Kisah Si Bangau Merah Chapter 23

NIC

"Suma.... Ciang.... Bun....?"

Sepasang mata itu terbelalak, bibir itu gemetar den wajah itu berubah pucat sekali lalu menjadi jadi merah. Gangga Dewi merasa betapa jantungnya tergetar hebat, akan tetapi ia cepat menguasai perasaannya.

"Dia.... putera Paman Suma Kian Lee. Baik, mari kita pergi mencarinya, Yo Han."

Pergilah mereka meninggalkan kuil itu. Diam-diam Gangga Dewi merasa girang sekali. Ia amat tertarik kepada anak ini dan ingin mengetahui lebih banyak, bahkan kalau mungkin ia ingin menariknya menjadi muridnya.

Apalagi setelah kini terdapat kenyataan bahwa anak ini masih terhitung murid keponakan atau juga cucu muridnya sendiri. Dan pertemuannya dengan Yo Han ternyata juga memudahkan ia menemukan ayahnya yang sudah lama ia rindukan. Yo Han sendiri tidak tahu dan tidak pernah mendengar dari suhunya bahwa tiga orang guru dari suhunya itu telah meninggal dunia semua. Di lain pihak, Yo Han juga kagum kepada Gangga Dewi. Wanita ini selain gagah perkasa dan tangkas, juga memiliki watak yang tegas. Wanita ini tidak cengeng dan tidak mendesaknya untuk bercerita banyak tentang dirinya, bahkan ketika dia tidak mau menceritakan tentang sebab dia meninggalkan suhu dan subonya, Gangga Dewi sama sekali tidak tersinggung dan tidak mau bertanya lebih jauh mengenai hal itu. Wanita ini pendiam dan tidak cerewet.

Kaisar Kian Liong telah berusia enam puluh tahun lebih. Kelak di dalam sejarah dia akan dikenal sebagai seorang Kaisar yang berhasil dalam tugasnya memimpin Kerajaan Mancu, yaitu Wangsa Ceng. Dialah Kaisar ke dua dari bangsa Mancu yang menjadi Kaisar sejak muda sampai lanjut sekali. Sejak berusia sembilan belas tahun dia telah menjadi Kaisar, dan kini sudah empat puluh empat tahun dia memegang tampuk kerajaan dan belum nampak tanda-tanda bahwa dia akan meninggalkan singgasana. Bahkan dalam usia enam puluh tiga tahun, dia nampak penuh semangat. Harus diakui dalam sejarah bahwa. selama dia berkuasa (1736-1796), yaitu selama enam puluh tahun, pemerintahannya memperoleh kemajuan pesat. Bahkan Kaisar Kian Liong yang dibantu banyak orang pandai berhasil memadamkan api pemberontakan di mana-mana.

Juga di daerah barat, pemberontakan dapat dia tundukkan dan daerah barat itu kemudian diberi nama Sin-kiang (Daerah Baru). Balatentara di bawah Kaisar Kian Liong amat besar dan kuat. Ketika di Tibet timbul kerusuhan, yaitu ketika bangsa Gurkha dari Nepal menyerbu daerah itu, Kaisar Kian Liong mengirimkan pasukan yang kuat ke Tibet untuk mengusir penyerbu itu. Bahkan ketika orang-orang Gurkha dari Nepal itu dipukul mundur dan melarikan diri kembali ke negaranya, pasukan Mancu melakukan pengejaran, melintasi Pegunungan Himalaya dan memasuki Nepal. Balatentara bantuan dikerahkan dari kota raja, dan dengan kekuatan penuh pasukan-pasukan Mancu menyerang bagaikan gelombang yang dahsyat dan menggetarkan seluruh daerah barat. Perjalanan yang jauh dari pasukan itu, melintasi daerah yang amat sulit dari Pegunungan Himalaya, membuktikan kehebatan Kaisar Kian Liong dalam pemerintahannya.

