membutuhkan ketelitian dan kewaspadaan. Kalau sampai diketahui orang lain, berarti hukuman mati bagiku, sedangkan kalian enak-enak saja berada di luar dan tidak terancam bahaya."

"Baiklah, kami mengerti, Saudara Mo Si Lim. Lalu bagaimana jawaban dari Siang Hong-houw?"

Mo Si Lim memandang kepada Ciang Sun, lalu kepada para anggauta Thian-li-pang yang berdiri seperti patung dan dengan suara mengandung kebanggaan dia pun berkata,

"Yang Mulia Siang Hong-houw selalu mendukung perjuangan yang hendak membebaskan rakyat dari cengkeraman penjajah. Yang Mulia selalu merasa gembira mendengar bahwa Thian-li-pang berjuang demi kemerdekaan, dan untuk menyatakan dukungannya, maka permohonan Thian-li-pang untuk diberi sumbangan, telah menggerakkan hati Yang Mulia dan beliau mengirimkan ini sebagai sumbangan untuk Thian-li-pang."

Dia mengelu-arkan kotak hitam kecil dari dalam jubahnya dan meletakkan kotak itu di atas meja, lalu membuka tutupnya. Semua mata memandang ke arah peti den orang-orang Thian-li-pang itu marasa gembira dan kagum. Sekali pandang saja tahulah Cia Sun bahwa isi peti itu merupakan harta yang cukup berharga besar dan akan banyak membantu kebutuhan Thian-li-pang. Akan tetapi, bagi Ciang Sun, sumbangan ini bukan merupakan tugas utama yang terpenting.

"Dan bagaimana dengan rencana besar kami? Apakah Yang Mulia menyetujui dan sudi membantu kami agar tugas kami itu dapat terlaksana dengan lancar?"

Mo Si Lim menarik napas panjang. Orang-orang ini memang mau enaknya saja. Disangkanya membunuh seorang Kaisar, putera Kaisar yaitu Pangeran Cia Cing, dan cucu Kaisar Pangeran Tao Kuang, merupakan pekerjaan yang mudah!

Pangeran Cia Cing merupakan seorang pangeran mahkota yang kedudukannya kuat dan memiliki banyak pendukung, sedangkan Pangeran Tao Kuang, tentu saja dengan sendirinya merupakan calon kalau-kalau ayahnya gagal terpilih. Pangeran Cia Cing berusia empat puluh tahun, sedangkan puteranya, Pangeran Tao Kuang berusia dua puluh tahun. Sedangkan Pangeran Kian Ban Kok yang diusulkan oleh Thian-li-pang untuk menjadi calon Kaisar itu adalah seorang pemuda berusia dua puluh tahun yang terkenal royal, mata keranjang dan hanya mengejar kesenangan belaka, sama sekali tidak mempunyai kemampuan dan tidak pantas untuk dijadikan calon Kaisar! Agaknya Thian-li-pang justeru memilih pangeran itu yang selain berdarah Han dari ibunya, juga merupakan seorang yang kelak tentu akan mudah dipengaruhi dan dijadikan Kaisar boneka.

"Sayang sekali untuk permohonan Thian-li-pang yang ke dua itu, Yang Mulia Siang Hong-houw belum berkenan menyetujui."

"Ahhh! Justeru itulah yang terpenting bagi kami! Kalau usaha itu berhasil, berarti perjuangan kami pun berhasil. Bagaimana mungkin Sang Permaisuri tidak menyetujui kalau beliau mendukung perjuangan kami?"

"Hemm, hendaknya kalian suka mengingat bahwa Yang Mulia Permaisuri adalah isteri dari Sribaginda Kaisar.... Isteri mana yang merelakan suaminya dibunuh begitu saja? Bagi kami, orang-orang yang beribadat, yang takut akan kemurkaan Allah, tidak akan berani melakukannya. Yang Mulia telah bersikap tepat dan benar dalam hal ini dan kalian tidak dapat memaksa beliau!"

"Tapi.... beliau hanya kami minta persetujuannya dan beliau tidak perlu ikut campur, hanya memberi kesempatan kepada kami untuk dapat menyelundup ke dalam istana tanpa dicurigai dan tanpa dilarang, begitu saja!"

"Apa pun yang kalian katakan, tetap Yang Mulia Permaisuri tidak menyetujui niat pembunuhan itu!"

Mo Si Lim berkeras.

"Kalau begitu, kita menggunakan siasat ke dua!"

Teriak Ciang Sun kepada kawan-kawannya sebagai isarat.

"Apa boleh buat, Sobat Mo Si Lim, demi perjuangan dan demi berhasilnya rencana kami, terpaksa engkau kami korbankan! Salahnya Siang Hong-houw yang tidak menyetujui rencana kami!"

Dan tiba-tiba saja Ciang Sun mencabut pedang dan menyerang Mo Si Lim!

"Ahh!"

