Bentaknya dan ketika tangan kirinya bergerak, sinar merah menyambar ke arah Yo Han.
"Awas....!"
Gangga Dewi berteriak, dan ia cepat meloncat ke arah Yo Han untuk menyelamatkan anak itu. Namun terlambat.
Yo Han mengeluh dan roboh terjengkang ketika dadanya disambar sinar merah kecil-kecil itu. Gangga Dewi tidak mempedulikan lagi Ang I Moli yang melarikan diri sambil terkekeh-kekeh. Ia cepat berlutut dan membuka kancing baju Yo Han. Anak itu roboh telentang dengan muka pucat dan napas terengah-engah, matanya terpejam dan agaknya ia pingsan. Ketika Gangga Dewi menyentuh dadanya, ia terkejut. Bukan main panasnya dada itu, seperti dibakar. Dan ada lima bintik merah di dada anak itu. Ketika ia meraba, tahulah ia bahwa ada lima batang jarum masuk ke dalam dada, masuk seluruhnya dan hanya tinggal ujungnya saja nampak terbenam di kulit. Jarum-jarum itu kecil, tidak merusak isi dada, akan tetapi tentu mengandung racun jahat. Dan racun itu tentu menodai darah anak ini, padahal letaknya demikian dekat dengan jantung! Sungguh berbahaya sekali.
"Anak yang malang....!"
Katanya dan ia pun bersila di dekat tubuh Yo Han, lalu menghimpun tenaga sakti, menggosok kedua telapak tangannya, kemudian ia menggunakan telapak tangan kanannya ditempelkan di dada, menutupi lima bintik merah itu. Ia mengerahkan sin-kangnya, menyedot dan setelah dahinya basah oleh keringat, dari balik kerudung kepalanya mengepul uap putih, akhirnya ia berhasil. Lima batang jarum itu kini nampak tersembul keluar. Gangga Dewi menggunakan saputangan sutera, mencabuti lima batang jarum yang amat lembut itu, jarum yang merah kehitaman warnanya. Jelas jarum-jarum itu beracun, pikirnya.
"Iblis betina kejam....!"
Katanya lirih, kemudian setelah membuang jarum-jarum itu, ia memeriksa luka bekas jarum.
"Omitohud....!"
Serunya kaget dan heran. Ia melihat darah merah kehitaman keluar dari lima luka kecil itu, seolah olah darah beracun itu didorong dari dalam! Hal itu hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki sin-kang yang sudah amat kuat. Mungkinkah anak ini memiliki sin-kang yang sedemikian kuatnya sehingga tenaga sakti dari dalam tubuh itu mampu dikerahkan untuk mendorong keluar darah beracun dari luka-luka sekecil itu? Akan tetapi, andaikata benar demikian, hal itu pun sama sekali tidak mungkin. Anak ini jelas dalam keadaan pingsan! Tidak mungkin dalam keadaan pingsan dia mampu mengerahkan sin-kangnya. Kalau bukan tenaga sin-kang, lalu tenaga apa yang demikian hebatnya, yang dapat bekerja selagi orangnya pingsan, mampu mendorong keluar racun dari dalam tubuh?
"Omitohud....!"
Kembali wanita itu memuji kebesaran Yang Maha Kasih dan matanya terbelalak mengamati dada itu. Kini darah yang keluar dari lima luka kecil itu sudah berwarna merah bersih, berarti bahwa racunnya sudah terdorong keluar semua. Darah merah itu menetes-netes. Ketika ia merabanya, dada itu tidak panas lagi, napas anak itu tidak terengah lagi, dan agaknya dia tidur pulas!
"Omitohud....!"
Gangga Dewi terheran-heran dan kagum, lalu mengeluarkan obat dari bungkusan yang dilihatnya berada di dekat anak itu, bungkusan obat bubuk yang tadi ia berikan kepadanya. Ditaburkannya bubuk obat luka itu pada lima luka kecil dan darah pun berhenti menetes. Ia mengenakan lagi baju anak itu yang tadi ia buka, dan diam-diam ia merasa aneh. Kalau menurut perhitungannya, orang yang terkena luka batang jarum beracun seperti itu, di dadanya, kecil sekali harapannya untuk dapat diselamatkan nyawanya.