Pasukan itu berhasil menaklukkan bangsa Gurkha dan memaksa mereka mengakui kekuasaan yang dipertuan Kerajaan Ceng-tiauw di Cina. Bukan hanya ke barat balatentara Kaisar Kian Liong memperlihatkan ketangguhannya. Juga ketika terjadi kekacauan di selatan, yaitu ketika bangsa Birma mengacau di Propinsi Yunan bagian barat daya, Kaisar Kian Liong mengirimkan pasukan pilihan untuk mengamankan daerah itu. Pasukan ini memukul bangsa Birma kembali ke negara mereka, bahkan terus menyerbu ke Birma. Biarpun sampai dua kali pasukan Mancu menyerbu Birma dan rakyat Birma mempertahankan diri mati-matian sehingga tidak dapat ditundukkan, namun Kaisar Kian Liong sudah cukup puas telah dapat memberi "pelajaran"

Dan akhirnya bangsa Birma juga mengakui kekuasaan Kerajaan Ceng di Cina. Demikian pula negeri An-nam yang pada pemerintahan bangsa Mongol telah ditundukkan,

Memberontak dan oleh pasukan Mancu dapat ditundukkan kembali. Bagi rakyat, seorang Kaisar dianggap sebagai orang "pilihan Tuhan"

Bahkan ada yang menyebutnya wakil Tuhan atau putera Tuhan! Demikian tingginya pandangan rakyat jelata terhadap Kaisarnya sehingga seorang Kaisar selalu didewa-dewakan dan tidak dianggap sebagai manusia lumrah! Padahal, kalau ada yang dapat menjenguk ke dalam istana dan mengikuti cara hidup dan keadaan seorang Kaisar, seperti Kaisar Kian Liong sekalipun akan terbuka matanya melihat kenyataan bahwa seorang Kaisar pun hanyalah seorang manusia biasa! Seorang manusia yang memiliki kelebihan dan kekurangan pribadi, seperti juga manusia-manusia lain di dunia ini, seorang manusia yang pada hakekatnya bertubuh lemah, tidak kebal terhadap penyakit dan kematian.

Seorang manusia yang berbatin lemah, tidak kebal terhadap nafsu-nafsu yang menggodanya, yang selalu menjadi korban permainan suka-duka puas-kecewa. Ketika itu, tahun 1780 dan Kaisar Kian Liong sudah berusia enam puluh tiga tahun. Permaisurinya telah meninggal dunia tiga tahun yang lalu. Namun Kaisar Kian Liong tidak merasa kesepian dengan meninggalnya sang permaisuri itu. Apalagi, sudah lama dia selalu dilayani dan didampingi selirnya yang paling dia kasihi, yaitu Puteri Harum yang setelah menjadi isterinya dikenal dengan sebutan Siang Hong-houw (Permaisuri Harum). Selir yang kini menjadi pengganti permaisuri ini adalah seorang puteri tawanan. Kaisar Kian Liong memang terkenal sebagai seorang Kaisar yang bijaksana sejak dia pangeran,

Memiliki pergaulan yang luas dengan para pendekar dan dikenal sebagai seorang yang pandai bergaul, pandai mengambil hati bawahan, bahkan disukai oleh rakyat jelata. Akan tetapi dia pun terkenal sebagai seorang laki-laki yang mudah tergila-gila oleh wanita cantik dan tak pernah berhenti mengejar wanita-wanita cantik. Setelah dia menjadi Kaisar, disamping mengurus kerajaan dengan tekun dan bijaksana, dia tidak pula melepaskan kesukaannya mengumpulkan wanita-wanita cantik. Namun, seperti halnya nafsu-nafsu lainnya, nafsu berahi pun seperti api, makin diberi umpan, semakin lapar! Nafsu tak pernah mengenal arti puas dan cukup, yang dikenalnya hanyalah bosan akan yang lama dan haus akan yang baru, tiada hentinya mencari dan mencari demi kehausannya yang tak kunjung habis. Ketika seorang panglimanya bercerita akan kecantikan seorang puteri di daerah barat,

Yaitu di Sin-kiang, Kaisar Kian Liong tertarik sekali. Hati pria mana yang tidak akan tertarik kalau mendengar betapa puteri bangsa Uighur itu, cantik seperti bidadari, akan tetapi juga terkenal sekali karena tubuhnya selalu mengeluarkan keharuman yang dapat memabokkan setiap orang pria? Biarpun puteri itu, anak seorang kepala suku bernama Ho-couw telah menikah dengan seorang kepala suku beragama Islam, namun di seluruh Sin-kiang ia terkenal dengan sebutan Puteri Harum! Mendengar berita tentang wanita ini, Kaisar Kian Liong menjadi tergila-gila! Belum pernah selama hidupnya dia mendapatkan seorang wanita yang keringatnya berbau harum! Keharuman pada tubuh wanita-wanita yang menjadi selirnya adalah keharuman buatan, bahkan untuk menutupi bau keringat yang tidak sedap!

Posting Komentar