Mo Si Lim melempar tubuh ke belakang dan berjungkir balik. Kursi yang didudukinya menjadi korban bacokan pedang di tangan Ciang Sun dan terbelah menjadi dua. Sambil bergulingan Mo Si Lim yang juga memiliki ilmu silat yang lumayan, telah mencabut pedangnya pula. Akan tetapi pada saat itu, delapan orang anggauta Thian-li-pang sudah mengeroyok dan menghujankan serangan kepada thaikam itu. juga Ciang Sun yang lihai sekali sudah menyerang lagi dengan pedangnya.

Mo Si Lim memutar pedangnya membela diri. Namun, melawan Ciang Sun seorang saja dia takkan menang, apalagi dikeroyok sembilan orang. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, dia pun roboh mandi darah dengan tubuh penuh luka dan tewas seketika! Dan pada siang hari itu, gegerlah di istana ketika ada seorang gagah melapor kepada pasukan pengawal istana bahwa dia telah menangkap dan membunuh seorang pencuri yang membawa perhiasan dari dalam istana. Orang gagah itu bukan lain adalah Ciang Sun yang membawa kepala Mo Si Lim dalam buntalan, bersama peti hitam kecil berisi perhiasan yang amat berharga. Kiranya setelah membunuh Mo Si Lim, Ciang Sun lalu memberitahu kepada anak buahnya bahwa kini terbukalah kesempatan baginya untuk menyelundup ke dalam istana, dengan bertindak sebagai pembunuh pencuri perhiasan itu dan mengembalikan perhiasan itu kepada istana.

"Perhiasan ini memang mahal harganya dan merupakan sumbangan yang besar bagi kita, akan tetapi kematian Kaisar Mancu itu jauh lebih penting. Aku sendiri yang akan mengembalikan perhiasan ini. Kalian boleh pergi ke pusat dan melaporkan kepada Pangcu kita!"

Demikianlah, dengan hati penuh semangat kepatriotan, Ciang Sun membawa kepala dan peti hitam kecil itu ke istana. Tentu saja laporan-nya menggegerkan panglima pasukan pengawal yang langsung menghadap Kaisar dan melaporkan bahwa ada orang datang mengaku telah membunuh pencuri perhiasan milik Siang Hong-houw! Tentu saja Kaisar Kian Liong terkejut mendengar ini. Dia segera memerintahkan agar pembunuh pencuri itu dibawa menghadap kepadanya, juga dia memerintahkan agar Siang Hong-houw datang pula ketika mendengar bahwa yang dicuri adalah perhiasan milik permaisurinya itu.

Biarpun dia dilucuti dan pedangnya ditahan sebelum menghadap Kaisar, Ciang Sun tetap berjalan dengan gagah dan sedikit pun tidak merasa gentar. Ciang Sun adalah seorang pendekar yang sudah digembleng menjadi seorang patriot yang gagah berani, yang rela mengorbankan apa saja demi cita-citanya, yaitu mengusir penjajah dari tanah air. Semangat ini pun bukan tanpa dorongan sebab yang membuat dia menyimpan dendam dalam hatinya, yang membuat dia membenci pemerintah Mancu. Ayah dan ibunya tewas dalam bentrokan antara ayahnya dan seorang pembesar tinggi bangsa Mancu. Dendam ini membuat ia membenci semua orang Mancu. Apalagi melihat betapa bangsanya diperlakukan dengan tidak adil oleh para penguasa bangsa Mancu, kebenciannya bertambah. Dia sejak muda membantu gerakan pemberontakan di mana-mana.

Namun semua usaha pemberontakan itu selalu gagal karena pasukan Mancu terlampau kuat, bahkan di antara pasukan itu terdapat jago-jago silat yang amat lihai, baik orang Mancu sendiri maupun orang-orang Han yang telah diperalat oleh pemerintah Mancu. Saking bencinya, Ciang Sun bahkan bersumpah tidak akan menikah sebelum penjajah Mancu dapat dihancurkan! Kaisar telah duduk di singasana, didampingi Siang Hong-houw ketika Ciang Sun dikawal pasukan pengawal dalam, berlutut menghadap Sribaginda. Kaisar Kian Liong memandang pria yang tinggi kurus itu, lalu memandang ke arah buntalan kain kuning dan buntalan kain merah yang dibawa Ciang Sun. Setelah mengucapkan penghormatannya dengan ucapan "ban-ban-swe" (panjang usia), Ciang Sun tetap berlutut dan menanti perintah.

"Kami telah mendengar laporan tentang dirimu. Namamu Ciang Sun dan engkau tetah membunuh seorang pencuri yang membawa sekotak perhiasan. milik Hong-houw?" "Benar sekali laporan itu, Sribaginda."

"Bagaimana engkau tahu bahwa dia pencuri dan yang dicurinya adalah perhiasan milik Siang Hong-houw?"

Tanya pula Kaisar Kian Liong.

Posting Komentar