Akan tetapi anak ini, tanpa pengobatan, hanya ia bantu agar jarum-jarum itu keluar, telah dapat sembuh dengan sendirinya, racun berbahaya itu dapat keluar dengan sendirinya, tanpa disengaja, karena anak itu pun masih dalam keadaan pingsan! Sungguh selama hidupnya, belum pernah Gangga Dewi melihat hal seperti ini, bahkan mendengar pun belum pernah. Ilmu apa yang dimiliki anak ini sehingga ada kekuatan mujijat yang melindunginya? Setelah mengenakan kembali pakaian Yo Han, Gangga Dewi lalu menekan tengah-tengah bawah hidung, sedikit di atas bibir, dengan jari telunjuknya. Yo Han mengeluh dan membuka matanya. Ketika, melihat wajah wanita berkerudung itu, Yo Han segera teringat akan semua yang terjadi dan dia pun bangkit duduk.
"Di mana wanita jahat itu?"
"Tenanglah, anak yang baik. Ia sudah pergi melarikan diri."
"Aahhhh.... jadi Locianpwe berhasil mengusirnya?"
Kata Yo Han dengan hati lega.
"Aku tadinya sudah khawatir sekali melihat Locianpwe roboh...."
Gangga Dewi tersenyum dan menarik napas panjang. Pahanya yang kena tendang masih berdenyut nyeri.
"Ia memang licik dan lihai sekali, akan tetapi untunglah aku berhasil mengusirnya. Bagaimana dengan lehermu?"
Gangga Dewi sengaja tidak menyinggung dulu soal luka di dada. Yo Han meraba luka di lehernya yang tadi dihisap darahnya oleh Ang I Moli.
"Sudah kering berkat obat Locianpwe yang amat manjur. Ihhh, wanita itu sungguh mengerikan. Ia.... ia menghisap darahku!"
"Dan bagaimana dengan dadamu?"
"Dadaku? Kenapa, Locianpwe?"
Gangga Dewi menatap tajam wajah anak itu, penuh selidik.
"Tidak tahukah engkau bahwa dadamu terluka oleh jarum-jarum beracun?"
"Ahhh...?"
Yo Han terkejut.
"Aku tidak tahu, Locianpwe."
Dia meraba dadanya dan menggigit bibir.
"Sakitkah?"
"Perih sedikit."
"Coba bernapas yang dalam dan rasakan, apakah terasa nyeri di sebelah dalam?"
Yo Han menarik napas panjang dan merasakan, lalu menggeleng kepalanya.
"Tidak ada yang sakit, Locianpwe."
Gangga Dewi terheran-heran. Ia masih duduk bersila dan anak itu pun kini duduk di atas rumput. Mereka saling pandang sejenak dan Yo Han lalu berkata,
"Locianpwe telah menolong dan menyelamat-kan aku dari ancaman wanita jahat itu. Terima kasih, Locianpwe. Semoga Tuhan berkenan memberi kesempatan kepadaku untuk membalas budi kebaikan Locianpwe ini."
Gangga Dewi semakin kagum mendengar ucapan Yo Han. Seorang bocah yang luar biasa sekali.
"Anak yang baik, siapakah engkau? Siapa namamu dan dari mana engkau datang?"
"Namaku Yo Han, Locianpwe. Aku hidup sebatangkara, yatim piatu dan aku sedang dalam perjalanan mengikuti Ang I Moli."
"Omitohud, anak yang patut dikasihani. Engkau sebatang kara? Akan tetapi bagaimana engkau dapat bersama-sama seorang iblis betina seperti Ang I Moli?"
"Aku tidak tahu bahwa ia sedemikian jahatnya, Locianpwe. Aku.... aku menjadi muridnya dan sedang ia ajak pergi ke tempat tinggalnya, entah di mana. Setelah tiba di sini, ternyata ia berubah mengerikan dan hendak membunuhku, menghisap darahku...., ihh, mengerikan sekali. Ia seperti bukan manusia lagi."
"Omitohud! Sudah menjadi kehendak Yang Maha Kasih bahwa kebetulan sekali aku datang ke kuil ini untuk bermalam. Yo Han, sudah berapa lama engkau menjadi murid Ang I Moli?"
"Baru kurang lebih dua minggu."
"Ehh? Jadi, engkau belum belum belajar ilmu silat darinya?"
"Sama sekali belum dan juga tidak. Aku tidak suka belajar ilmu silat, Locianpwe."
"Apakah selama ini engkau belum pernah mempelajari ilmu silat?"
"Aku belum pernah latihan ilmu silat,"
Kata Yo Han. Dia tidak mau berbohong. Memang sudah banyak dia mempelajari ilmu silat, dari suhu dan subonya di Tatung, akan tetapi dia hanya menghafal saja, dan tidak pernah berlatih. Dia tidak mau membawa-bawa nama suhu dan subonya, maka dia mengatakan saja bahwa dia belum pernah latihan silat, dan ini memang benar. Tentu saja jawaban ini membuat Gangga Dewi menjadi semakin terkejut dan heran. Selamanya belum pernah latihan silat. Akan tetapi, lima batang jarum memasuki dadanya dan dia selamat! Dan anak yang tidak bisa silat ini begitu berani dan tabahnya, berani menentang seorang iblis betina seperti Ang I Moli! Padahal, sekali pukul saja iblis itu dapat membunuhnya! Anak apakah ini?
"Yo Han, ketera-nganmu sungguh membuat aku menjadi bingung. Engkau tidak suka belajar ilmu silat. Engkau seorang anak yang baik dan tidak suka akan kejahatan. Akan tetapi engkau melakukan perjalanan bersama Ang I Moli sebagai muridnya! Bagaimana ini? Keadaanmu serba bertolak belakang. Kenapa engkau bisa menjadi murid seorang seperti Ang I Moli dan apa yang hendak kau pelajari darinya kalau bukan ilmu silat?"
Yo Han menarik napas panjang. Di antara segala macam kepalsuan yang dilihatnya dilakukan manusia, adalah membohong. Dia tidak suka berbohong. Akan tetapi dia pun tidak suka bicara tentang suhu dan subonya.
"Begini, Locianpwe. Aku terpaksa menjadi muridnya walaupun aku tidak akan mau belajar ilmu silat darinya."
"Engkau dipaksa menjadi muridnya dengan ancaman?"
"Tidak, akan tetapi aku sudah berjanji kepadanya. Ketika itu, dua pekan yang lalu, ia menculik seorang anak perempuan. Aku membujuknya untuk mengembalikan anak itu kepada orang tuanya. Ia mau mengembalikan anak itu asal aku mau menukarnya dengan diriku. Anak itu dibebaskan akan tetapi aku harus ikut dengannya, menjadi muridnya. Karena aku ingin anak itu dikembalikan kepada orang tuanya, maka aku menyanggupi., Demikianlah, anak itu selamat dan aku pun ikut dengannya sampai ke sini."
"Bukan main! Luar biasa! Omitohud.... belum pernah aku mendengat hal seperti ini....!"
Kata Gangga Dewi dan ia pun tertegun. Bocah ini, bocah yang usianya baru dua belas tahunan, telah mengorbankan diri untuk menolong seorang anak lain! Dan bocah ini sama sekali tidak pernah belajar silat, akan tetapi memiliki keberanian seperti seorang pendekar sejati! Lebih lagi, bocah ini tidak tewas biarpun terkena lima batang jarum di dadanya, jarum-jarum beracun yang ia tahu amat jahat dan mematikan karena dilepas oleh seorang iblis betina seperti Ang I Moli! Anak apakah ini?
"Ah, Locianpwe. Apanya yang luar biasa? Locianpwe sendiri sama sekali tidak mengenalku, akan tetapi Locianpwe telah turun tangan menolongku sehingga aku terhindar dari bahaya maut di tangan iblis itu. Saling bantu di antara manusia merupakan suatu kewajiban, bukan?"
"Omitohud.... engkau benar sekali, Yo Han. Sekarang aku mulai mengerti mengapa iblis itu ingin sekali menghisap darahmu. Engkau bagaikan Tong Sam Cong, sang perjaka saleh yang melakukan perjalanan ke barat itu. Dalam cerita See-yu, perjaka Tong Sam Cong yang melakukan perjalanan ke barat untuk memperdalam agama dan mencari kitab-kitab suci, juga dihadang oleh segala macam iblis dan siluman yang ingin menghisap darahnya."
Yo Han tertawa dan kembali Gangga Dewi menjadi terkejut.
"Ha-ha-ha, Locianpwe sungguh lucu. Kalau aku dianggap Tong Sam Cong, lalu siapa yang menjadi Sun Go Kong, See Ceng dan Ti Pat Kay?"
"Engkau tahu pula akan cerita See-yu-ki?"